klik disini

Sabtu, 18 Juni 2016

Alcohol, Sex and Rock n’ Roll V

Bab. VI Bidadari Penyelamat

Malam semakin larut, aku, Lena dan Erick berpamitan pada ibu dan semua penghuni panti. Sepanjang perjalanan aku merasakan kegembiraan karena beban selama 10 tahun ini telah lepas. 10 tahun aku meninggalkan panti dengan rasa bersalah karena kematian Fani harus ku pikul sendiri. Sore ini semua seakan terhapus dengan melihat wajah gembira ibu, merasakan suasana kebersamaan di panti yang begitu aku rindukan dan bernyanyi bersama yang seperti de javu dengan erick. Beberapa tahun terakhir ini, Lena terus mendukung dan menopang jiwaku yang dilanda rasa bersalah. Tanpa lelah dia membujukku untuk kembali ke panti menjenguk ibu dan melupakan kesalahan yang tak ku lakukan. Setelah berkali-kali aku tolak sarannya, minggu lalu dia berhasil meyakinkanku dengan syarat dia menemaniku. Jujur saja, aku tak bisa bertahan tanpa Lena. Lena selalu ada saat aku kehilangan arah. Berkali-kali aku terjebak masalah akibat kebodohanku dan berkali-kali juga dia menyelamatkanku. 

Tetap tengah malam kami sampai di depan rumah, aku memintanya,”kamu ga usah pulang.. tidur disini aja..”, aku tersenyum, senyum yang amat dikenalnya. 
“dasar..”, mengerti arti senyumanku, Lena tersenyum dan mengangguk.

Ku parkir mobilnya di dalam garasi, saat hendak membuka pintu, ku tahan tangannya dengan tangan kiriku.
Lena menoleh dengan ekspresi bingung,”what?”.

Kugerakan jari telunjuk kanan ku memanggilnya, Lena mendekat, kutarik kepalanya mendekat dan ku cium bibirnya. Kuhisap bibirnya lembut sambil ku elus rambutnya. Kulihat matanya nanar. Lidahnya masuk, menyapu setiap senti rongga mulutku. Kusambut serangan lidahnya, tangan kananku meremas payudaranya. Nafasnya semakin berat dan cepat seiring meningkat hasrat akibat remasanku. 

“hmmpphh.. hmmpphh”, suara desah tertahan Lena. Tangannya menyentuh dadaku, tiba2 dilepas bibirnya dariku dan mendorongku pelan. 

“what??”, aku heran dengan perlakuannya.
“di dalem aja, disini ga enak..”, kata lena. Aku paham,
“ok ok”, kataku sambil mengangkat tangan seperti menyerah.

Lena keluar dari mobil dan berjalan ke arah pintu,aku berjalan dibelakangnya. 
Lena berbalik “kuncinya mana?”, katanya dengan tangan terbuka tanda meminta. 

Ku berikan kalung tali dengan bandul sebuah kunci padanya. Lena berusaha membuka pintu dengan kalung kunci rumahku. Muncul ide iseng, ku memasukan kedua tanganku di bawah ketiaknya, meremas payudaranya dari belakang. Tangan kiri Lena kebelakang, mencari selangkanganku. 

Diremasnya selangkanganku dan membuatku kesakitan. “makanya jadi orang harus sabar”, katanya galak

Pintu terbuka, Lena masuk ke dalam dan melepas jaketnya dan berjalan ke arah kulkas. Aku menutup pintu depan. 
“kamu mau minum apa?”, Lena bertanya saat melihat isi kulkas. 
“beer aja deh..”, kuhempaskan tubuhku ke sofa. “tangkap!!”, sekaleng kola dingin meluncur ke arahku.
“kok kola?”, kataku protes. 
Lena tidak menjawab, dia berjalan ke arah Hi-Fi, dan memencet tombol “play”.

