klik disini

Sabtu, 25 Juni 2016

kenikmatan dosa 1

PD Eps Satu


Lama aku berdiam diri, duduk santai di atas kursi rotan di belakang rumah, sambil menatap langit yang malam ini tampak lebi indah dari malam sebelumnya. Terlintas bayangan seseorang wanita yang akhir-akhir ini selalu menggangguku, menggoda dan meracuni otakku, dia adalah Clara Shinta, teman satu sekolahku.

Bagiku dia begitu anggun dan menawan, senyumnya yang manis begitu sempurna bersanding dengan parasnya yang cantik. Di tambah lagi dengan tingkah lakunya yang penuh tata krama, lembut tutur katanya yang ramah. Sungguh, mahakarya tuhan yang sempurna. Hmm.. Dia begitu indah bagiku, namun aku terlalu takut, aku terlalu pengecut untuk mendekatinya.

Akhir-akhir ini aku hanya berani memandangnya dari jauh, selain karena aku tidak berani mendekatinya, kami juga di pisahkan oleh peraturan sekolah, yang melarang pria dan wanita yang bukan muhrim untuk saling berdekatan.

Kebetulan, walaupun kami berada di satu sekolah yang sama, tapi dia tinggal di asrama khusus perempuan, sementara rumah saudaraku, rumah yang sekarang aku tempati berada di wilayah khusus pria, sehingga sangat sulit bagiku untuk mendekatinya.

Oh iya, namaku Ahmad Raditya Putra, semenjak beberapa bulan yang lalu, aku tinggal bersama saudaraku yang sudah menikah, mereka tinggal di lingkungan madrasah, karena memang mereka berdua salah satu pengajar di sana sehingga mereka mendapatkan fasilitas rumah.

Lalu kenapa aku bisa berada di sini ? Sebenarnya aku sendiri juga tidak mau, tapi desakan kedua orang tuaku yang katanya sudah tidak mampu lagi menghadapi kenakalanku, memaksaku untuk melanjutkan sekolahku di madrasya Aliya.

Karena tidak punya pilihan lain, akhirnya aku terpaksa menerima tawaran dari Mas Jaka atas permintaan kedua orang tuaku.

Kehidupan di madrasa sebenarnya tak begitu buruk seperti yang kubayangkan sebelumnya, di sini memang peraturannya cukup ketat, dan hukumannya juga sangat berat, salah sedikit rotan melayang.

"Kamu di cariin, ternyata ada di sini."

"Eh, Kak Nadia... !" 

Seperti biasanya, malam ini Kak Nadia terlihat begitu cantik, kerudung ungu di padu dengan gaun tidurnya yang juga sewarna membuat ia terlihat begitu sempurna, apa lagi ketika ia sedang tersenyum.

Kak Nadia duduk di sampingku, kami berpandangan sejenak, cukup lama aku menatap bibir tipisnya.

"Gimana sekolah di sini enakan ?"

"Ya enak gak enak si... !" Jawabku ngasal sambil menggaruk-garuk kepalaku.

"Gak enaknya kenapa ?' Tanyanya lagi.

"Pas kalau lagi ada hafalan, terus gak hafal, bisa-bisa rotan langsung melayang Hahaha... " Ujarku sedikit bercanda, Kak Nadia menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum geli.

"Kalau gak ngafal ya gak bakalan hafal, makanya kamu yang rajin dong."

"Iya Kak, ini aku lagi ngafal." Kataku sambil memperlihatkan buku yang ada di tanganku, karena memang rencananya tadi aku ingin menghafal bukan melamunkan Clara.

"Na gitu dong, terus enaknya apa ?"

"Enaknya... " Aku mengetuk-ngetuk daguku dengan jari telunjukku. "Di sini ceweknya cantik-cantik Kak." Aku tersenyum lebar memamerkan gigiku.

"Eeehmm... jadi ceritanya Adikku yang satu ini sedang jatuh cinta ya... " Godanya sambil mentoel hidungku, aku menunduk malu-malu. "Dasar kamu Dit, kalau masih sekolah gak boleh cinta-cintaan, ingat pacaran itu banyak negatifnya ketimbang baiknya." Katanya tak perna bosan menasehatiku.

"Iya ya... " Jawabku kecewa, kupikir Kakak iparku akan mendukungku.

"Ya sudah Kakak masuk dulu ya, belajarnya jangan kemalaman, besok kamu sekolah." Sambungnya, lalu tanpa menunggu jawabanku, dia meninggalkanku masuk kedalam rumahnya, sementara aku masih di sini, menatap langit dan menikmati tiupan angin spoi-spoi...

