klik disini

Minggu, 19 Juni 2016

Malam Jahannam

Malam Jahannam

"Bangsat lo semua!!!" Santo beranjak dari kursinya. Ia menerjang seorang laki-laki yang baru saja mendobrak pintu. Tanpa perhitungan, ia maju sambil tangannya merogoh sesuatu di pinggangnya. Tapi kecepatan tangannya kalah dengan kecepatan sebutir timah panas yang menembus iga kirinya. Badannya tersentak, Santo tidak menyadarinya. Ia hanya mendengar letusan nyaring. Badannya tersentak lagi, dan letusan yang kedua membuat dia sadar kalau telah tertembak. Santo ambruk ke lantai. Peluru kedua menembus pangkal lehernya. Darah pun berhamburan di lantai.

Sasha yang melihat kejadian itu dengan jelas langsung histeris. Ia tak peduli dengan teriakan beberapa laki-laki untuk tetap diam. Dari kursinya, Sasha menghambur ke arah Santo. Ia menangis. Hanya bisa menangis. Tak tega melihat Santo yang nafasnya tersengal-sengal. Darah keluar deras dari lubang di balik kaos hitam dan leher Santo. Mata Santo mendelik, entah ia merasakan sakit atau apa. Tapi sepertinya Santo tahu ajalnya sudah dekat.

"Santooooo, hu hu hu hu...," Sasha berusaha mengangkat kepala Santo ke pangkuannya. Ia tak tega melihat sahabatnya berakhir seperti itu. Mengakhiri hidup seperti itu.

"Sha, gua minta maaf sama elo. Tuhan ternyata ada. Gue dipanggil duluan, gua dah selesai..." Santo terbata-bata menyelesaikan kalimatnya dengan nafas yang masih tersisa. Sasha menangis semakin keras. Ia mengguncangkan tubuh Santo karena Santo benar-benar tidak bergerak. Mata Santo terbuka dan mulutnya menganga. Darah melumuri celana pendek dan paha Sasha. Santo benar-benar kehilangan nyawanya kali ini. 

Dua laki-laki berbadan tegap berambut gondrong langsung memisahkan Sasha dari tubuh Santo. Seorang laki-laki lain yang tidak memegang senjata mengamankan dirinya, sedangkan dua orang yang memegang pistol menggeledah tubuh Santo. Sasha hanya bisa pasrah. Ia tak tahu harus berbuat apa. Untuk kesekian kalinya ia merasa perjalanan hidupnya akan menemui titik bawah lagi. 

*

"Santo.." Seorang perempuan pertengahan 30-an memanggil anaknya yang sedang berenang di kolam renang pekarangan rumah. Sang anak laki-laki yang baru menginjak remaja pun menepi, menghampiri ibunya.

"Sudah berenangnya. Makan dulu, mama bikin nasi goreng nih," ujar si Mama. 
Santo pun naik dari kolam renang, menghampiri meja di pinggir kolam tempat ibunya berdiri. Ia mengeringkan badan dan menemani ibunya yang sudah duduk.

"Istirahat dulu, jangan kecapekan, kamu kan harus belajar, besok ada ulangan nggak?"
"Ah belajar mulu mah, males. Kalo ulangan nyontek aja, gampang," ujar Santo sambil menyendok nasi goreng ke mulutnya. 

Mamanya hanya tersenyum mendengar jawaban itu. Namun Santo kemudian mendapatkan nasehat-nasehat yang penuh kasih sayang. Santo bahagia dengan perhatian mamanya. Mamanya adalah satu-satunya orang yang memberikan kasihnya dengan tulus. Ia jarang mendapatkan perhatian dari papanya, karena papanya tak tentu ada di rumah.

Dari sisi materi, Santo tidak pernah kekurangan. Ayahnya yang seorang pengusaha, berlebihan untuk membiayai mereka. Apalagi Santo adalah anak satu-satunya. Santo bisa dibilang anak paling kaya.

Hanya saja keindahan dan kehangatan keluarga itu tidak bisa bertahan seterusnya. Beberapa bulan setelah sore yang indah itu, Santo menemukan rahasia lain dari papa dan mamanya. Suatu malam, papa dan mamanya bertengkar hebat. Keduanya mengumpat kata-kata kasar. Semua nama binatang terucap dari mulut mereka. Santo tahu kalau mamanya marah karena papanya selingkuh. Tak hanya itu, masa lalu keduanya pun terkuak. Sekilas Santo mengetahui kalau dia bukanlah anak yang lahir karena cinta. Dia adalah anak yang lahir karena nafsu. Pernikahan kedua orangtuanya terjadi karena mamanya telah mengandungnya lebih dulu. 

Santo sedih mendengarnya. Ia yang baru menginjak remaja tidak paham seluruhnya dengan pertengkaran itu. Caci-maki kedua orangtuanya semakin hebat. Papanya bahkan tak segan-segan melayangkan tangan ke wajah mamanya. Santo tak tega melihat perlakuan itu, tapi ia juga takut melihat papanya yang sedang marah. 

Ketika pertengkaran itu mereda, ia melihat mamanya sudah mengemas koper. Mamanya akan meninggalkan rumah. Santo sempat merengek menghentikan langkah mamanya. Namun hati mamanya sudah hancur berkeping. Mamanya bertahan dengan pendiriannya. Ia tetap menuju mobil yang diparkir di garasi. Santo hanya bisa merengek, melihat mobil mamanya meninggalkan gerbang rumah. 

Santo menangis semakin jadi. Ia tahu bahwa ia akan menjadi laki-laki, tapi ia tak kuasa kehilangan mamanya. Ia menangis sejadi-jadinya, meringkuk di salah satu pilar rumahnya yang mirip istana. Ia tak peduli, meski papanya menyuruhnya masuk. 

Ia tetap menangis. Di dalam hatinya ia marah kepada papanya. Kenapa mamanya yang harus pergi dari rumah itu? Kenapa mamanya yang ditampar, jika yang tidak diinginkan di rumah itu adalah dirinya. Ia sedih, marah, bingung, dan sebagainya. Isakan tangisnya semakin lama semakin reda, namun kesakitannya mengendap di dasar hatinya. Sampai Mang Udin, penjaga rumah, mengantarkan Santo masuk ke dalam kamarnya.

Sejak malam itu, Santo benar-benar merasa sendirian. Tidak ada lagi orang yang memberikan perhatian padanya. Papanya bahkan tidak berkomunikasi dengannya seminggu setelah itu. 

Kesedihan Santo bertambah, ketika dua bulan berikutnya datang seorang perempuan yang dipanggilnya Tante Dona. Papanya bilang bahwa Tante Dona adalah calon ibunya yang baru. Santo benci kepada perempuan itu, karena perempuan itu yang membuat mamanya pergi.

Namun sebagai laki-laki remaja yang menginjak dewasa, Santo tak bisa membohongi dirinya kalau dia tertarik dengan kecantikan Tante Dona. Saat menemani papanya, Tante Dona selalu tampil anggun. Bahkan saat papanya tidak di rumah, Tante Dona selalu menjaga sikapnya dengan baik. Dona adalah sosok perempuan yang matang baik seksualitas ataupun kedewasaan. 

Ketertarikan Santo terhadap Dona terus bertambah. Ia sering mengamati Dona jika sedang berenang. Jika mendapat kesempatan itu, Santo membandingkan tubuh Dona dengan adegan-adegan film biru yang sering ditontonnya. 

Sampai suatu malam, saat Papanya tidak ada, Santo tahu siapa sebenarnya Dona. Santo terkejut ketika Dona masuk ke kamarnya saat dia sedang menonton bokep. Dona hanya tersenyum melihatnya sedang onani. Santo gugup Dona menghampirinya. Dia malu sekali.

"Kamu suka nonton itu ya? Coba Tante lihat punyamu?" Dona langsung menyibakkan bantal yang menutupi selangkangan Santo. "Hhhmmm, masih lemes. Tante bikin tegang ya." Tanpa ragu-ragu Dona langsung menggenggam penis Santo. 

"Tante.." Santo bingung.
"Kamu diam saja. Jangan bilang Papa ya, Tante juga gak akan bilang ke Papa," ujar Dona menenangkan.
"Iiiyyyaaa tante..."
"Kamu sudah punya pacar?"
"Sudah tante?"
"Oooo, sudah pernah ML?"
"Belum pernah."
"Ooo, kalo lihat perempuan telanjang?"
"Sudah tante."
"Pacarmu?"
"Iya," Santo menjawab lugu. 
"Kok gak sekalian ML saja kalau sudah telanjang?"
"Eeee takut tante."
"Takut apa?"
"Hamil."
"Oooo, kalo sama tante jangan takut ya."
"Iyaa..."
"Dah kamu gak usah lihat filmnya. Lihat tante aja. Tante bisa kok kaya di film." Dona benar-benar menjadi mentor yang baik buat Santo malam itu. 

Bagi Santo, kehadiran Dona tentu saja membuat dia bimbang. Satu sisi dia benci dengan calon ibu tirinya, sisi lain Santo benar-benar penasaran dengan yang namanya ML. Dan Dona menawarkan hal itu.

"Tante....?" Santo coba mengutarakan kebimbangannya.
"Husssh...kamu diam saja. Nikmati saja. Kamu akan jadi laki-laki dewasa," ujar Dona.
"Tapiiii..."
"Gak ada tapi-tapian. Saya tahu kamu benci saya. Karena saya mengambil ayahmu kan? Jadi kenapa tidak sekalian saja, kamu ambil saya dari ayahmu, jadi saya tidak akan pernah jadi ibumu," Dona berurai panjang tanpa dimengerti Santo. Sementara tangannya terus mengocok penis Santo.

"Kalau ketahuan saya bisa dibunuh Tante."
"Gak akan ketahuan, kalau salah satu dari kita tidak memberi tahu. Saya akan tutup mulut. Kamu?"
"Saya juga akan diam."
"Bagus kalau gitu. Nikmati ya. Tuh dah tegang," ujar Dona yang menghentikan kocokannya. Dia kemudian melepas daster tidurnya. Dona langsung bugil karena ia tidak memakai pakaian dalam.

Santo menelan ludah secara tak sadar. Baru kali itu ia melihat tubuh perempuan dewasa yang sangat menggiurkan. Tak beda jauh dengan pemain film bokep yang sering dia tonton. 

Dona kemudian mengulum penis Santo. Bibirnya secara teratur naik turun mengurut urat penis Santo. Santo kegelian sekaligus terangsang. Dona benar-benar perempuan berpengalaman, Santo yang masih bau kencur dibuatnya mabuk kepayang. Kuluman bibirnya di penis Santo membuat anak itu melupakan semua kebimbangannya. Dona juga meraba buah zakar yang membuat Santo tak bisa menahan kenikmatannya. Tanpa memberi aba-aba, Santo memuncratkan spermanya. Dona tersedak. Tapi dengan sigap Dona menampung semua sperma Santo di dalam mulutnya. Santo langsung terkulai lemas, sedangkan Dona menelan semua sperma Santo.

"Makasih ya," ujar Dona.
"Iya Tante. Tapi kok Tante yang makasih, bukannya saya ya?" Santo mulai berani memulai obrolan.
"Banyak orang percaya, sperma perjaka itu obat awet muda. Makanya Tante senang kamu kasih buat Tante. Dah sekarang istirahat dulu, penis kamu layu tuh," goda Dona.

Dona pun rebahan di samping Santo. Dona membuka obrolan soal seks. Ia membahas adegan-adegan dalam film yang masih berputar. Santo tidak canggung lagi. Ia bertanya-tanya seputar seks. Dona menjadi guru yang baik. Tak hanya menjelaskan, tapi memberi contoh langsung. 

"Sekarang coba kamu cium Tante ya. Yang lembut, seakan-akan Tante ini pacarmu. Kamu tidak mau kehilangan dia," pinta Dona. Santo pun melakukan permintaan itu. Ia mencium bibir Dona, lembut. Dona membalasnya dengan lembut. Namun seiring ciuman itu, Dona mengeluarkan jurusnya untuk memancing libido Santo. Lidah Dona menari-nari di dalam pagutannya. Tangannya meremas-remas rambut Santo. 