“aaaangggiiieee... aaanggiiie”, suara Mick Jagger keluar dari speaker yang ku pasang di tiap sudut atas ruangan. Lena mulai menari meliukan tubuhnya sambil membawa kaleng yang identik dengan kaleng minuman di tanganku. Telapak tangannya naik, menyuruhku berhenti saat aku hendak bangun dan berdansa dengannya. Aku menurut saja.

With no loving in our souls and no money in our coats 
You can't say were satisfied 
But Angie, Angie, you can't say we never tried

Lena membelakangiku agak membungkuk memperlihatkan kemontokan pantatnya dibalut jeans ketat berwarna abu. Sambil menegak kola dia dia mengelus bagian belakang paha, naik ke arah pinggang kemudian meremas bongkahan pantatnya sendiri. Dia menepuk pantatnya kemudian meliuk berputar mengikuti irama lagu yang pelan. Kepalanya menghadap ke atas, kembali meneguk kola dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya menggosok retsleting jeansnya.

Angie, you're beautiful, but ain't it time we said goodbye? 
Angie, I still love you, remember all those nights we cried? 
All the dreams we held so close seemed to all go up in smoke

Lena meletakan kaleng kola dan kedua tangannya menarik ke atas bajunya dengan pelan sambil meliukan badannya. Aku melihat tanpa mengedip, sebuah aksi tarian yang begitu indah mengikuti irama suara speaker. Lena melepas bajunya dan dilemparkan ke arahku. Retsleting jeansnya di buka, iapun memasukantangan di antara jeans dan celana dalamnya. Memperlihatkan ekspresi kenikmatan akibat ulahnya sendiri kepadaku. 

Oh, Angie, don't you weep, all your kisses still taste sweet 
I hate that sadness in your eyes 
But Angie, Angie, ain't it time we said goodbye?

Lena menoleh ke arahku, memberiku ciuman jarak jauh yang ku balas dengan gerakan serupa. Dengan gerakan yang lentur miringkan tubuhnya ke kanan dan dijilat dan dihisapnya jari tengah dengan gerakan yang dibuat seakan menghisap kemaluanku. Sial, kenapa Mick Jagger dan Keith Richard membuat lagu indah ini begitu lambat?, aku merutuk menyalahkan duo Rolling Stones itu. Lena meremas payudaranya sendiri dengan lembut dan pelan. 

“sshhhh... ahhhhh...”, desahnya sengaja dilambatkan. Semua gerakan striptease yang diperagakannya dengan indah merupakan sisa2 kejayaan mantan penari kontemporer semasa SMA yang ada di hadapanku ini.


There ain't a woman that comes close to you 
Come on baby, dry your eyes 
But Angie, Angie, ain't it good to be alive? 


Kembali dia membalik badan, meloloskan turun celananya. Kembali lagi 2 bongkah pantat menggoda iman itu menonjol dan bergerak indah di hadapanku. Penisku semakin membesar membuat celana jeansku sesak. Orang brengsek mana sih yang bikin aturan rocker harus make celana ketat?, aku kembali merutuk tak jelas karena penisku berdenyut sakit di dalam sana. 

“we never triiiieeeeddd”, Mick Jagger menyelesaikan lagunya. Lena tak bergerak, hanya kepalanya berputar menolehku. Aku membuka kedua tanganku menyamping membuat gestur bertanya dan menaikan alisku sebelah, memintanya mendekat. Dia menggeleng pelan. Sebuah lagu dimainkan hi-fi milikku.

I could stay awake just to hear you breathing
Watch you smile while you are sleeping
While you're far away and dreaming
I could spend my life in this sweet surrender
I could stay lost in this moment forever
Very moment spent with you is a moment I treasure

Oh sh*t!! An encore.. , aku menggaruk kepala yang tidak gatal. Kembali lagu bertempo lambat yang di putar hi-fi sialan ini. Lena membuka penutup payudara miliknya. Memperlihatkan 2 gumpalan jaringan tubuh penghasil ASI dengan putingnya yang telah mengeras. Kembali diremas2 kedua bukit kembarnya dihadapanku. Tak ada laki2 normal yang akan tahan dengan pemandangan ini. Kubuka retsletingku dan ku keluarkan senjata yang kubawa sejak lahir. Tegak menunjuk ke arah langit dan berdenyut melihat gerakan erotis Lena. 