--------------

 
Irma

Di tempat yang berbeda...
"Aaaah... Bi, Uuhmm... Aaa... aaa... !"

"Ssstt... jangan kenceng-kenceng sayang, di rumah ada temennya Abi." Bisik Iwan sambil memompa vagina Istrinya, yang selalu bisa membuatnya terpuaskan.

"Ooohhkk... Bi ! Lebi kencang lagi." Erang Irma, seolah tak perduli dengan peringatan dari Suaminya.

Walaupun ia merasa risih dengan suara Istrinya, Iwan tetap saja menggenjot vagina Istrinya dengan irama cepat, sementara tangannya meremas payudara Istrinya yang berukuran 36b, cukup besar dan masih kencang di usia Irma yang ke 35 tahun. Karena Irma memang sangat merawat bentuk tubuhnya.

Iwan mencabut penisnya, lalu tanpa di minta Irma mengambil posisi menungging di hadapan Suaminya.

Kembali dengan gerakan perlahan Irwan memompa vagina Istrinya dari belakang, sementara tangannya membelai bongkahan pantat Istrinya yang semok. Dia merasa begitu beruntung bisa menikahi wanita cantik, anak pimpinan Madrasya tempat ia sekarang mengajar.

"Umi... Abi mau kekuar !"

"Bentar lagi Bi, Umi juga mau kekuar ini." Pinta Irma, dia mulai aktif ikut menggoyang pantatnya maju mundur, tapi akibatnya Irwan semakin tidak mampu mengontrol birahinya yang sudah di ujung tanduk.

Dia menahan pinggul Istrinya, berusaha bertahan lebi lama lagi hingga Istrinya mencapai klimaksnya terlebih dahulu, tapi Iwan sudah di ambang batasnya, dia tidak kuat lagi menahan badai orgasmenya. Dia menarik batang penisnya, lalu kembali menghujaminya dengan keras.

Crrrottt... crroot... crrtroooottt...
Tanpa bisa di bendung, pertahan Iwan akhirnya jebol juga, dia memuntahkan spermanya kedalam rahim Istrinya yang telah memberinya seorang putra yang sekarang baru berusia dua tahun, dia berharap spermanya kali ini bisa memberi adik untuk anak semata wayangnya.

Tubuh telanjang Iwan, yang bermandikan keringat ambruk kesamping tubuh Istrinya.

"Abi... Umikan belum selesai !"

"Abi capek Umi, besok lagi ya sayang, habis kamu malam ini hebat banget." Puji Iwan sambil membelai wajah cantik Istrinya yang sedang cemberut.

"Maunya sekarang Bi."

"Abi ngantuk, besok aja ya... " Jawab Iwan, lalu dia berbalik sambil memeluk bantal gulingnya, membelakangi Istrinya.

Tentu saja Irma jadi uring-uringan, di tinggal tidur dalam keadaan menggantung, padahal sebentar lagi ia akan mencapai klimaksnya, tapi sayang Suaminya lagi-lagi tidak cukup kuat untuk memuaskan birahinya.

Irma segera turun dari atas tempat tidurnya, lalu ia mengambil gaun tidurnya yang agak menerawang berbahan sutra, tak lupa ia mengenakan kerudungnya.

Dia berfikir, mungkin dengan segelas air dingin bisa sedikit meredam birahinya yang masih terbakar.

-----------------

 
Bayangin aja Irma lgi pake jilbab

Gara-gara suara berisik dari kamar sahabatnya, Reza jadi tak bisa tidur, suara itu selalin mengganggu tidurnya, tapi juga membangkitkan birahinya.

Dia menyulut sebatang rokok di bibirnya, dia hisap lalu ia hembuskan kembali. Memang harus ia akui, Irma Istrinya Iwan memang sangat cantik, dia sendiri merasa iri melihat sahabatnya yang bisa menikahi wanita secantik dan sebaik Irma. Sedangkan dirinydirinya ? Kisah cintanya terlalu kelam, dia tinggal pergi oleh Istrinya, karena dia seorang pengangguran.

Alasan dia berada di sini karena pekerjaan, Iwan sahabatnya waktu kulia dulu menawarkan ia untuk mengajar di Madraysa yang di pimpin oleh mertuanya sendiri, karena ia merasa tidak punya pilihan lain, akhirnya ia menerima ajakan sahabatnya, dan untuk sementara waktu ia akan tinggal di rumah sahabatnya.

Tak... tak... tak...
Reza menoleh kebelakang, di lihatnya Irma Istri sahabatnya berjalan gontai menuju dirinya yang sedang di dapur, sepertinya Irma tidak menyadari kehadirannya, karena wanita cantik itu tampak begitu cuek, mengambil sebotol minuman mineral dari dalam lemari es.