Puas dengan bibir, Dona meminta Santo menjilati semua tubuhnya. Hanya saja sebelum itu ia meminta Santo untuk telanjang seperti dirinya. Santo melepas kaos, pakaian satu-satunya yang masih melekat.

Dona mengarahkan jilatan Santo di wajahnya. Ia ingin Santo membangunkan birahinya. Ia juga meraih tangan Santo untuk meraba payudaranya. Sebagai seorang pemula, Santo pun tidak pasif. Ia mempraktekkan pengetahuannya dari film bokep. Tak butuh waktu lama gairah Dona bangkit. "Jilat puting Tante To," pinta Dona. 

Santo sigap mengulum pentil Dona. Pentilnya yang hitam mancung membuat Santo bersemangat. Bagi Dona, jilatan Santo mungkin masih kalah dengan puluhan laki-laki yang pernah tidur bersamanya. Tapi karena Santo yang masih perjaka menghasilkan sensasi tersendiri. Jarang-jarang Dona bisa mendapatkan keperjakaan seseorang.
"Gigit-gigit kecil To," pintanya lagi. "Aaauuu jangan keras-keras.." Dona kesakitan karena Santo terlalu bersemangat. "Iya segitu pas, uuuuhhhhh....geli enak To."

Santo mengulanginya lagi. Tanpa disuruh ia pindah ke puting sebelahnya lagi. Kali ini ia mulai mahir mengimbangi Dona. Dona menilai Santo sudah lulus dengan nilai cukup untuk jilatan di payudara, selanjutnya ia ingin Santo menjilat vaginanya. "Ke memek Tante To. Jilat memeknya," Dona mulai tinggi birahinya. 

Lagi, Santo terkagum-kagum. Vagina perempuan yang selalu membuatnya penasaran, kini ada di depan mata. Ia memperhatikan lekuknya, bentuknya, dan baunya. Santo kembali menelan ludah, ia sangat terangsang. Vagina Dona bersih dari rambut-rambut, belahannya merekah memanjang. Di kanan-kirinya menyembul daging lebih. Dalam hati Santo pasti daging itu empuk sekali. Ketika ia mendekatkan wajahnya, tak tercium bau amis. Bahkan Santo malah merasa vagina itu berbau harum.

"Jilatin To, jangan diem aja," Dona mulai tidak sabar. Santo tersadar dan mulai memenuhi permintaan Dona. Santo menjilat vagina Dona dengan kasar. "Uuuuhhhh, gak apa dikerasin aja To. Langsung aja ke itilnya," Dona benar-benar tidak sabaran ingin mendapatkan perjaka Santo.
Tangan Dona pun membantu Santo membuka belahan vaginanya. Ia menunjuk klitorisnya agar di jilat Santo.

Baru kali itu Santo benar-benar mengetahui apa yang namanya klitoris. Santo bernafsu menjilatnya. Dona melenguh keenakan. "Uuuuuhhhhhh lidahmu jago. Nggak nyangka, perjaka kecil langsung jago. Udah To, sekarang masukin kontolmu," pinta Dona.

Inilah saat yang ditunggu-tunggu Santo. Tangannya menggenggam penisnya dengan mantap. Ia mengarakan ke lubang vagina Dona. Tanpa ragu-ragu, Santo membenamkan penisnya. "Aaaahhhhhhh....." Dona melenguh keenakan. Berdasarkan adegan bokep, Santo tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya, menusuk dan menarik penisnya berulang-ulang. Tapi sejenak ia ingin merasakan momen itu. Penisnya benar-benar tertanam di vagina perempuan. Sungguh sensasinya luar biasa. Santo seperti dalam mimpi. 

"Tannteeeee...." Ujar Santo. Entah ia keenakan atau kegirangan. Hanya itu yang bisa keluar dari mulutnya saat melepas perjakanya. 
"Iiiyyaaa, sayang. Enak ya?" Balas Dona. Penis Santo mungkin tidak sehebat penis-penis lain yang pernah singgah di vagina Dona. Tapi sekali lagi, kali ini adalah penis perjaka. 

"Nikmatin dulu sayang. Gak usah buru-buru, memek tante gak kemana-mana kok," Dona menenangkan Santo. Dona kemudian memberi isyarat agar wajah Santo mendekat ke wajahnya. Ia ingin mengulum bibir Santo. 

Santo merebahkan badannya dan langsung mencium bibir Dona. Tak ada basa-basi, Santo mengulumnya dengan keras. Dona sampai kewalahan. Tapi ia paham, darah muda selalu lebih liar dibanding penampilannya. 

Dona harus melepaskan kuluman itu karena ia merasa tidak nyaman. Sebagai gantinya, dia meminta Santo untuk meraba payudaranya. 

Masih dengan semangat yang sama, Santo meraba payudara Dona dengan kasar. Tapi itu malah yang diinginkan Dona. Libidonya jadi cepat naik. "Sekarang kontolmu digoyang, masuk-keluar," pinta Dona. 

Dengan sekuat tenaga, Santo mempraktekkan teori dari film bokep. Rasanya luar biasa, berbeda jauh dengan onani. Hangatnya dinding vagina ternyata membuat dia nyaman. Santo menghujamkan penisnya sedalam-dalamnya. Ia tak peduli dengan irama. Yang penting masuk, masuk, dan masuk lagi.

Dona hanya bisa memaklumi. "Nanti kalo mau keluar bilang ya. Tante mau minum spermamu lagi," ujar Dona tak mau kehilangan sperma Santo.

"He'eh," hanya itu jawaban yang keluar dari mulut Santo. Ia fokus membenamkan penisnya ke dalam vagina. Menyodok sekeras-kerasnya. 

Santo terengah-engah. Ia seperti orang yang sedang melakukan sprint, berlari kencang tanpa berhenti. Nafsunya benar-benar sudah di ubun-ubun. Dona hanya bisa memakluminya. Ia membiarkan Santo menuntaskan birahinya. Tak lama kemudian Santo merasakan spermanya ingin muncrat.
"Tttttaaaannte.. Mau keluar," ujar Santo terengah-engah.

Tak peduli dengan Santo yang sedang menuju puncak birahi, Dona langsung mendorong tubuh Santo dengan keras. Santo terpelanting ke samping hingga penisnya terlepas. Ia sempat kaget dengan perlakuan Dona. Namun Dona segera menghampiri penis Santo dan mengulumnya kuat-kuat. Tangannya dengan terampil mengurut urat di bagian bawah penis. Membantu Santo mencapai klimaks.

Benar saja beberapa detik kemudian, sperma muncrat di dalam mulut Dona. "Aaaaaaaahhhhhh........aahh....aaahhhh....aaahhh.. .aahh...aahh...aahhh....," Santo merasakan ejakulasinya. 

Mulut Dona sudah berpengalaman, meski panggul Santo menghentak-hentak, mulutnya bisa mengikuti irama dan menampung semua sperma Santo tanpa keluar setetes pun. 

Mulut Dona tetap berada di ujung penis Santo, menunggu anak itu lebih tenang. Setelah itu Dona melepas mulutnya, merangkak ke wajah Santo, dan memperlihatkan sperma di dalam mulutnya kepada Santo. Dengan mimik yang sensual, ia menggoda Santo, lalu menelan sperma itu. Ia ingin memberikan kenangan indah untuk anak calon suaminya.

Dona puas sekali. Ia kembali mendapatkan sperma perjaka. Ia mengecup pipi Santo, lalu rebahan di sampingnya. "Enak sayang? Selamat ya, kamu sudah dewasa sekarang," ujarnya kepada Santo.

Sementara Santo masih mengatur nafasnya. Ia lega sekali, semua penat, ketegangan, rasa penasaran, tiba-tiba hilang. Dunianya kini indah sekali. Sungguh pengalaman yang luar biasa.

"Nanti kalau kamu mau lagi, bilang Tante. Tapi jangan saat ada Papa ya," Dona membelai dada Santo.
"Iya Tante."
Malam itu benar-benar membuka wawasan baru buat Santo. Sepanjang malam, ia diajak Dona mengeksplorasi tubuh. Berbagai adegan yang ada di dalam film dipraktekkan semua.

Hubungan antara Santo dan Dona semakin cair. Santo tahu bahwa Dona sebenarnya adalah mantan pramugari yang sudah berhenti bekerja. Maka tak heran jika Dona memiliki tubuh yang sangat menggoda. 

Santo sangat menyukai perlakukan Dona, tapi sebenarnya ia bingung menempatkan Dona. Ia tak bisa menyebut Dona sebagai calon ibunya, karena jika saat papanya tidak ada, dia menggantikan peran papanya. Santo juga tidak bisa menganggap Dona sebagai kekasih, karena tidak ada perasaan cinta di dalamnya. Tapi pikiran itu hanya muncul sesaat, selebihnya, Santo menempatkan Dona sebagai penyalur gejolak birahinya yang sangat tinggi.

Dengan pengalaman bersama Tante Dona, Santo memulai petualangannya. Ujian pertamanya adalah memerawani pacarnya, Shinta. Berbekal rayuan tak akan meninggalkan Shinta, Santo berhasil mendapatkan keperawanannya. Shinta hanya menangis saja saat itu. Tapi bagi Santo, ia punya perbandingan. Lebih enak ML dengan perempuan dewasa dibanding dengan pemula. 

Santo kemudian memutuskan Shinta, karena selepas SMP, mereka sekolah di SMA yang berbeda. Petualangan Santo semakin jadi. Di SMA Tunas Bangsa ia bertemu dengan teman-teman yang punya kegemaran sama, Doni, Iwan, dan Reza. 

Awalnya Santo berkenalan dengan Doni yang baru saja berhasil mengambil perawannya Sasha. 
Dua sahabat yang memiliki kegemaran sama itu saling berbagi. Santo bahkan mendapat kesempatan untuk ML dengan Sasha, sedangkan Doni mendapat kesempatan dengan Tante Dona. 

Mereka kemudian bersahabat dengan Iwan. Kuartet penjahat kelamin itu menjadi lengkap dengan kehadiran Reza. Hanya saja saat itu, Reza mengaku masih perjaka.

"Jadi Reza masih perjaka To? Kenalin sama Tante dong?" Ujar Dona yang sudah tidak tinggal bersama keluarga Santo lagi.
"Tante gak puas-puas apa sama perjaka?" Santo bingung.
"He he he, asyik kalo sama yang baru. Lagian kalo udah umur segini susah nyari perjaka To, dapetnya bajingan mulu. Tante lebih suka calon bajingan, he he he," ujar Dona menggoda Santo.

"Tanya Doni dulu deh Tan, dia setuju gak?" Santo coba memberi pertimbangan.
"Atau gini aja, kita barengan aja semua. Sekalian ajak Sasha, kan jadi seru tuh. Di sini aja," bujuk Dona.
"Ha ha ha. Tante nggak kehabisan ide kalau untuk urusan kaya gini," Santo senang.

Mereka pun merencanakan sebuah pesta di apartemen Dona. Dua bulan terakhir, Dona tinggal di apartemennya sendiri. Hubungan antara dia dengan papanya Santo selesai dengan baik-baik. 
"Kalau kamu bisa tidur dengan siapapun, kenapa aku tidak boleh? Apa yang kita cari sebenarnya bukan hubungan jangka panjang. Coba Mas sadari. Lebih baik Mas kembali ke istri Mas. Kalau sama saya, selama kita ada waktu, kita bisa melakukannya," ujar Dona halus. Dan kesepakatan itulah yang terjadi. Dona lebih senang menjadi simpanan bapak dan anak itu.Malam Minggu, mereka menyepakati menggelar pesta seru di apartemen Dona. Semua persiapan telah dilakukan. Doni dan Sasha membawa satu krat bir serta makanan ringan. Tak lupa, Doni membawa perlengkapan yang dibutuhkan. Dona mengeluarkan koleksi sex toysnya. Ia berencana akan membuat empat remaja tanggung itu pulang merangkak. 