Don't wanna close my eyes
I don't wanna fall asleep
'Cause I'd miss you, baby
And I don't wanna miss a thing

Ku genggam penis tegakku, ku gerakan naik dan turun mengikuti irama lagu. Lena menjilat bibir atasnya melihat penis ku yang tegang. Perlahan, dengan gerakan seperti menari dia mendekat. Digesernya meja kaca dan menduduki kemaluanku. Ditempatkannya penisku tepat diantara belahan vaginanya yang terhalang celana dalam hitam dan bagian bawah pusarku. 

'Cause even when I dream of you
The sweetest dream would never do
I'd still miss you, baby
And I don't wanna miss a thing

Lena mengalungkan kedua tangannya di leherku, mencium bibirku dan menggoyang penisku bergesek dengan belahannya.
“hmmmpphh... mmpphh.... hmmmpphh..”, kembali kudengar desah tertahan Lena.
Kubelai punggungnya, “emmmhhh..”, kembali dia mendesah. 
Lena melepaskan hisapan bibirnya lalu menjilat dan menghisap leherku.
jilatannya turun ke bawah, ke dada dan perutku. Digenggamnya batang kemaluanku, dikocoknya pelan mengikuti irama lagu. 
“ssshhh.. uuufffhhh..”, giliran aku yang mendesah menahan nikmat pada pangkal pahaku. 

Lying close to you feeling your heart beating
And I'm wondering what you're dreaming,
Wondering if it's me you're seeing
Then I kiss your eyes and thank God we're together
And I just wanna stay with you
In this moment forever, forever and ever

Lena mengecup kepala penisku, menghisap cairan precum yang keluar. Dia memasukan penisku kedalam mulutnya, mulai menyedot dengan gerakan naik turun. Lidahnya menjilat kepala penisku disela hisapannya. 
“uuhhhhh..”, aku mendesah pasrah. Saat mulutnya menghisap penisku, kedua tangan Lena meremas sendiri payudaranya. 

Kupegang kepalanya yang sibuk naik turun, menambah sensasi hisapan mulutnya. Tiba2 dilepaskannya hisapan penisku, Lena menjilat batang kejantananku ke bawah. Sekarang gantian bijiku yang dihisap sambil tangan kanannya kembali mengocok penisku.

“auw.. uhhhh... shhh... “, antara ngilu dan nikmat yang kurasakan. Bergantian buah zakarku dihisap Lena. Sensasi nikmat dan ngilu ini seperti berada antara surga dan neraka. Kembali Lena menyedot penisku sementara kedua tangannya meremas2 buah zakarku. Antara surga dan neraka level 2.

I don't wanna close my eyes
I don't wanna fall asleep
'Cause I'd miss you, baby
And I don't wanna miss a thing

Tak ku dengarkan lagi suara Steven Tyler di speaker hi-fi ku. Ku pegang kepala Lena, dan kudorong2 mengikuti gerakan monotonnya, agar dia memasukan penisku lebih dalam kemulutnya. Lena mengerti, semakin keras hisapannya. Lena melahap habis penisku sampai ke pangkalnya, deep throat dengan kepala mengangguk angguk. “uhuk uhuk..”, lena terbatuk melepas penis.

“gimana? Enak kan?”, katanya sambil mengocok penisku cepat. Kembali dia melakukan aksi deep throat dan kembali lagi dia melepas dan mengocok penisku cepat. Berulang ulang perlakuan ini, membuat ujung penisku gatal. 

“uhhh.. ahhh.. ah... yang... aku.. dikit lagi.. ahh.. enak yang..”, ku peringatkan dia akan ejakulasiku yang sedikit lagi terjadi. Dengan cepat lena meremas kedua buah zakarku sekaligus dengan tangan kirinya. Gerakannya yang menyakitkan itu membuat ketegangan penisku mengendur. Rasa hampir ejakulasi yang tadi kurasakan hilang entah kemana. Penisku jadi setengah tegang. 