"Capek ya Mbak !" Goda Reza, ia hanya ingin sekedar mengisengi Istri sahabatnya.

"Belum tidur Mas ?" Tanya Irma gugup.

"Gimana mau tidur Mbak, kalau di samping kamar saya suaranya sangat berisik." Ujar Reza, lalu di mengambil botol yang ada di tangan Irma, dan meminumnya langsung. "Mbak mau kopi, nanti saya buatkan." Sambung Reza, tanpa menunggu jawaban dia membuat secangkir kopi.

Tentu saja Irma shok mendengar ucapan Reza, dia merasa sangat malu, karena tadi tamunya bisa mendengar suara erangannya saat melayani Suaminya.

Seandainya saja dia mendengarkan peringatan Suaminya, setidak ia sekarang tak perlu merasa malu, dan bisa segera pergi tanpa merasa sungkan menolak pemberian dari tamunya yang sekarang sedang membuatkannya segelas kopi hangat untuk dirinya.

"Ini Mbak kopinya." Tawar Reza.

"Terimakasi ya, seharusnya saya yang melayani Mas, karena di sini Mas adalah tamu keluarga kami."

"Hahaha... jangan terlalu di pikirkan, saya senang bisa membuatkan segelas kopi untuk wanita secantik anda." Goda Reza sambil tersenyum. "Kalau belum mengantuk, saya bisa menemani Mbak ngobrol." Lanjut Reza sambil meminum kopi hangatnya tanpa melepas pandangannya kearah Irma.

"Terimakasi tapi... "

"Gak baik menolak permintaan seorang tamu." Potong Reza, sebelum Irma menolak ajakannya.

"Tapi maaf banget Mas, saya tidak bisa, Suami saya sedang tidur, gak baik kalau duduk berduaan dengan pria yang bukan muhrimnya, saya berharap Mas tidak tersinggung."

"Baiklah, saya mengerti, mungkin lain kali saja."

"Saya duluan ya Mas." Reza tersenyum sembari mengangguk.

-----------------------

Di dalam kamar, Irma duduk termenung di pinggiran tempat tidurnya, sementara itu, di sampingnya Iwan sedang tertidur lelap. Padahal sekarang ia sedang butuh teman, karena perasaannya sekarang sedang bercampur aduk, antara marah, malu dan kesal terhadap dirinya sendiri.

Dia mengutuk dirinya sendiri karena tanpa sadar dia telah mempermalukan dirinya di hadapan Reza, yang notabanenya adalah sahabat Suaminya. Seandainya saja dia keluar dengan pakaian lebi sopan, mungkin Reza tidak akan berbuat sekurang ajar itu kepadanya.

Tatapan matanya tadi, jelas mengisyaratkan nafsu binatang. Apa yang kulakukan barusan, seharusnya aku langsung pergi saat melihat dirinya, tadi... dia pasti bisa melihat tubuhku, oh tuhaaan... sekarang aku harus bagaimana kalau nanti bertemu dengan dirinya lagi, aku seorang wanita yang shaleha, tak pantas mengenakan pakaian seperti ini di depan pria lain.

Irma merebahkan tubuhnya, dia gigit pelan bibirnya, sementara tangannya turun hingga keselangkangannya.

Bayangan tatapan Reza kembali menghantuinya, membuatnya merasa malu dan terangsang. Ya... tatapan Reza membuat vaginanya terasa gatal.

Tidak... apa yang kulakukan, ini salah, ini tidak benar... Maafkan aku tuhan... maafkan aku ... 

Ia memejamkan matanya erat-erat, perlahan rasa kantuk mulai menguasai dirinya, detik berganti detik, menit berganti menit, hingga akhirnya ia benar-benar lelah bertarung dengan dirinya sendiri, hingga ia tertidur.

---------

Sementara itu, di rumah yang sama tapi di kamar yang berbeda, seorang pria sedang berbaring diatas tempat tidurnya dalam kondisi setengah telanjang.

Tangan kanannya memegang secarik kain, berwarna putih bergaris merah. Ia tampak begitu menikmati aroma yang menyengat dari celana dalam tersebut, sementara tangan kirinya berada di bawah, bergerak maju mundur mengocok penisnya dengan gerakan teratur.

"Aaahk... Irma !" Dia mendesis pelan.

Penampilan Irma malam ini memang di luar dugaannya, setelah sebelumnya ia mendengar suara erangan Irma, dan sekarang dia melihat langsung lekuk tubuh Istri sahabatnya itu secara langsung, hanya di tutupi kain tipis yang tak mampu menyembunyikan keindahan tubuhnya.