Apartemen Dona cukup besar untuk ukuran seseorang yang tinggal sendirian. Di dalamnya ada dua kamar tidur dengan satu kamar utama yang cukup luas. Selain itu, ada juga ruang tamu dengan sofa yang empuk. Dapurnya ditata artistik yang langsung tersambung dengan ruang tamu. Ada sekat seperti meja bartender yang memudahkan lalu lintas makanan. Teras di samping ruang tamu memberikan pemandangan gedung-gedung pencakar langit. Meski tidak berada di lantai paling atas, namun cukup untuk merasakan angin yang kencang jika berada di luar.

Desain interiornya ditata dengan apik. Dua sofa panjang yang empuk saling berhadapan, dipisahkan sebuah meja jati vernis yang panjang. Di atas meja itu sudah tersedia botol-botol bir, gelas, dan es batu. Juga makanan ringan. Sedangkan di salah satu sisi antara sofa itu terbujur sofa tanpa sandaran yang menempel dengan kaca besar jendela teras. Untuk melengkapi kesan persegi empat, Dona menempatkan televisi LCD besar di tembok, lengkap dengan audio yang tak kalah dengan mini theatre.

Hampir seluruh furniture dan aksesoriesnya adalah barang-barang mewah. Tentu saja, bukan Dona yang membelinya. Ia tinggal tunjuk dan ada laki-laki lain yang membayarnya. Termasuk ayahnya Santo.

"Dona," ujarnya ketika menerima salam perkenalan dari Reza saat mereka berkumpul di ruang tengah.
"Dah kumpul semua nih, Doni mana?" Dona melihat Doni dan Sasha tidak ada di ruang tamu.
"Tuh di kamar mandi, sama Sasha," celetuk Iwan.
"Wah jangan-jangan colongan mereka, mulai duluan," goda Dona.
"Don keluar lu, jangan colongan dong!" Santo mengetuk pintu kamar mandi.
"Bentar, ngelepasin piercingnya Sasha, kasian dia," balas Doni dari dalem.
"Ngelepasin piercing apa ngelepasin peju?" Celetuk Iwan.

Reza yang belum pernah ML hanya dag dig dug. Ia tidak sabar untuk segera selevel dengan teman-temannya. Ia ingin mencoba tubuh Dona yang selama ini hanya didengar lewat cerita saja.

Sejak tadi Reza melirik-lirik Dona yang memakai kaos longgar dan celana jeans yang super pendek. Kaos putih Dona sangat tipis, hingga bra hitamnya membayang. Sedangkan di bagian bawah terpampang paha yang putih mulus hingga dekat selangkangannya. Reza sangat penasaran sekali, ia tak sabar ingin mencobanya. 

Sebenarnya jika dibanding dengan Dona, Sasha tak kalah cantik dan menggoda. Dengan tank top tanpa bra dan celana pendek, Sasha sangat menggoda. Apalagi Sasha lebih muda, lebih segar. Tapi otak Reza telah dipenuhi khayalan akan Dona. Ia benar-benar tak sabar untuk melepaskan perjakanya untuk Dona. 

Tak hanya Reza, Iwan pun sebenarnya penasaran dengan Dona. Ia juga baru pertama kali bertemu Dona. Tapi ia mengerti, ia bukanlah bintang utama di pesta itu. Ia mengikhlaskan posisi itu untuk Reza. Iwan sudah bersyukur jika ia bisa ikut menikmati tubuh Sasha.

"Terus gimana nih, kalo dah kumpul semua?" Dona coba membuka acara itu. 
"Terserah Tante, kan yang punya acara Tante, kita kan cuma jadi penggembira aja," ujar Doni.
"Doni kok terus terang banget sih, kan tante jadi malu. Ada Sasha tuh," Dona tetap berusaha tampil menawan meski umurnya berbeda jauh dengan lima orang lainnya.
"Tante kalo mau mulai, duluan aja. Santo mau makan dulu, laper," ujar Santo.
"Ya udah kita main game aja dulu ya. Tapi main apa ya?" Ujar Dona memancing kelimanya.
"Main kartu aja Tante, yang kalah telanjang," Sasha coba memberikan ide.
"Ah kalau main kartu, terus yang kalah telanjang mah biasa Sha. Gak usah kalah kita juga bakalan telanjang," balas Iwan.
"Ooooo, Tante tahu. Kita main lempar kontol yuk," Dona menyebutkan permainan yang sudah disiapkan.
"Wah apaan tuh Tan?" Sasha penasaran sekaligus malu-malu mendengarnya.

Dona tersenyum dan mengambil aksesories penis kayu dari kamarnya. "Ini sederhana aja kok. Yang cowok-cowok lomba lempar penis ini ke dalam vas bunga itu. Siapa yang bisa memasukkan penis ke dalam vas, maka dia dapat yang dia mau. Dia boleh minta apa aja sama kita Sha. Tapi kalau nggak berhasil, gantian dia harus ikut dengan kemauan kita. Nah sebelum melempar, masing-masing harus menyebutkan, mau diapain. Karena ceweknya ada dua, jadi setiap orang melemparnya dua kali," ujar Dona.

"Ooo, jadi maksudnya, kaya gini ya. Gue pengen di oral sama Sasha, kalo lemparan gue sukses, maka gue berhak dapet oralnya Sasha, tapi kalo gak, terserah Sasha mau ngapain gue. Begitu juga sama Tante Dona?," tanya Doni.
"Pinter," balas Dona. "Sederhana kan, tapi pastinya kalian pada semangat," goda Dona. 
"Ha ha ha ha, setuju," balas Iwan. "To elo setuju gak?"
"Gue ikut aja," ujar Santo yang lagi sibuk di meja mini bartender. 

Dona kemudian meminta Doni untuk menyiapkan peralatan lomba itu. Doni menaruh vas bunga di dekat TV. Ia juga membuat batas untuk melakukan lemparan. Tak berapa lama mereka bersiap unjuk kebolehan melempar aksesories itu ke vas bunga yang sudah dikosongkan. Iwan mengambil urutan pertama.

"Gue mau doggy sama Sasha," ujarnya sebelum melempar penis kayu itu ke vas bunga.
"Kamu mau apa Sha, Iwan dah bilang tuh," sela Dona sebelum Iwan benar-benar melempar.
"Mau apa ya....? Bingung...," Sasha masih malu-malu. 
"Jangan bingung Sha, sebutin aja. Ini kesempatan kamu melampiaskan semua imajinasi kamu," saran Dona. 
"Nggak tahu mau apa Tan," Sasha masih belum memberikan keputusan. 

Dona kemudian menghampiri Sasha. Dia kemudian berbisik kepada Sasha, sedangkan Sasha hanya cekikikan.
"Aku mau Iwan jilatin memekku sampe aku keluar, dua kali," ujar Shasa sambil tertawa.
"Ha ha ha, siap," balas Iwan.

Iwan kemudian mengajak rekan-rekannya melakukan tos, dengan botol bir. Ia berharap lemparannya sukses. Doni dan Reza pun memberikan semangat kepada Iwan dengan yel-yel, "doggy, doggy, doggy...." Sayangnya lemparannya melenceng jauh. 
"Ha ha ha ha ha, siapin lidah lu Wan," ujar Doni. 
"Sial, gak bisa doggy deh. Eh masih ada kesempatan satu lagi kan? Buat Tante Dona ya? Apa ya? Doggy juga deh," ujar Iwan.
"Boleh, tapi kalau nggak masuk, Tante mau kamu ngewe sama Tante pakai seragam satpam," ujar Dona. 
"Seragam satpamnya mana Tante?"
"Ada tuh, Doni dah siapin," balas Dona.
"Ha ha ha, siap-siap jadi satpam yang suka jilat Wan," Doni berusaha memecahkan konsentrasi Iwan. Kali ini pun yel-yelnya berubah menjadi, "satpam, satpam, satpam...." Dan benar saja, lemparan Iwan kembali gagal. 

"Shit, gagal deh. Gak ada bonus lemparan ya," Iwan coba menawar. Tapi semua malah menyoraki Iwan. 
"Sekarang siapa lagi?" Dona bertanya pada Doni, Reza, dan Santo. Namun Doni mengambil inisiatif untuk melakukan lemparan. 

"Buat Tante Dona, gue mau anal. Buat Sasha gue mau CIM," ujar Doni bersiap-siap melempar penisnya.
"Boleh, Don. Kalo gak masuk kamu aku iket ya, tangan sama kaki aku iket ke kasur. Pokoknya kamu gak boleh pegang-pegang, he he he," ujar Dona.
"Siap Tan... Sasha mau apa?" Tanya Doni.
"Aku mau kamu jilatin pantat aku," ujar Sasha. 
"Ha ha ha....," Santo yang sedang makan malah tertawa mendengarnya.
"Iya deeehhhh..." Doni siap dengan pertaruhannya. Botol bir yang dipegangnya diangkat tinggi-tinggi, ia mengajak tos bersama teman-temannya. Teriakan dukungan terhadap Doni muncul dari Iwan dan Santo, sedangkan Sasha memberikan dukungan kepada Dona.
"Annaaallll....!" Doni teriak sambil melempar penisnya. Penis kayu itu sempat mengenai pinggiran keramik vas bunga, hanya saja terpental ke luar lubang. 
"Ha ha ha, siap Tante siksa Don? Ha ha ha, kamu jadi budakku malam ini," ujar Dona puas. 
"Waahh gak jadi anal deh," Doni merasa kecewa. Tapi dia punya satu kesempatan lagi untuk Sasha. Dia berharap lemparannya kali ini akan sukses. Selama dia ML dengan Sasha, kulumannya selalu membuat dia terbang ke awan.
"Ini buat elo Sha, CIM ya..."
"Masukin dulu aja Don, baru ngomong," balas Sasha.
Doni berkonsentrasi kali ini. Setelah lemparan pertamanya gagal, dia tak ingin kecewa lagi. Doni fokus pada kekuatan dan arah gerak tangannya. Setelah merasa mantap, ia melepaskan penis kayu itu, dan ternyata lemparannya berhasil. "Sasha......he he he...," goda Doni. 
"Aahhh...elu mah emang ketagihan sama mulut gue..," balas Sasha.
"Nih sekarang giliran Reza," Doni menyerahkan estafetnya ke Reza.

Reza yang menjadi bintang dalam pesta ini sebenarnya tak punya keinginan lain selain ML dengan Tante Dona. Bahkan ia juga tidak masalah jika ML dengan Sasha. Ia tak peduli dengan gaya apapun, diotaknya, ia hanya ingin merasakan vagina. 

"Gue mau ML ama Tante Dona sampe pagi," ujar Reza tiba-tiba.
"Wow sabar bro. Kalo sampe pagi itu namanya monopoli Tante Dona? Gimana yang laen bro, setuju gak?" Doni coba berargumentasi. 
"Boleh aja sih Don, asal yang laennya udah terselesaikan dengan baik he he he," balas Iwan.
"Okeh setuju kalo gitu Wan. Gimana Tante, setuju?"
"Kalo Tante sih siapa takut, sampe pagi ayo. Tapi Tante maen sama Reza duluan sebelum sama siapa-siapa. Itu syarat mutlak, gak bisa diganggu gugat," ujar Dona.
"Ooooo kalo itu mah setuju Tante. Kita kasih penghargaan buat Reza malam ini, tos dulu dong semua," ujar Doni.

Reza kemudian mengambil ancang-ancang untuk melempar penis kayu itu ke dalam vas bunga. Kali ini semua diam. Mereka berharap Reza benar-benar berhasil. Dan hap, Reza berhasil memasukkan penis kayu itu ke dalam vas. "Cihuy sampe pagi...," Reza kegirangan.
"Selamet Bro, ini memang malem elu," ujar Doni. Tante Dona pun tersenyum lebar. Ia akan benar-benar merasakan barang baru. Ia sudah siap dengan segala triknya untuk membuat Reza mabuk kepayang.