Lena berdiri dan menggosok celana dalamnya. Dia naik berdiri ke atas sofa dan membuka kakinya sehingga segitiga hitam yang menutup vaginanya tepat di hadapanku. Ku gosok belahan celana dalamnya yang basah ke atas hingga mengenai klitoris dengan jempolku.

“ahh...”, lena mendesah.

kumainkan klitorisnya dengan jempol tangan dan kujilati belahannya. Ku selipkan celana dalam hitam itu di antara belahan vaginanya. Kuhisap2 labia mayora Lena yang beraroma bunga. Desahnya semakin keras bercampur suara musik hi-fi. Cairan kewanitaannya menetes antara celana dalam dan labia mayoranya, kujilat sampai tetes terakhir. Kuhentikan jilatanku dan kulepas celana dalamnya. Ku rekahkan belahan kenikmatan gadis yang kucintai. Ku keluarkan uang 2 juta per bulan untuk membiayai perawatan lorong kenikmatan ini. Hasilnya memang sebanding dengan harga. Potongan rambut pubic yang rapi, lipatan vagina yang bersih dan semerbak wangi bunga mawar menyambutku saat membuka pintu gerbang lubang kenikmatan. Vagina merah harum dengan 2 lubang kecil serta tonjolan klitoris terlihat jelas. Kuhisap daging kecil di bagian atas perangkat reproduksi Lena sementara jari tengahku masuk menjelajah lorong gelap, hangat dan basah. Kugosok tonjolan daging di dinding atas vagina nya, yang menurut sebagian ahli ginekologi disebut g-spot. Lena mengejang, pinggulnya bergerak maju mundur mengikuti irama jariku. 

ahhhh.. shhhhhaaahhhh... “, Lena mendesah keras. 

Dijambaknya rambut kepala. Semakin lama semakin cepat ku kocok lubang vaginanya, semakin cepat pula pinggulnya bergoyang2 di mukaku. Matanya memejam menahan kenikmatan. Cepat ku cabut jariku dari lubangnya. Katifitasku berhenti total. Kulihat sedikit kecewa di wajahnya. 

Ku pegang pinggulnya, kutuntun turun ke arah penisku yang kembali tegak mendengar desah liarnya. Kuturunkan celanaku lepas. Dibukanya belahan pangkal pahanya, dimasukan penisku yang tegak pelan2 kedalam vaginanya. Setiap senti kejantananku yang masuk ke dalam, kurasakan gesekan dinding vaginanya bagaikan mengurut batang penisku. 

“ahhhhh...”, kami mendesah bersamaan saat seluruh batangku ditelan lorong kenikmatannya. 

Dia melepas bajuku dan melemparkannya sembarangan. Lena memiringkan badannya kebelakang, tangannya memegang pundakku. Mulai gerakannya bergoyang naik turun di variasi dengan putaran pinggang ngebor ala Inul Daratista. Desahan mulutnya keluar setiap penisku masuk vaginanya, “ ahhh.. ahh.. ahh.. ahh..”.

Ku rangkul badan Lena dan ku hisap putingnya kanan dan kiri. Wajahnya menghadap ke atas menikmati seranganku pada payurasanya. Kuturunkan tanganku untuk meremas bongkahan pantatnya. Sesekali ku tampar pantat putih bulat merangsang itu. Tamparan di pantat Lena membuat cengkraman kaget pada dinding vaginanya. Orkestra desah dan rintih kenikmatan 2 manusia beradu diiringi lagu Patience milik GNR. 

Said woman take it slow, and it'll work itself out fine 
All we need is just a little patience 
Said sugar take it slow and we'll come together fine 
All we need is just a little patience

“Kamu balik yang..” ku perintahkan Lena mengambil posisi reserve cowgirl. 