Reza palupi, seorang duda yang di tinggal pergi Istrinya, kelakuannya yang suka berjudi dan bermain wanita, membuat ia harus merasakan kerasnya hidup di balik jeruji besi, setelah ia diarak warga karena ketahuan melakukan percobaan pemerkosaan terhadap gadis desa di kampung halamannya.

Hampir tiga tahun lamanya dia tinggal di hotel predio, dan setelah keluar, dia tak lagi punya tempat untuk pulang kekampung halamannya, hingga akhirnya ia kembali di pertemukan dengan sahabat lamanya, teman seperjuangannya ketika ia menuntut ilmu di kota pelajar.

Reza sengaja mengarang cerita tentang kehidupannya, agar sahabatnya merasa kasihan dengannya. Dia bercerita kalau ia di tuduh memperkosa seorang gadis, hingga ia di penjara, dan Istrinya pergi meninggalkan dirinya dengan pria lain.

Mendengar cerita tragis sahabatnya, Iwan merasa kasihan, dan dia menawarkan Reza untuk ikut dengannya, mengajar ditempat ia mengajar.

Dan di sinilah Reza sekarang, dia begitu menikmati hari-harinya di lingkungan madrasa tempat ia tinggal sekarang. Tapi ada satu yang akhir-akhir ini sering mengganggu pikirannya, yaitu Istri sahabatnya Irma.

Hampir setiap malam, setelah ia tinggal di rumah Reza ia mendengar suara rintihan Istri sahabatmya, awalnya ia berusaha untuk tidak menghiraukan desahan mereka, tapi lama kelamaan dia mulai terganggu, pikiran jahatnya mulai kembali menguasai dirinya, di tambah lagi dengan kejadian barusan, dia sudah tidak tahan lagi dan berniat ingin memiliki Istri sahabatnya tersebut.

"Istrimu memang benar-benar luar biasa, di balik pakaiannya yang tertutup, ia sangat cantik, seksi dan sangat menggairahkan." Gumam Reza sambil menghirup dalam-dalam aroma celana dalam milik Istri sahabatnya.

Dia mengocok penisnya semakin cepat, dan berselang semenit kemudian, ia memuntahkan spermanya. Dia segera membersihkan sisa spermanya dengan menggunakan celana dalam Irma hingga bersi. "Aku tidak kalau terus-terusan begini, burungku bisa lecet, kalau setiap hari kukocok. Aku harus mendapatkannya, bagaimanapun caranya." Gumam Reza, kemudian dia menyembunyikan celana dalam tersebut kedalam lemarinya.

Dia mengambil hpnya, lalu berjalan keluar rumah. Cukup lama dia memandangi langit malam ini. Lalu segera ia membuka kontak hpnya, mencari nama dan kemudian menelponnya.

"Hallo... "

"Ya... halo, ini siapa ya ?"

"Ini saya Bang Reza." Jawab Reza.

"Reza mana ya ?" Tanya orang di sebrang, Reza mendesah pelan, sepertinya dia tidak menyimpan nomor Reza.

"Masa Abang lupa sama pelanggan sendiri."

"Sebentar.... ! Kamu Reza Palupi ? Tapi bukannya kamu masi di penjara ?"

""Udah keluarlah Bang, ini sudah tiga tahun."

"Wa... saya kira kamu masi tinggal di hotel prodio, Hahaha... "

"Sudalah Bang, itu masa lalu tak perlu di bahas." Kesal Reza, "Abang masi jualan ?" Tanya Reza, tidak mau terlalu lama berbasa-basi.

"Tentu, saya mau makan apa kalau tidak jualan, emangnya sekarang kamu butuh apa ? Obat untuk menggugurkan, atau obat perangsang."

"Obat perangsang Bang, satu botol kecil."

"Baiklah, kamu kirim alamatmu sekarang, dan jangan lupa transfer uangnya, karena kamu orang lama, saya.kasi harga lama. Kamu masi ingat nomor rekening saya ?"

"Saya masi nyimpan Bang, nanti segera saya kirim alamatnya, uangnya besok saya transfer."

"Berbisnis denganmu memang selalu menyenangkan"

"Uda dulu ya Bang, sekarang saya masi ada urusan." Buru-buru Reza menutup telponnya.

Sambil bersiul ringan, dia kembali kekamarnya, dia sudah tak sabar menunggu barang pesanannya tiba, pasti akan sangat menyenangkan bisa meniduri Irma. Tunggulah sayang, sebentar lagi kamu akan menjadi milikku, hahaha... Pikir Reza.

-----------------------------

Tidak ada komentar :

Posting Komentar