"Buat Sasha apa ya? Gue bingung nih. Terserah elu aja deh Sha..." Reza merasa cukup puas dengan lemparan pertama.
"Jangan gitu Za. Mending lemparan elu buat gue aja," Iwan coba mencuri kesempatan. 
"Woooo, kagak boleh bro. Rejekinya masing-masing," Doni langsung membantah.

"Gue sebenernya pengen ML sama elu Sha, tapi gak di sini. Di toilet sekolah. Gimana? Apa bisa kalo permintaan gue kaya gitu?" Reza mengutarakan keinginan terpendamnya.
"Yah kalo itu mah gak bisa Za, taruhannya di sini, ya mainnya di sini juga," ujar Doni.
"Udah, ML-nya di toilet sini aja," Dona coba menengahi.
"Ya udah deh kalo gitu, daripada kelamaan," Reza mengalah.

Reza pun bersiap melakukan lemparan kedua. Dan kali ini lemparannya kembali masuk ke dalam vas bunga. Ia memang menjadi bintang malam ini. Semua teman-temannya melakukan tos untuk Reza.

Kini giliran Santo yang melakukan lemparan. Santo yang baru selesai makan sebenarnya tidak terlalu semangat dengan permainan ini. Ia sudah berkali-kali merasakan tubuh Dona dan juga beberapa kali tubuh Sasha. Maka ketika mengambil giliran terakhir, Santo tidak menyebutkan keinginan apa-apa.

"Gue cuma mau jadi pelayan Tante sama Sasha aja, jadi masuk gak masuk, terserah Tante mau apa," ujar Santo.
"Yaahh gak asik To, tapi terserah. Tante sih maunya kamu jilatin memek Tante sampe keluar. Lidah kamu ajaib," ujar Dona.
"Sasha juga sama, Santo lebih enak lidahnya dari pada tititnya," ujar Sasha.
"Sha!" Doni berkata agak keras kepada Sasha untuk menjaga kata-katanya. Entah karena pengaruh alkohol, Sasha dianggap terlalu ceplas-ceplos.

Buat Doni, Santo, Dona, dan Sasha, mereka sudah tahu jika penis Santo lebih pendek dibanding penis yang pernah mereka ketahui. Doni yang tahu perasaan sahabatnya berusaha menjaga agar tidak muncul hal-hal yang menyinggung Santo. Doni juga pernah cerita kepada Iwan dan Reza tentang sahabatnya itu.

"Apaan sih Doni. Santonya juga gak apa. Lagian selama ini gue puas kok kalo dijilat Santo," balas Sasha.
"Udah, gak usah ribut, mau party gak nih," Dona kembali menengahi.

Santo yang bersiap melakukan lemparan hanya bisa tersenyum hambar. Ia tahu bahwa teman-temanya tidak ingin menyinggung perasaannya, tapi jauh di lubuk hatinya, ia juga ingin dianggap sebagai laki-laki sejati.

Hap, lemparan Santo gagal. Dan lemparan yang kedua pun gagal. Santo tidak kecewa dengan hal itu, ia hanya melangkahkan kakinya dengan gontai ke sofa, duduk di samping Dona. 

Dona menyambut Santo dengan memberikan sebotol bir. Santo menerima botol itu dan langsung menenggaknya hingga terkuras setengah botol. Tak peduli dengan siapapun, Santo langsung meraih Dona dan mencium bibir Dona dengan agresif. Dona membalasnya dengan pagutan yang lebih provokatif. Ia ingin memancing Reza yang duduk di sebrangnya.

"Woowww....langsung dimulai guyss. Okelah kalau begitu," Doni menenggak bir dari botolnya dan langsung mendekati Sasha. Sasha yang sudah berpindah duduk di meja bar tahu apa yang akan dilakukan Doni. Sejak pertama kali mengenal seks dengan Doni, ia tak pernah bosan dengan laki-laki itu. Doni selalu memuaskan jika ia sedang butuh.

Ciuman Doni dibalas dengan hangat oleh Sasha. Sasha sudah hapal dengan perlakukan Doni. Dari pagutan lidah, Doni akan merangsangnya dengan rabaan-rabaan di payudaranya, sehingga ia membusungkan dada, menempelkan payudaranya ke dada Doni. Sasha turun dari tempat duduknya yang tinggi. Kini mereka berpagutan sambil berdiri. Tangan Doni menjelajah bagian depan kaos Sasha. Sasha mulai merasakan gairahnya bangkit. Gerakan tubuhnya terlihat erotis bagi Iwan. 

Iwan menghampiri Doni dan Sasha. Ia mengambil posisi di belakang Sasha, dan langsung meraba pantat Sasha yang masih terbungkus celana pendek. Pantat Sasha sangat menggiurkan, karena ia sedang beranjak dewasa. Tak hanya meraba pantat, Iwan juga mencium punggung dan tengkuk Sasha. 

"Ooohhh..." Lenguhan itu keluar dari mulut Sasha. Ia merinding tiba-tiba mendapatkan stimulus dan dua arah, Doni dengan pagutan lidah dan rabaan payudara di depan, dan ciuman tengkuk Iwan dari belakang. Jika selama ini ia hanya dirangsang satu titik saja, kini titik-titik syaraf seksual tubuhnya dibangkitkan serentak. Sasha merasa tidak menginjak lantai. Tubuhnya kembali membuat gerakan-gerakan erotis. 

Doni tahu bahwa sex partnernya sedang mendapatkan pengalaman baru dengan cumbuan dua orang. Ia tak melepaskan pagutan lidahnya, namun tangannya kini berpindah ke selangkangan Sasha. Tangan kanan Doni menekan-nekan selangkangan Sasha meski masih terbungkus celana pendek. 

Gairah Sasha semakin naik. Kini kedua tangannya bergantungan di leher Doni. Ia menikmati rabaan Doni dan Iwan yang masih menciumi punggungnya. Apalagi tangan Iwan mulai membelai paha belakangnya. "Ssshhh.." Sasha yang melenguh di antara ciumannya.

"Doonnn...., di kamar Don," Sasha sepertinya sudah tidak tahan. Perlahan-lahan, Doni membimbing Sasha ke kamar tanpa melepaskan pagutannya. Sedangkan Iwan coba melepaskan tank top Sasha. Sambil terus memberikan rangsangan, mereka menuju kamar tamu. Saat sudah mendekati kasur, tubuh Sasha hanya tingga celana dalam hitam. 

Doni melepaskan pagutannya. Ia melepaskan pakaiannya sendiri. Sedangkan Iwan langsung menggantikan posisi Doni. Iwan mencium Sasha sama ganasnya. "Oooohhhh Sha...harusnya dari dulu gue kenal elo..," Iwan sempat berkata-kata disela ciumannya.

"Waaannn...elo kalah, janji lo mau jilatin memek gue kan....," Sasha tak bisa menahan nafsunya.
"Iya Sha, gue janji, tapi gue pengen nikmatin bodi lu dulu." Iwan kemudian mengarahkan Sasha untuk berbaring di tempat tidur itu. Setelah itu Iwan memindahkan lidahnya ke leher Sasha. Tangannya pun dengan cekatan meraba payudara Sasha. 

Perlahan lidah Iwan turun ke payudara Sasha. Dua gunung kembar Sasha sangat indah. Bukitnya menjulang dengan tonjolan puting yang mulai mengeras. Iwan tak sabar untuk segera menjilat puting itu.

"Ssshhhssss......,Wann...." Shasa kembali melenguh. Tak puas Iwan menjilat satu gunung, dia ingin menjilat kedua gunung itu bersamaan, hingga dia merapatkan bukit kembar itu ke tengah-tengah. 

Iwan bangga melihat raut wajah Sasha yang meringis dengan mengatupkan mulutnya dan mengigit-gigir bagian dalam bibirnya. Iwan sebenarnya tak mau beranjak dari sana jika ia tidak ingat akan kekalahannya. Tugasnya adalah menjilat vagina Sasha hingga klimaks dua kali.

Selain itu, Doni yang sudah telanjang bulat mendekati mereka berdua. Doni yang menang atas Sasha segera mendekatkan penisnya ke mulut Sasha. Sasha tahu tugasnya, ia pun membuka mulutnya dan melahap penis Doni.

Sasha kembali merasakan sensasi ketika mulutnya tersumpal penis Doni, sedangkan Iwan mulai melepas celada dalamnya. Sensasi itu bertambah ketika lidah Iwan menyusuri sisi luar labia mayoranya. 

Sasha yang ingin melenguh tak bisa mengeluarkan suara apapun. Ia merasakan geli sekaligus nikmat, tapi ia juga terangsang melihat Doni yang keenakan penisnya dikulum mulutnya. Terasa campur aduk, tapi nafsunya tersalurkan. 

Semua kenikmatan yang didapat di vaginanya di salurkan ke emutan penis Doni. Sasha sudah hapal dengan anatomi penis Doni. Besar berurat dan mampu menyumpal vaginanya. Tapi jika penis Doni ada di dalam mulutnya, maka Doni akan blingsatan jika lidahnya mengusap-usap urat di bagian bawah batangnya. 

"Ooooohhhhh...... Shaa....." 
"Emut kontol gue Shaa....." Doni kagum dengan kepiawaian Shasa. Sambil mengemut penis Doni, lidah Shasa masih berusaha menggelitik urat penis Doni. Doni pun tak kuasa untuk meraba payudara Shasa.

Rabaan tangan Doni yang kasar malah membuat Shasa semakin terangsang. Jilatan lidah Iwan sudah beranjak pada klitorisnya. Shasa sepertinya sudah tidak bisa menahan gejolaknya. Ia tak lagi konsentrasi mengulum penis Doni.

Tiba-tiba Sasha melepaskan penis Doni dari mulutnya. Dia tak kuasa untuk tidak mengeluarkan rintihan ketika klitorisnya dipermainkan Iwan. 
"Oooooohhhhhh......wan..... Yang itu iya, eeeennnnaaaaaakkkkk........" Ujar Shasa sambil kedua tangannya membenamkan kepala Iwan ke selangkangannya. 

Iwan semakin semangat mengetahui Sasha merasa keenakan. Jilatan lidah di tonjolan kecil di pintu atas lubang vagina Shasa semakin diintensifkan. Tak hanya itu, jari tengah Iwan pun mulai menusuk-nusuk vagina Shasa.

"Iiwwwaaaaaaaannnnnnn......... Ggguuuueeeee.......kkkeeellluuuuaaaaarrrrrrrrr.... ...." Badan Sasha melengkung ke atas, perutnya naik ke atas, payudaranya naik turun, nafasnya tersengal-sengal.

Badan Sasha menghentak-hentak. Iwan pun mengintensifkan jilatan dan tusukan jarinya. Ia ingin Sasha benar-benar mendapatkan orgasmenya. Sedangkan Doni maklum jika Sasha sedang klimaks, maka ia memberi waktu pada Sasha.

Iwan juga memberi waktu. Dia menghentikan jilatannya. Sasha mengambil nafas untuk menurunkan ketegangannya. "Gila ternyata lidah lu enak banget Wan...."Ujar Shasa.
"Tenang aja Sha, gue masih utang sekali lagi kok," balas Iwan sambil tersenyum.

Sasha tersenyum. Saat dia melihat Doni yang sedang menunggu dengan penis yang masih tegang, Sasha memintanya untuk bersabar. "Sabar ya Don, masih enak nih memek gue," ujarnya. 

Doni hanya bisa tersenyum sambil mengocok penisnya yang kehilangan kehangatan lidah Sasha untuk sementara. Dia menyaksikan bagaimana Iwan mencium Sasha dengan penuh nafsu. Sasha yang terlentang di atas kasur ditindih Iwan. Sambil mencium, tangan Iwan meraba payudara Sasha.

"Elo montok banget sih Sha, dari dulu kek gue bisa begini sama elo," ujar Iwan setelah melepas ciuman bibirnya. Sasha hanya bisa melenguh. Rabaan tangan Iwan di payudaranya memancing libido Sasha lagi. Dia sudah ngos-ngosan tadi, tapi tak menolak jika birahi datang kembali.

Sasha memberi isyarat kepada Doni untuk mendekat, dan kembali mulutnya mengoral penis Doni. Di bawah, Iwan mulai menjilat lagi sekitar vaginanya. Iwan membasuh keliling vagina Sasha dengan air liurnya. Lidahnya menjulur kesana kemari tanpa henti. Semua cairan kenikmatan Sasha disedotnya. Dibersihkan dengan lidahnya.

Tak mungkin Sasha menahan gelombang kenikmatan itu. Dia terus mengerang tertahan. Semua kenikmatan yang di dapat vaginanya, dia balas dengan memberikan kuluman maut untuk Doni. Saat kepalanya lelah maju-mundur, Doni yang mengganti gerakannya. Sasha tahu betul anatomi penis Doni hingga ia melakukan trik khusus untuk temannya itu.

"Ssssssssahhhhaaaaaa........ Gue mau keluar....." Sasha hanya memberi isyarat lewat kedipan mata dan raut mukanya. Dia mempersilahkan Doni untuk segera klimaks. Maka Doni tak lagi berusaha menahan laju peju dari pangkal pelirnya. Apalagi Sasha mengurut urat bawah penis Doni dengan tekanan lidahnya. Doni pun menghentakkan penisnya ke mulut Sasha.

Sasha tahu jika Doni ejakulasi. Ia tak bisa berbuat apa-apa, kecuali mengecilkan lingkaran bibirnya agar penis Doni tak keluar dari mulutnya. Ia pasrah ketika mukanya ikut terhentak ke bawah seiring dorongan panggul Doni. Sasha menampung semua peju Doni. Hingga kemudian Doni melepaskan penisnya dari mulut Sasha, baru Sasha menelan semua peju Doni.

Iwan melihat dengan takjub. Sesaat setelah mendengar Doni akan klimaks, ia menghentikan aktivitas di vagina Sasha. Ia memberikan kesempatan kepada kedua temannya untuk menuntaskan puncak birahi mereka. Iwan bangkit dan melihat adegan itu. Ia takjub melihat Sasha mampu melakukan itu dengan baik, bahkan lebih alamiah daripada adegan-adegan di film bokep.

Iwan kembali dari ketakjubannya ketika Doni mengecup kening Sasha dan meninggalkan arena pertarungan. Dia keluar kamar dan meninggalkan dirinya bersama Sasha. Iwan segera meneruskan pekerjaannya. Hanya saja kali ini ia ingin membayar hutangnya secepat mungkin. Iwan ingin segera menyetubuhi Sasha.

Vagina Sasha kembali menjadi incarannya. Iwan tak buang-buang waktu lagi dan langsung menyerang klitoris Sasha. Lidah Iwan membelai klitoris diiringi tekanan-tekanan berirama.

"Uuuuussssssshhhhhhh......" Sasha mulai mengerang. Iwan menambah rangsangannya dengan memasukkan jari tengah ke rongga vagina Sasha. Hal itu membuat panggul Sasha turun naik, ingin agar tusukan jari itu melesak lebih dalam.

Beberapa kali Sasha menyebut nama Iwan. Dia merintih keenakan. "Terus Wan, isep itil gue..." Ujar Sasha. Iwan tahu, dalam beberapa saat lagi Sasha akan mendapatkan orgasmenya. Dan setelah dia membayar hutangnya, dia ingin segera memasukkan penisnya ke dalam vagina Sasha.

"Waaaaaannnnnnn..........anjing enak banget...," ujar Sasha ketika dia orgasme lagi. Nafas Sasha tersengal-sengal, panggulnya turun naik. Begitu pula payudaranya. Ia tersenyum binal pada Iwan.

Iwan kemudian mencium bibir Sasha. Mereka berciuman bibir dengan panas. "Sha, gue pengen ngewe sama elo, boleh kan?" Iwan mengutarakan keinginannya.
"Iya, tapi bentar ya, gue napas dulu," balas Sasha.

Iwan hanya memberikan istirahat ketika dia melepas pakaian yang tersisa di tubuhnya. Setelah itu, dia langsung mencium Sasha. Dari bibir, turun ke payudara, dan seterusnya. Iwan tak mau berlama-lama karena penisnya sudah tegang dan ingin segera masuk ke dalam vagina Sasha.

Sasha yang kelelahan tak bisa berbuat apa-apa ketika kenikmatan sudah seperti candu. Rangsangan Iwan harus diselesaikan dengan penetrasi penis kali ini. Sasha pun pasrah saja ketika penis Iwan mulai menyeruak vaginanya.

"Ooooooohhhhhhh.........shit! Enak!" Sasha berkomentar saat penis Iwan menyeruak masuk tanpa permisi. Vaginanya yang tadi hanya dipermaikan oleh lidah dan tangan, kali ini diganjel penis Iwan yang lumayan besar.

Perlahan pasti Iwan pun memaju-mundurkan penisnya. Secara bertahap Iwan memainkan irama dari pelan menjadi cepat. Hujamannya pun disertai tekanan tubuhnya agar bisa masuk lebih dalam.

"Annnjjrrriiiiittttt..., ngetot ama elu enak banget Sha. Memek lu empuk banget," komentar Iwan disela genjotannya.
"Entot gue Wan, elu dah pengen dari dulu kan? Nikmatin wan..." Balas Sasha,

Iwan mengangkangkan kaki Sasha lebih lebar. Tangannya pun meraba payudara Sasha. Sedangkan Sasha yang terbaring tidak bisa menutupi kenikmatannya dengan gelengan kepalanya, ke kanan dan ke kiri.

Puas dengan hujaman-hujaman kasar, Iwan membalik tubuh Sasha. Rasanya ia akan segera orgasme, dan dia ingin memuncratkan spermanya dengan doggy style.

Pantat Sasha sangat menggairahkan. Bulat, padat, dan bersih. Iwan segera menyodok penisnya ke vagina Sasha sambil meremas pantat Sasha. "Pantat lu seksi banget Sha.."

"Oooo wan. Yang kenceng wan. Yang dalem," ujar Sasha. Kali ini Iwan dengan leluasa menghujamkan penisnya dengan keras. Sasha mengimbangi goyangan Iwan dengan gerakan maju-mundur yang berlawanan dengan irama Iwan. Akibatnya Iwan tak bisa lagi menahan orgasmenya.

"Shaaaaaa.....gue mau keluar..."
"Sebentar Wan, gue juga. Yang keras lagi," balas Sasha.
Tak berapa lama, Iwan pun memuncratkan spermanya di dalam vagina Sasha. Ia menghentak-hentak beberapa kali. Dan sebelum hentakannya habis, tiba-tiba Sasha juga melenguh panjang. "Aaaaahhhhh......shit gue keluar juga," Sasha sedikit berteriak.

Iwan langsung ambruk menimpa Sasha. Tubuh mereka bertumpuk dengan posisi tengkurap. Keduanya ngos-ngosan dan menikmati sisa-sisa orgasme. Namun tak lama, Iwan menggeser tubuhnya untuk memberi ruang kepada Sasha.

Keduanya hanya diam di atas kasur. Iwan puas sekali bisa menikmati tubuh Sasha yang sebelumnya hanya di dengar lewat cerita Doni atau Santo. Ia puas karena ternyata, bercinta dengan Sasha melebihi khayalannya. 

Sasha haus. Dia bangkit dari kasur sambil meraup kain Bali yang ada di kamar itu. Setelah membalut tubuhnya dengan kain, Sasha menuju minibar untuk mengambil bir. 

Sekilas, dia melihat Tante Dona sedang menjadi mentor yang baik untuk Reza di kamar sebelah. Dia tidak melihat Doni dan Santo di kamar itu. Namun saat Sasha melintas di ruang tengah, Santo dan Doni terlihat sedang asyik menikmati Jack Daniels di balkon apartemen. 

"Woooiiiiii, ngapain lu berdua di sini, mau adu pedang?" Sergah Sasha. 
"Elu Sha....minum Sha...." Ujar Santo yang sepertinya sudah terpengaruh alkohol.
"To, jangan banyak-banyak, elo gak mau ngewe sama gue? Kalo mabok ntar yang ada elu tidur, bukan ngewe," ujar Sasha.
"Gue mau ngewe ama elo Sha. Elo montok abis. Tapi biar Iwan dulu aja. Dia penasaran sama elo Sha...," ujar Santo.
"Udah Sha, biar Santo nikmatin minumannya aja. Dia lagi pengen minum kali. Iwan dah selesai?," ujar Doni yang masih sadar meski sudah menenggak dua sloki sejak Sasha duduk.
"Udah tuh, lagi tepar dia. Ha ha ha ha....," ujar Sasha sambil menenggak minumannya. 

"To elu jangan banyak-banyak ya. Ntar mampus," ujar Doni ke Santo.
"Tenang aja bro. Elo kan tau, kalo gue mabok paling langsung tidur. Gue gak bakal nyusahin elo kok," ujar Santo. 
"Ya udah, tambah lagi nih bro. Enak kalo udah goyang kan?" Ujar Doni.

Dari balkon, Sasha bisa melihat sebagian aksi yang sedang dilakukan Tante Dona kepada Iwan. Tante Dona rebah di atas kasur tanpa pakaian lagi, sedangkan Reza sedang menikmati payudara kanan Dona. Aksi itu membuat Sasha penasaran.

"Doni liat Tane Dona yuk," ajaknya ke Doni.
"Ah, biarin aja Sha... Lagi happy mereka," ujar Doni.
"Iiiihhhh, lucu kayaknya tuh. Ayuk lihat 'pembaptisan' Reza...," rengek Sasha.
Melihat Doni yang tak tertarik dan malah menenggak slokinya, Sasha pun menarik Doni sedikit memaksa. Dengan sedikit limbung Doni akhirnya menuruti permintaan Sasha. Mereka bergabung di kamar utama Tante Dona.

Tante Dona tahu jika Doni dan Sasha berada di kamarnya, duduk berpangkuan di kursi empuk di pojok kamar. Tapi Tante Dona cuek, dia menikmati setiap rabaan mulut Reza di payudaranya.

"Betul Za...begitu enak. Ternyata kamu pemula yang sudah paham betul...," ujar Dona sambil tangannya meremas rambut Reza. Reza terus menjilat, mencium payudara Tante Dona. Meraba dan menjilat payudara memang bukan yang pertama kalinya buat Reza. Selama dia pacaran cuma hal itu yang bisa dilakukan pada pacar-pacarnya. Selebihnya dia belum punya pengalaman apa-apa.

"Jangan cepat-cepat pindah Za...," pinta Dona ketika mulut Reza pindah ke bukit sebelah kiri. Tangan Dona pun mengarahkan Reza kembali ke bukit yang pertama. 

"Terus Za, jilat putingnya...," pinta Dona. Reza rupanya tergesa-gesa ingin menikmati seluruh tubuh Dona. Sampai-sampai dia hanya melakukan formalitas saja menggarap payudara Dona.

Sesekali Dona menjambak rambut Reza sebagai respon untuk memberi tahu bahwa bagian yang disentuh memberikan kenikmatan. Ketika lidah Reza menjilat putingnya, Dona melenguh dan menjambak rambut Reza lebih keras.

Reza mengerti akan bahasa birahi itu. Dia sekali lagi menjilat puting Dona. Giginya ikut disentuhkan ke ujung puting. Dona kegelian sekaligus terangsang. Dia melenguh panjang. "Aaaaahhhhh......."

Dona memindahkan kepala Reza ke bukit sebelah kanan. Reza mengulangi prosesi pendakian bukit kenyal. Dia mengusap kaki bukti dengan lidahnya, menanjak perlahan dengan melingkarinya. Seakan-akan lidahnya mampu mengukur diameter bukit itu. Sampai akhirnya tiba di puting, Reza kembali menjilatnya lebih keras, termasuk gigitan kecil. 

"Rezzzzaaaaa....enak....," ujar Dona mendesah. Dona menjauhkan kepala Reza dari payudaranya, menuntun agar jilatan Reza turun ke bawah. Lidah Reza melintasi pusar Dona. Perutnya ramping dan mulus, hinggga kemudian lidah Reza menemukan permukaan yang sedikit kasar. 

Reza tahu sebentar lagi dia akan sampai di lubang surga Dona. Permukaan kasar itu dulunya adalah hutan jembut belantara yang kini sudah digunduli. Bekas waxing masih terlihat. Reza semakin semangat, sebentar lagi dia akan membuka pintu surga.

Inilah pengalaman pertamanya di depan pintu surga. Ia segera mengetuk pintu itu dengan lidahnya. Tak perlu mengucap salam, lidah Reza segera membuka pintu itu. Reza tak sabar karena sebagian pintu itu sedikit terbuka. Labia mayora Dona yang merah dan empuk sudah merekah.

Reza penasaran dengan yang disebut klitoris. Ia mencari-cari dengan lidahnya. Sesaat ia memperhatikan vagina Dona. Mau tak mau tangannya pun ikut bekerja, menyibak sedikit labia itu. Sekilas dia melihat tonjolan kecil di bagian atas vagina Dona, dan dia menduga itulah yang disebut klitoris.

Dugaan Reza benar. Saat lidahnya menyentuh bagian itu Dona melenguh panjang dan keras. Reza ingin menyentuh klitoris itu dengan jarinya, untuk merasakan seperti apa bentuknya. Namun baru sekali sentuh, tangan Dona meraih kedua tangannya dan menuntun untuk meremas kedua payudara Dona. 

Inilah prosesi mendekati puncak kenikmatan bagi Dona. Dua bukitnya diremas-remas tangan Reza, sedangkan klitorisnya dijilat-jilat. Reza berimprovisasi dengan memilin kedua puting Dona bersamaan dengan menggigit kecil klitorisnya. Dona melenguh keras. "Aaaaaaahhhhhhh......Rrrrrzzzzzzzaaaaaaaaaa... ..". 
Hal itu pun diulangi Reza beberapa kali. Bahkan dia membuatnya dengan irama yang konstan. Maka tak lama kemudian Dona mendapatkan orgasmenya. "Rrrrrrrrzzzzzzzzaaaaaaaaa..........aaaaakkkkkuuuu u....kkeeelllluuuuaarrrrr...." Ujarnya sedikit berteriak. Reza menghentikan aktivitasnya, melihat tubuh Dona mengejang dengan kepalanya menggeleng ke kanan dan kiri beberapa kali.Tuntas sudah kenikmatan Dona. Ia tersenyum manis kepada Reza. Dona merentangkan kedua tangannya, menggapai kepala Reza. Dia meraihnya dan memberikan ciuman yang mesra. Dona berterima kasih kepada Reza.

Selanjutnya dia bangkit dan meminta Reza yang merebahkan diri di atas kasur. Dona ingin membalas apa yang sudah dilakukan Reza. Ia ingin Reza menikmati surga dunia bersamanya.

Perlahan-lahan Dona memancing birahi Reza dengan rabaan tangannya. Reza sebenarnya sudah tidak sabar. Penisnya sudah tegang sejak awal. Hembusan nafas Dona yang terasa dikulitnya sudah mampu membuat dia terangsang hebat. Apalagi Dona menjilat bagian-bagian tubuhnya.

Sambil menjilat dada, Dona juga meraih penis Reza. Penisnya sangat keras dan lumayan panjang, Dona sudah punya bayangan, kenikmatan apa yang akan didapatkan dengan penis itu. Apalagi penis perjaka. 

Reza tersentak ketika penisnya dipegang. Geli dan rangsangan hebat datang tiba-tiba. Dona tersenyum melihatnya. Dia meneruskan kembali pekerjaannya. Lidahnya menelusuri perut Reza, terus ke bawah hingga bertemu rimbunnya jembut.

"Aku cukur dulu ya. Biar bersih, kalo bersih kan enak dilijatnya," bujuk Dona. 
"Iya tante," Reza mengiyakan meski dia sebenarnya sudah tak tahan ingin segera menuntaskan hasratnya. Dona mengambil cukuran jenggot di salah satu sudut kamarnya. Tubuh telanjangnya terlihat jelas oleh Reza. Reza juga melihat Dona tersenyum melihat Doni dan Sasha yang juga memulai pettingnya. 
Reza takjub dengan live show yang dipertontonkan Doni dan Sasha. Kekagumannya adalah melihat tubuh telanjang Sasha dari belakang. Tanpa Reza tahu, Doni dan Sasha sudah masuk ke dalam kamar. Mereka yang awalnya hanya ingin melihat, tanpa disadari malah terpancing birahinya.

Sasha kembali bugar setelah melayani Iwan, sedangkan Doni semakin terangsang dengan pengaruh alkohol. Sasha yang duduk di pangkuan Doni, perlahan bisa merasakan jika penis Doni mulai mengeras. Doni pun mengatur posisi duduknya agar lebih nyaman sambil memangku Sasha.

Sasha memberikan respon dengan meraih tangan Doni. Dia memindahkan tangan Doni yang awalnya terjuntai ke salah satu payudaranya. Dia meminta Doni untuk meremasnya lembut. Doni dengan sigap tak hanya memberikan satu tangan, tapi kedua tangannya menjamah dua bukit kembarnya secara bersamaan. Akibat remasan itu ikatan kain yang menutupi tubuh Sasha terlepas, menggantung karena terjepit di antara pantat Sasha dan paha Doni.

Keduanya terangsang melihat kepala Reza terselip di paha Dona yang mengangkang. Erangan Dona seakan menjadi musik pengiring buat mereka saat melakukan petting. Sasha tak tahan, dia mengangkat badannya hingga kainnya terlepas ke lantai, dan berbalik menghadap Doni.

Doni lebih leluasa menjamah tubuh Sasha yang polos. Bahkan kini dia melahap dua pepaya mengkal Sasha. Sasha mengerang ketika putingnya dihisap Doni. Adegan itulah yang terlihat oleh Reza. Dia sangat bernafsu melihat Doni sedang menggarap Sasha. Dia berpikir, pasti dia nanti akan menikmati tubuh Sasha, tapi untuk sementara ini dia akan mendapatkan pelayanan dari Tante Dona.

"Sini pelan-pelan, kamu jangan begerak," ujar Dona ssaat kembali mengambil foam dan mengoleskan ke sekitar jembut Reza. Foam yang putih itu sebagian menutupi pangkal penis Reza. Dona menyibak jembut hitam Reza dan mulai mencukurnya.

Dona menarik alat itu dari atas ke bawah. Bagian kanan mulai gundul, dia pun berpindah ke kiri. Sambil membersihkan rambut-rambut pendek, seskali Dona memegang penis Reza. Dia pun kegelian. Apalagi ketika Dona membersihkan rambut di sekitar buah zakarnya, Reza benar-benar mabuk kepayang.

Dona kemudian mengambil handuk basah dan membersikan bekas cukuran itu. Dengan telaten Dona menuntaskan penggundulan jembut hingga bersih. "Nah dah bersih. Klo begini kan enak diliatnya," ujar Dona sambil mengelus kepala penis Reza.

"Oooohhhh....Tante...Geli," ujar Reza.
"Geli ya? Mau yang lebih geli?" Dona memancing dengan kalimat retorik. Dia pun langsung melumat penis Reza dengan mulutnya. Dona sudah berpengalaman dengan segala macam penis. Dan penis Reza, hanya bagian dari pengalamannya yang lain.

Tapi bagi Reza, apa yang dilakukan Dona adalah sesuatu yang luar biasa. Dia sampai merem-melek ketika Dona tak hanya mengulum penisnya, tapi juga meraba buah zakarnya. Sesekali Dona menyebot kepala penis, sambil mengusap-usap zakar. Dona tahu jika Reza berusaha mati-matian untuk tidak segera orgasme. Namun Dona memancing dengan menekan urat besar di bawah zakar yang melintang menuju anus. Reza kelabakan dengan dua kali pencet saja. "Ooooooo......tante...," Reza gelisah, takut spremanya muncrat sementara dia belum merasakan vagina Dona.

"Sudah ya, sekarang kamu pasti dah gak sabar masuk ke memek Tante kan?" ujar Dona. Dona bangkit, lalu jongkok di atas selangkangan Reza. Satu tangannya menyibak labia mayoranya, sedangkan tangan yang lain mengarahkan penis Rezat agar tepat berada di depan lubang. 

Setelah terasa pas, Dona menurunkan panggulnya. Penis Reza perlahan menyusup di lubang yang hangat. Kepala Dona mendongak saat penis perjaka itu perlahan-lahan menyumpal vaginanya. Sedangkan raut muka Reza terlihat tegang. Sensasinya ternyata luar biasa. Rasa ngilu di ujung penisnya memberikan kenikmatan tersendiri, berbeda ketika penisnya hanya mendapatkan kocokan tangannya saja.

"Oooooooohhhhhhh..........," Reza dan Dona melenguh hampir bersamaan. Keduanya kini benar-benar merasakan birahi yang sangat tinggi. Tapi Dona yang sudang malang-melintang dalam hal percintaan, tahu saatnya jika dia harus mengontrol diri. Nafsunya sangat memuncak, tapi dia tak bisa larut, karena ini baru awal. Dia tak ingin Reza cepat keluar, sementara dia belum siap menerima cairan sperma Reza.

Dona mengangkat panggulnya perlahan, dan kedua tangannya kini bertumpu di dada Reza yang bidang. Dona membungkukkan badannya, dia menatap Reza yang masih terlihat tegang. "Reza sayang..., kalo mau keluar bilang ya. Tante mau minum sperma Reza," ujar Dona sambil menekan pinggulnya ke bawah secara perlahan. 

Dona sangat menikmati tusukan penis Iwan yang kini sudah tidak perjaka lagi. Dona benar-benar menghayatinya, bahkan karena penghayatannya terlalu dalam, dia merasa tidak kuat menahan gelombang orgasmenya. Dona tak mau ambil pusing, kali ini dia tak peduli lagi dan melepaskan orgasmenya di atas tubuh Reza.

Panggulnya menghentak keras beberapa kali. Dia mengeluarkan suara kenikmatannya. Namun tiga kali hentakannya malah membuat Reza tak bisa menahan diri. "Tante saya mau keluar...," ujarnya tiba-tiba.

Dona yang belum selesai menikmati orgasmenya sadar dengan ucapan Reza, dan langsung mencabut vaginanya dari penis Reza. Dia berpindah ke sisi tubuh Reza dan langsung mengulum penis Reza. Benar saja, tak berapa lama kemudian, tubuh Reza mengejang, panggulnya menghentak ke atas. 

Dona bahkan kewalahan menahan hentakan panggul Reza. Mulut dan hidungnya terasa sakit. Namun dia senang bisa menampung seluruh sperma Reza. "Oooooooooooooohhhhhhh........," Reza melenguh panjang 

Hingga beberapa saat, panggul Reza tak lagi naik turun, dan ketegangan tubuhnya mulai mereda. Dona melepaskan mulutnya dari penis Reza. Dia berusaha menampung semua sperma Reza, lalu bangkit dan mendekati wajah Reza. Dengan gaya yang sensual, Dona menelan sperma itu dihadapan Reza. 

Reza sudah tidak peduli lagi dengan aksi yang dilakukan Dona. Dia sudah cukup puas, dengan upacara "pembaptisannya". Dia kini sudah bisa disebut laki-laki. Reza hanya bisa terbaring kelelahan. Ejakulasi di mulut Dona memberikan sensasi tersendiri.

Sementara itu Dona belum puas meski baru saja mendapatkan perjaka Reza. Saat melihat Doni dan Sasha sedang saling memuaskan, Dona ingin ikut bergabung. Dia memberi kode kepada Doni untuk pindah ke tempat tidur.

Doni sebenarnya sedang menikmati goyangan Sasha di atas pangkuannya. Awalnya mereka tidak tahan melihat adegan Reza dan Dona. Sasha yang hanya dijilat payudaranya ingin segera mendapat kenikmatan sesungguhnya. Dia mengangkat pantatnya dan memasukkan penis Doni. 

Erangan Iwan semakin membuat Sasha bernafsu. Dia menghentakkan pantatnya agar penis Doni menghujam dengan keras. Dia ingin mengejar orgasmenya. Maka taatkala Dona memberi isyarat agar pindah tempat, Doni tidak melepaskan penisnya dari vagina Sasha.

Dia menggendong Sasha sambil berjalan ke tempat tidur. Namun saat sampai di sisi tempat tidur yang kosong, Sasha ternyata ingin mengubah gayanya. Sasha langsung menungging dan meminta di sodok dari belakang. Doni sigap, dia menacapkan ke bibir vagina Sasha yang merekah merah.

"Yang keras Don....," pinta Sasha. Sekuat tenaga Doni memajukan panggulnya berkali-kali ke pantat Sasha. Hingga dua payudara yang bergelantungan itu ibarat bandul yang bergoyang ke depan belakang.

Giliran Dona yang terpancing birahinya. Setelah merasa belum mendapatkan kenikmatan maksimal dari Reza, Dona mengincar kenikmatan dari Doni. Sambil membiarkan Doni melayani Sasha, Dona menciumi tubuh Doni. Lidahnya berkelana di dada Doni, sampai kemudian Sasha menciumi Doni dengan hebat.

Ciuman itu ternyata memberikan efek pada Doni, sehingga hentakannya kepada Sasha semakin keras. Sasha tak bisa menahan tusukan itu. Penis Doni yang besar menghujam dalam dengan frekuensi yang cepat. "Ooooohhhh.....Dddooooonnnnniiiiiiiii.......," Sasha ambruk ke kasur ketika orgasmenya datang. Ia puas sekali. Tubuhnya terkurap di atas kasur dengan nafas tersengal-sengal. 

Dona tahu, kini giliran dia mendapatkan kepuasan dari Doni. "Sekarang giliran tante ya," ujar Dona.
"Iya tante. Tapi aku tanggung nih, langsung aja ya," pinta Doni yang langsung menyelipkan penisnya ke selangkangan Dona.

Tapi Dona tak mau Doni langsung selesai. Dengan lembut dia menggenggam penis Doni dan dijauhkan dari selangkangannya. "Kamu sabar dulu ya, kan kamu hutang sama Tante," ujar Dona.
Doni tak bisa berbuat apa-apa selain melayani cumbuan Dona, padahal dia merasa spermanya sudah di ujung.

Sasha yang sudah reda dari kenikmatannya merasa ingin pipis. Dia bangkit menuju kamar mandi yang ada di kamar itu sambil memberi ruang kepada Dona dan Doni. Namun dia tidak tahu jika Reza mengikutinya dari belakang. Reza menunggu Sasha hingga selesai pipis di pintu kamar mandi yang tidak ditutup. Dan setelah itu dia menyergap Sasha yang berkaca di depan wastafel.

"Sekarang sama gue yang Sha," ujar Reza yang langsung memeluk Sasha dari belakang. Tubuh telanjang mereka langsung bersentuhan. Penis Reza yang mulai ereksi terasa mengganjal di pantat atas Sasha. Sasha terkejut, tapi dia sadar bahwa Reza telah memeluknya.

"Boleh istirahat dulu gak Za. Gue masih capek nih," Sasha berusaha melepaskan lingakaran tangan Reza di perutnya. Namun Reza tetap menempatkan tangannya di perut Sasha yang mulus.
"Kan dah janji Sha. Tadi gue menang, sekalian ada di sini," bujuk Reza.

Sasha sebenarnya masih lelah. Rasa sodokan penis Doni masih belum hilang di vaginanya. Tapi Reza sepertinya juga tidak mau mengalah. Bahkan Reza kini telah mencumbu leher Sasha lewat kecupan halus. 

Sasha sempat mengelak, tapi pelukan Reza semakin kuat. Dia tak bisa apa-apa. Bahkan ketika kecupan berpindah ke tengkuk, dan leher belakangnya, Sasha malah mendesis. Bulu romanya bergidik. Dia kegelian sekaligus terangsang. 

"Aaaaahhhh..Zaa," kini Sasha memberikan respon. Reza mungkin belum banyak pengalaman, tapi ternyata dia mampu membangkitkan birahi Sasha. "Terus Zaa...gelii..." Tambah Sasha.

Tahu jika Sasha mulai terangsang, Reza mengendorkan pelukannya, dan tangannya kini beralih ke payudara Sasha. Dia meremas dua gunung kembar Sasha yang ranum. Sasha pun memberi respon dengan menyandarkan tubuhnya ke badan Reza. Dia menempatkan penis Reza yang mengeras di antara bongkahan pantatnya. Lalu dia menekan dengan melakukan gerakan naik-turun. Seakan-akan memberikan pijatan pada penis kawannya itu.

Reza yang tahu jika nafsu Sasha sudah mulai bangkit, langsung membalik badan Sasha menjadi berhadap-hadapan. Dia melumat bibir Sasha penuh nafsu. "Sha, gue pengen sama elu. Elo cantik banget," ujar Reza dengan tak bisa menahan nafsunya.

Setelah melumat bibir Sasha, Reza langsung menuju payudara Sasha. Dua bukit kembar itu pun tak bisa lepas dari jilatan lidah Reza. Sasha hanya bisa melenguh ketikan putingnya dipilin lidah Reza. Tangan Sasha meremas-remas rambut Reza sebagai respon kenikmatannya. 

Reza sebenarnya masih belum puas dengan dua bukit kembar Sasha, tapi rasa penasaran akan vagina Sasha sangat besar. Reza pun berjongkok, wajahnya tepat pada selangkangan Sasha. 

Mengerti apa yang diinginkan Reza, Sasha membuka pahanya sedikit mengangkang. Saat itulah Reza melihat vagina Sasha yang baru dibersihkan tadi. Garis tengahnya sedikit merekah menampilkan warna kemerahan. Jika dibanding vagina Tante Dona, punya Sasha sepertinya lebih empuk karena lebih tembem di sekitarnya, pikir Reza.

Reza menjilat vagina Sasha. Dia berusaha menyelipkan lidahnya ke bagian dalam surga dunia itu, tapi tidak maksimal. Bahkan untuk menemukan klitoris Sasha, Reza harus menyibak menggunakan tangannya. 

Akhirnya Reza memutar tubuh Sasha. Kini wajahnya mendapat pemandangan pantat Sasha. Bongkahan pantat itu sudah mengundang rasa penasaran Reza saat dia melihat Doni menghentakkan panggulnya tadi.

Reza pun meminta Sasha untuk menungging, hingga terlihat jelas vaginanya. Saat itulah dia benar-benar bisa menikmati pemandangan vagina Sasha. Lidahnya menjulur lagi. Kali ini dia bisa mengusap vagina Sasha seluruhnya. 

"Ooohhh..." Sasha melenguh lagi sambil berpegangan di pingir meja wastafel. Reza mengusap lubang anus Sasha. Namun karena tak mendapat respon apa-apa Reza menghentikannya.

Kini tibalah saatnya. Dia ingin merasakan penisnya masuk ke dalam vagina Sasha. Dia bangkit dan mengarahkan penisnya ke lubang yang akan memberikan kenikmatan.

"Ooooohhhhh....," keduanya sama-sama melenguh. Reza langsung menajamkan indra perasanya. Ia ingin mencari perbedaan antara vagina Tante Dona dan vagina Sasha. Sedangkan Sasha merasakan rasa penis berbeda kali ini.

Bagi Reza, vagina Sasha terasa lebih kuat mencengkram penisnya. Juga terasa lebih empuk. Sedangkan Sasha menganggap, penis Doni tidak ada yang bisa mengalahkan. Mungkin karena Donilah yang dulu memerawaninya.

Sodokan Reza mulai bertambah cepat dan kuat. Sasha harus benar-benar berpegangan erat pada meja wastafel. Karena salah sedkit, bisa jadi tubuhnya terbentur meja tembok itu.

"Za pelan-pelan...," pinta Sasha. Tapi Reza tak mau menurunkan frekuensinya. Dia semakin cepat dan semakin cepat menyodok Sasha. Hingga kemudian tiba-tiba Reza berhenti. 

Sasha bingung. Kenapa tiba-tiba berhenti, padahal Reza belum orgasme. Dia juga bingung dengan dirinya. Jika awalnya merasa kesakitan karena sodokan Reza sangat kasar, tapi saat berhenti tiba-tiba seperti ada kenikmatan yang hilang di vaginanya.

Sasha menoleh ke belakang mencari tahu jawabannya. Tapi ternyata Reza malah tersenyum puas. Reza bisa membuktikan bahwa Sasha sebenarnya menyukai sodokan yang keras. "Cukup? Apa kaya tadi lagi Sha?" Goda Reza.

"Iiiihh...gue kira udah keluar. Kaya tadi Za, enak," ujar Sasha. Namun bukannya Reza menuruti kemauan Sasha, Reza malah meminta Sasha pindah ke bath up.

"Gue puas nge-doggy elu Sha. Kita maen di bath up ya, sambil berendem air hangat," pinta Reza. 
"Yaaa'ah. Enakan dari belakang Za," rengek Sasha yang sedang nanggung.
"Tapi gue capek Sha, pengen elu di bawah," balas Reza.

Sasha pun mengalah. Dia berpindah ke bath up sambil menyalakan air hangat. Bath up di kamar mandi itu mirip dengan jacuzzi, meski tidak terlalu besar. Cukup untuk menampung dua orang dewasa. Sasha kemudian rebah di bath up sambil menunggu air penuh, sedangkan Reza kembali mencumbunya. Sasha meminta Reza untuk menjilat vaginanya, karena tadi sudah dekat dengan orgasme. Reza menurutinya. Kali ini dia bisa melihat dengan jelas vagina Sasha. Bahkan dia bisa langsung menemukan klitorisnya.

Reza langsung memberi servis pada klitoris Sasha. Sambil berjibaku dengan air yang mulai mengumpul di bath up itu, Reza sangat intens menjilat klitoris Sasha. Kadangkala Reza pun memberi gigitan kecil, sehingga membuat Sasha tak tahan menahan orgasmenya.

"Terussss zaa...enak," ujar Sasha yang kemudian meremas kepala Reza dan membenamkan ke selangkangannya. Sasha orgasme. 

Reza puas bisa memberikan kenikmatan pada Sasha. Dia tersenyum, lalu mengecup pelan bibir Sasha. Sasha membalasnya. "Sekarang giliran elu Za, sini gue isep dulu punya lu," ujar Sasha. 

Sasha menaikkan sedikit kepalanya yang bersandar di ujung bath up. Dia membuka mulutnya ketika tangannya meraih penis Reza yang tidak setegang tadi. Sasha mencium ujung penis Reza sebelum benar-benar mengulumnya. 

Reza sangat menikmati kuluman Sasha. Di sekolah, dia melihat Sasha tak ubahnya teman-teman yang lain. Tapi saat ini, Sasha adalah perempuan yang benar-benar bisa memberikan kenikmatan tiada tara. Dan kini, bibir manisnya sedang mengulum penisnya. Nikmat sekali.

"Sha, gue dan pengen masukin nih," ujar Reza. Sasha melepaskan kulumannya, membiarkan Reza menindih tubuhnya. Sebagian air di dalam bath up itu tumpah keluar akibat masuknya tubuh Reza.

Sasha masih bisa merasakan kenikmatan ketika penis Reza perlahan-lahan menyusup ke dalam vaginanya, meski hangatnya air di bath up merambat ke seluruh tubuh. Ternyata, bercinta di dalam bath up dengan berendam air hangat membuat Sasha lebih rileks.

Ini adalah pengalam pertamanya bercinta di bath up. Dia kini leluasa menerima tusukan Reza, bahkan tangannya bisa melingkar di punggung Reza. Sedangkan Reza bertumpu di pinggir bath up. 

Reza yang awalnya menggebu-gebu ingin segera mengeluarkan spermanya mau tidak mau harus mengontrol iramanya. Karena jika dia menghentak tubuhnya agak keras, air di dalam bath up tumpah keluar dan membuat lantai kamar mandi menjadi becek.

Dengan irama yang lebih santai malah membuat keduanya bisa melihat ekspresi masing-masing. Reza bisa melihat bagaimana Sasha menikmati pada setiap tusukan penisnya. Sedangkan Sasha tersenyum melihat Reza yang harus menahan birahinya.

Ternyata Reza malah terangsang melihat Sasha yang menilkmati setiap tusukannya. Dia tidak perlu mengeluarkan esktra tenaga, tapi setiap penisnya masuk, terlihat jelas ekspresi Sasha. Reza tak mampu lagi untuk menahan birahinya. 

Reza mendapatkan pengalaman yang baru kali ini, ejakulasi pertamanya di vagina. Sebelumnya dia tidak tidak pernah mendapatkannya, bahkan dengan Tante Dona tadi, ejakulasinya semua di dalam mulut. Reza bisa membedakan, ternyata ejakulasi di dalam vagina lebih sulit untuk ditahan. Remasan dinding vagina Sasha membuat penisnya merasakan kenikmatan sempurna. Reza menghentakkan panggulnya. "Oooooohhhhhh.....enak banget memek lu Sha..." Reza tak kuasa menahannya.

Air bercipratan ke lantai kamar mandi. Sasha membantu orgasme Reza dengan memeluk punggung kawannya itu. Setelah itu dia tersenyum melihat Reza yang ngos-ngosan dengan tangan masih bertumpu di pinggir bath up seperti habis push up.

"Gue keluar di dalam, gak apa-apa Sha?" Reza baru teringat jika dia mengeluarkan spermanya di dalam vagina Sasha. Dia mungkin khawatir jika Sasha hamil nantinya. Tapi Sasha hanya tersenyum sama tanpa berkata apa-apa. 

Reza segera bangkit dari bath up. Dia mengeringkan badan dan melangkah ke dalam kamar untuk mengambil pakaiannya. Sedangkan Sasha meneruskan berendam, melepas lelas, serta mandi. Saat Reza melangkah ke dalam kamar, dia melihat Doni sudah terbaring di kasur. Tangan dan kakinya diikat kain ke ujung tempat tidur, sedangkan Dona asyik mengulum penis Doni.

Dona mengajak Reza untuk bergabung namun Reza memilih meninggalkan mereka berdua, dan menemui Santo serta Iwan yang sedang menikmati Jack Daniels di balkon.

"Woooiiii..... Selamat Bro! Akhirnya ngewe juga. Gimana? Mantap?" Ujar Iwan sambil mengulurkan tangannya. 
"Mantap Bro," balas Reza. Sambil mengambil gelas kosong, menuangkan minuman dan mengajak mereka tos.
"Mana yang lain?" Tanya Iwan.
"Doni lagi sama Tante, Sasha di kamar mandi, berendem," ujar Reza.

Iwan dan Reza kemudian saling bercerita tentang kenikmatan vagina Sasha dan Tante Dona, dan Santo hanya menjadi pendengar yang baik sambil menenggak minumannya.

Di dalam kamar, Tante Dona sudah selesai mengulum penis Doni. Kini dia memasukkan penis itu ke dalam vaginanya. Dona yang sudah berpengalaman mulai mengayun panggulnya, maju-mundur. Tangannya meraba kedua payudaranya sendiri. 

Doni sebenarnya sudah tidak kuat menahan orgasmenya sejak bercinta dengan Sasha tadi. Maka dia pun bilang ke Tante Dona akan segera keluar. "Aku mau keluar Tante...," erang Doni.

Dona kaget, dia langsung menghentikan aksinya dan mencabut penis Doni dari vaginanya. Tidak biasanya Doni cepat keluar, padahal dia belum terpuaskan dengan penis itu. Dona beringsut ke depan. Dia menempatkan selangkangannya tepat di atas wajah Doni. Dia ingin Doni memberikan servis lewat lidahnya. Dengan begitu, Doni bisa mengistirahatkan penisnya dan birahinya tetap terjaga.

Cukup lama Doni harus memuaskan Dona dengan lidah sambil tangan dan kakinya terikat. Dona yang merasa ingin dipuaskan dengan penis Doni kembali ke belakang dan memasukkan lagi penisnya.

Panggulnya mengayun pelan, maju-mundur. Tangannya meraba payudaranya, hingga menimbulkan erangan yang erotis. Dona sebentar lagi akan mencapai puncaknya. Dan kebetulan Doni sudah tidak kuat lagi menahan laju spermanya yang mengalir deras.

Kedua tubuh itu saling menghentak. Dona langsung menjatuhkan badannya, mencium bibir Doni dengan beringas. Panggulnya tetap mengayun maju-mundur seirama dengan hentakan birahinya. Hingga akhirnya reda dan tersenyum kepada Doni. 

"Kamu sebenarnya masih hutang sama Tante. Tante belum puas dari kamu, tapi untuk kali ini Tante maafkan," ujar Dona. Dona berbaring di sebelah Doni yang belum dilepaskan ikatannya. Keduanya mengatur nafas untuk menormalkan kondisi tubuhnya.

Di balkon, Reza dan Iwan masih berbicara seru tentang pengalaman masing-masing, Santo terus saja menambah minumannya. Malam sudah melakukan hampir setengah perjalanannya. Tak terasa perut mereka keroncongan. 

Reza dan Iwan mengajak Santo untuk makan, tapi Santo sepertinya sudah benar-benar mabuk. Akhirnya Iwan dan Reza membopong Santo masuk ke dalam agar tidak "KO" di luar.

"Dah pada selesai belum? Makan yuk," ujar Iwan ke mereka yang masih ada di dalam kamar. Dona akhirnya membuka ikatan Doni. Dia juga mengajak Sasha untuk segera menyelesaikan mandinya dan makan bersama di ruang tengah.

Sebenarnya tak ada makanan spesial, hanya fast food yang sudah dingin saja. Tapi semuanya sepertinya kelaparan. Dona dan Sasha membalut tubuhnya dengan kain, sedangkan tiga laki-laki di sekelingnya hanya bercelana pendek. Hanya Santo yang masih layak disebut berpakaian.

"Ayo pada makan, jangan sampe nanti lemes. Masih panjang loh," ujar Dona sambil mengerlip pada Reza. 
"Santo kamu nggak makan?" Tanya Dona. Entah sadar atau tidak, Santo hanya geleng-geleng kepala saja. Dona tahu jika Santo sepertinya lebih senang alkohol dibanding seks.

Dona kemudian berbisik kepada Sasha. Dia meminta Sasha untuk melayani Santo seusai makan. Menurut Dona, Santo akan menghentikan minumnya jika dia sudah orgasme. Sasha mengerti dan mengiyakan permintaan Dona.

Maka setelah semua kenyang, kondisi tubuhnya kebali normal. Dona memberik kode kepada Reza untuk melanjutkan pertarungannya lagi. "Saya mau malam pengantin dulu ya sama Reza, jangan ganggu ya," ujar Dona mengajak Reza masuk ke kamarnya.

Melihat itu, Sasha mendekati Santo yang duduk di sofa. Dia sudah diberitahu Dona, jika Santo tidak dihentikan menenggak minumannya, tubuhnya akan semakin banyak menampung alkohol. Mereka takut terjadi sesuatu yang lebih parah.

Doni dan Iwan pun merelakan Sasha melakukan tugasnya. Sasha mulai mencumbu Santo. Dia menciumi bibir, leher, dan wajah Santo. Perlahan-lahan tangan Sasha meraba di dalam celana Santo. Dia mengelus-elus penis Santo. Sampai Santo mulai terlihat terangsang.

Sasha melepaskan celana Santo dan mulai mengoral penis temannya itu. Santo menikmati perlakuan Sasha, entah dia masih sadar atau tidak. Tapi adegan itu membuat Iwan terangsang. Sasha yang harus menungging untuk mengoral Santo, terlihat sangat seksi. 

Kain tipis yang membalut tubuhnya hanya menutupi sebagian kecil pantat Sasha. Iwan tentu saja terangsang karena dia berada tepat di belakang Sasha. Dia menghampiri Sasha. Reza berjongkok di belakang pantat Sasha. Dia meraba keras pantat Sasha sambil menyibak kain tipis itu.

Sasha sempat kaget dengan rabaan di pantatnya. Tapi dia tidak peduli dan terus mengulum penis Santo. Iwan ternyata sangat terangsang dan langsung menjilat pantat Sasha serta menyibak labia mayora Sasha yang menyembul. Lidahnya kini membasuh labia itu.

Giliran Sasha yang meresa keenakan. Jilatan Iwan membuatnya mengulum penis Santo dengan optimal. Meski penis Santo kecil, namun Sasha memperlakukannya dengan baik. Sasha terus mengurut penis Santo hingga akhirnya Santo tak kuat lagi menahan spermanya. 

Tanpa aba-aba, Santo memuncratkan spermanya di mulut Sasha. Sasha terkejut, dan takut tersedak, dia refleks melepaskan penis Santo. Santo pun terkulai lemas di sofa. Sementara itu Doni yang melihat bibir Sasha belopotan sperma Santo mengambil kain yang sudah terlepas dari tubuh Sasha. Dengan kain itu, Doni membersihkan bibir dan pipi Sasha.

Di belakang, Iwan sudah tidak tahan lagi. Begitu penisnya mengeras, dia langsung menacapkan ke vagina Sasha. Sasha terhenyak vagina tersumpal daging keras. Tapi Sasha kemudian mengubah posisinya, dia tak lagi mengungging di bawah Santo. 

Dia meraih tubuh Doni dan segera menurunkan celana Doni. Sasha ingin mengulum penis Doni. Doni tanggap dan mengajak Iwan serta Sasha pindah ke sofa sebelah mereka yang kosong. Sedangkan Santo sudah mulai mendengkur. Pengaruh alkohol dan ejakulasi membuatnya dia tertidur.

Malam terus beranjak. Di kamar utama, Dona membimbing Reza untuk mendapatkan pengalaman sekelas Doni. Reza benar-benar memonopoli Dona. Sedangkan di ruang tengah, Sasha dipuaskan oleh Doni dan Iwan. 

Dua laki-laki itu sepertinya tidak puas-puas mendapatkan kenikmatan. Setelah Iwan mendoggy Sasha, giliran Doni yang minindih Sasha. Dua mulut Sasha, mulut atas dan mulut bawah, tak pernah berhenti disumpal dua penis berbeda. 

Tidak puas bercinta di ruang tengah, mereka bertiga pindah ke dalam kamar tamu. Entah sudah berapa kali Sasha mengerang, mengejan, mengentak akibat sodokan penis-penis itu tapi rupanya Doni dan Iwan belum terpuaskan. 

Mereka terus bercinta sambil menenggak bir. Sampai akhirnya Iwan lunglai di atas kasur, sedangkan Doni menindih Sasha. "Don, habis ini sudah ya aku nggak kuat," pinta Sasha. Doni hanya mengangguk dan mempercepat orgasmenya. Setelah selesai Doni pun ambruk ke samping Sasha. Dia puas sekali. Mereka bertiga akhirnya tidur di kasur itu dengan Sasha memeluk Doni.

Pesta itu berjalan sukses. Meski tidak semua perjanjian mereka benar-benar terwujud, tapi Reza kini sudah memiliki pengalaman yang sama. Dia tak lagi penasaran. 

**

Tidak ada komentar :

Posting Komentar