Lena membalik badannya dan sengaja menunduk dengan tangan lurus menyentuh lantai. Dalam posisi itu, pantat indahnya sedikit menungging. Kembali kulihat belahan indah bokong montoknya dari belakang namun kali ini tanpa penghalang apapun. Terlihat jelas anus dan vagina lena menantang untuk dimasuki. Aku sempat bingung, lubang mana yang ku masuki. Aku membuat keputusan cepat. Kumasukan penisku dalam pada lubang bagian bawah, vaginanya. Aku genjot dua kali dan ku tampar lagi pantat putih montok itu hingga meninggalkan bekas merah telapak tanganku. Segera ku cabut penisku yang telah basah oleh cairan kenikmatannya dan ku masukan ke dalam lubang pantatnya pelan2.

“uuuuuhhhhhhhhh...”, Lena melenguh panjang menahan sakit dan nikmat sekaligus. 

Ini bukan pertama kalinya aku menyodomi Lena, tapi aku tak ingin membuat sex ini terasa menderita untuknya. Kudiamkan batang penisku yang telah masuk sempurna kedalam anusnya. Ku peluk badannya tegak bersandar di dadaku dan kuremas remas payudaranya yang pas dengan telapak tangan kananku. 

“hmmm.. hmmmmhhh..’’, kembali Lena mendesah saat ku pelintir putingnya.

Tangan kiriku membelai perutnya hingga ke bawah, ku gosok klitorisnya. Lena mulai bergoyang pelan naik turun. Rupanya rasa sakit pada lubang pantatnya berkurang seiring naiknya hasrat akibat permainan tanganku pada puting dan klitorisnya. Penisku seakan dihisap vacum cleaner. Memang diantara 3 lubang sex, lubang anus wanita didaulat sebagai lubang paling sempit dan menjepit oleh Erick si penjahat kelamin. Ku masukan jari telunjuk dan jari tengah kiri ku ke dalam lubang vaginanya, kembali ku gosok daging lebut pada dinding atas vaginanya. Menerima serangan 2 jariku, cairan vaginanya semakin banyak. Gerakan pinggulnya naik turun semakin cepat. Ku jilat telinganya untuk menambah rangsangan.

Lena bergoyang dan mendesah bersemangat, “uhhh.. ahhhh... ahhh.. ahh... enak.. enak yang...”. 

Untung aku tidak memiliki pembantu yang tinggal di rumah, sehingga aku tidak takut ada yang bangun dan memergoki adegan porno kami. 

Lena mulai meracau,” ahhh ahhh.. cepetan... cepet yang..”. 

Kocokan tangan kiriku di lubang vaginanya, remasan tangan kananku pada payudaranya, jilatan ku pada telinganya dan batang penisku yang menusuk nusuk anusnya membuat lena cepat mendaki puncak. 

Semakin dekat Lena dengan orgasme, semakin enak jepitan lubang anusnya. Ku percepat gerakan tanganku mengocok lubang basah di pangkal pahanya, semakin liar gerakannya. Cairan vagina Lena membasahi telapak tanganku.

“ahhh ahhh ahhh.. dddikiiiitt lagiiii... yang cceppeeetttt... kkoooccoookkk yang cepetttt”, Lena merasa akan orgasme. 

Rasa gatal yang tadi hilang di ujung penisku mulai kurasakan lagi. Pinggulku mulai bergerak menghentak pantatnya memacu nafsu yang membuat manusia lahir ke dunia. Pinggul lena mulai bergerak liar, bergetar bagaikan vibrator.

“ohhh.. ohhh... ohhhh... ooooooohhhhh fuuuucccckkkkkkk...”, pinggulnya bergerak maju membuat penisku lepas dari anusnya, kepalanya menyandar ke dadaku, dan cairan kewanitaannya muncrat bagaikan semprotan pompa zisusu membasahi karpet dan meja kacaku. 

Pinggulnya bergerak gerak maju bersama semprotan vaginanya, squirt orgasm kata penggemar film biru. Tubuh Lena berlutut tak kuat menopang berat badannya. 

“uuhh.... uhhh.... uhhhh.... ”, pinggulnya menghentak hentak kecil akibat sisa gelombang orgasme yang dirasakannya.

Aku mengocok penisku yang juga sedikit lagi mengalami ejakulasi. Lena yang selesai dengan gelombang orgasmenya, segera mengambil alih penisku. Dengan cepat dia mengocok penisku dan membuka mulut, menunggu semprotan cairan putih benih manusia. 

Aku berdiri dan, “ahh.. ahhh.. ahhhh..”, penisku berkedut, semprotan pertama begitu kencang dan meleset dari mulutnya hingga ke rambut di keningnya. 

Semprotan kedua lebih lemah, meluncur mengenai hidungnya. Semprotan selanjutnya tepat masuk ke mulutnya. Lena menekan penisku dan memeras hingga tetes sperma terakhir. dihisap dan dijilatnya kepala penisku hingga tak ada sperma yang sia-sia. Dengan jari telunjuk, dibersihkan wajah manis itu dari sperma dari kening ke arah mulut dan diminum habis. Kepalanya menghadap keatas saat menjilat tetes terakhir calon benih yang seharusnya membuahi telur dalam rahimnya. 

Aku menunduk mengecupnya, kubisikan kata, “makasi sayangku”. Dia pun mengecup pipiku dan berjalan ke kamar mandi. 

Jam 2.30 kami mandi di kamar mandi terpisah. Ingin rasanya mengulang pertempuran purba umat manusia dalam mengadu urat syahwat, tapi lelah badan ini membatasi nafsu reproduksi dalam diri kami. Kami tidur dalam kamarku, berhadapan tanpa mengenakan sehelai benangpun. Hanya bedcover yang melindungi kami dari dinginnya ac.

“yang.. “, kata Lena lembut. 
“apa.. mau lagi?”, tanyaku bercanda.
“engga.. bukan itu..”, jawabnya. 
“trus?”, aku penasaran.
“si Nani..” “kenapa Nani?”, potongku.
“gimana kalo Nani kita kuliahin?”, kata lena.
“kuliahin dimana? Di kota ini?”, tanyaku.

Aku takjub dengan idenya membiayai kuliah Nani yang tak sempat terpikir olehku padahal aku memiliki uang yang lebih dari cukup untuk membiayai kuliah 10 mahasiswa kedokteran.

“iya.. nanti dia bisa tinggal disini sama kamu.. jadi ga usah ngekos.. trus kursus mengemudi juga, jadi kemana2 bisa mandiri.. jadi ntar kita ga terlalu direpotin juga.. uangmu kan banyak, cukup kok buat bayarin kuliahnya dia.. sekalian balas budi sama panti.. ”, Lena memberi penjelasan panjang lebar.

“tapi Nani kan udah gede, tar klo aku ma Nani terjadi apa2 gimana?”, tanyaku serius.
“tenang aja.. aku percaya sama kamu kok yang..”, lena meyakinkan. 
“hmmm ya udah deh.. nanti kita ke panti..”, jawabku setuju.
“kita telfon aja Nani, aku udah simpen nomer hpnya kok..”, kata Lena. Sekali lagi aku takjub pada gadis ini, penuh perhitungan.

“ternyata hatimu lebih lembut dari toketmu ya..”, kataku sambil meremas payudaranya. Lena bereaksi dengan mencubit pinggangku.
“bobo yuk.. aku capek ni..”, kataku padanya.
“hu’um... haaaooohhhmmmm”, Lena mengantuk. Ku angkat pahanya kepinggangku, kumasukan penisku ke vaginanya, kubiarkan penisku dalam vaginanya, ritual kesukaan Lena sebelum tidur. 

Aku melihat pacarku terlelap. Bertelanjang dengan penisku dalam vaginanya. Ku peluk tubuh polos berhati mulia di depanku. Tubuh seorang bidadari penyelamat.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar