Get Me!!
“Cantik,,,sangat cantik,,,”
Mata Bu Sofie menyapu panorama dari ruang tak berbatas, matahari pagi memberi warna berkilauan pada ombak yang pagi itu sedikit lebih jinak. Wanita berambut ikal yang diikat keatas itu melepas sendalnya, berjalan menyambut ombak kecil yang dengan cepat menjilati jari-jari dan telapak kakinya.
“Aku ingin seperti ini selamanya,,,” gumam Bu Sofie pelan, merentang kedua tangan seolah ingin memeluk langit. bibir tersenyum bahagia, bahagia dengan kebebasan yang tengah dinikmatinya.
Lepas dari sorotan mata bengis para wanita sosialita, lepas dari segala macam barang branded puluhan juta. Tas versace, gaun dari desainer ternama, jam tangan hingga kalung dan cincin berlian yang selalu menjadi barometer kesuksesan para suami.
Bu Sofie menggerak-gerakkan tangannya yang serasa begitu bebas tanpa mata berlian yang setiap hari menjepit erat aliran darah, yang terkadang membuat jari-jarinya kebas.
“Bebaaass,,,” gumamnya, tersenyum lepas, terbebas dari segala beban.Bukan sekedar bebas dari rintih persaingan para srikandi borjuis, tapi juga bebas dari kritik tajam Pak Prabu yang sehari-hari tak kalah cerewet dengannya.
Tak ada pula komentar miring dari suaminya saat mendapati pantat montoknya hanya dibalut kain pantai tipis, tanpa underwear. Bahkan beberapa kali tubuh montoknya dipeluk Dako dan Munaf dihadapan suaminya, tapi lelaki berkumis itu hanya tersenyum, seolah mengizinkan dirinya mencari bahagia ditempat itu.
Bibir Bu Sofia tersenyum kecut, saat teringat tingkah suaminya yang pura-pura tidak melihat saat tubuh montoknya diseret Dako ke kaki sebuah tebing.“Pemuda yang nakal,” kepala Bu Sofie menggeleng-geleng, coba mengingat bagaimana lelaki muda itu menggumuli dirinya dengan begitu buas di atas pasir pantai.
Teringat pula bagaimana serunya persaingan antara dirinya dan Aida saat berebut mengendarai batang Adit subuh tadi. “Keponakan geloo,,dikira pingsan beneran, ga taunya malah main kuda-kudaan sama Aida,” umpat Bu Sofie sambil tertawa.
Parahnya lagi, beberapa saat lalu, secara terang-terangan dirinya menawarkan tubuh montoknya kepada Arga, “Uuugghhh,,,dasar betina gatel,,,ga punya maluuu,,” Bu Sofie memaki dirinya sendiri, sambil tertawa kecil. Kakinya menendang gumpalan ombak kecil.“Ibu baik-baik aja kan Bu?,,,”
Tanya Mang Oyik yang heran melihat tingkah Bu Sofie yang tertawa sendiri.“Ehh,,, iyaa,, baik,, Mang,,kenapa di sini lebih banyak batu karangnya dibanding pantai di depan cottage?,,”
Bu Sofie berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah, malu dengan tingkahnya sendiri, bertanya pada Mang Oyik, namun lelaki berambut kriwel itu mengangkat kedua pundaknya tanda tak tau.
Mata belo (baca: mata bola pingpong nya Bung Iwan Fals) yang dihias bulu mata lentik itu beralih menuyusuri bibir pantai. Tiba-tiba pandangannya beralih pada ATV yang masih diduduki Mang Oyik. “Mang,, ajarin saya nyetir ATV dong,,, kaya nya seru kalo bisa ngebut di pantai sepi begini,,” pinta Bu Sofie.
“Lhaa,, terus nyiapin peralatan game nya gimana Bu?,,” Mang Oyik menjawab pertanyaan bu Sofie dengan mata yang tak lepas dari payudara besar Bu Sofie yang dipastikan tidak mengenakan bra. “Gilaa,, pentilnya aja gede banget,,” gumam Mang Oyik penuh birahi.
“Kenapa Mang?,,,”
“Eenghh,, maksud saya,,, saya ga enak kalo mereka ke sini peralatan game belum siap,,,”
Kali ini mata Mang Oyik lebih beruntung, angin pantai begitu lihai meniup rok lebar Bu Sofie, hingga menampilkan pantat yang begitu montok.
“Itu gampang Mang,,lagian mereka masih lama ke sini,,kita aja yang terlalu pagi,, Ayolaaah, ajarin sayaaa,,,” rengek Bu Sofie, begitu acuh dengan kenakalan angin yang memanjakan mata Mang Oyik.
Mang Oyik meneguk ludah, saat Bu Sofie berbalik menghadapnya, memohon dengan gaya centil khas ABG, tak peduli dengan ulah angin yang berhasil menyingkap rok bagian depannya, hingga menampilkan gundukan vagina yang gemuk.
Tangan Mang Oyik gemetar menyerahkan kunci, disambut tawa Bu Sofia yang sukses mengerjai lelaki berambut kriting itu.
“Ayo naik,, biar saya bonceng,” seru Bu Sofia yang sudah duduk manis mengangkangi ATV.
Dan ternyata,,, memang tidak sulit bagi Bu Sofia untuk menjinakkan ATV di atas pasir pantai, ulah ngebut Bu Sofie membuat membuat Mang Oyik sedikit terganggu menikmati tubuh dan paha mulus di depannya.
“Jangan terlalu ngebut Bu,,, pasir pantai bikin roda jadi liar lhoo,,apalagi kalo mau naik tanjakan bukit itu,,” seru Mang Oyik menunjuk bukit pasir yang tengah dituju oleh Bu Sofie,
Laju ATV yang mulai liar, memberi alasan bagi Mang oyik untuk berpegangan pada pinggang yang sedikit berlemak.
Bu Sofia justru tertawa, menggeber gas semakin kencang. Namun tiba-tiba laju ATV mulai menurun saat Mang Oyik mengelusi paha. ATV Menaiki bukit pasir yang landai namun cukup tinggi dengan gas tertatih, akibat ulah Mang Oyik yang berhasil mengganggu konsentrasi wanita itu, hingga akhirnya kendaraan beroda 4 itu turun dengan sendirinya dari bukit.
“Mang,, kalo mamang takut jatuh, pegangan yang kenceng,,,” seru Bu Sofie, yang diamini mang Oyik, memindah telapak tangannya ke payudara besar Bu Sofia, dan meremasnya dengan kuat.
“Pegangan seperti ini Bu?,,,”
“Tidaaak,,, lebiiih kencaaang lagiii,,,” rintih Bu Sofie, menikmati keberanian tangan Mang Oyik. ATV terhenti ketika Mang Oyik berusaha menarik keluar sepasang payudara.
“Silahkan jalan lagi buu,,” bisik Mang Oyik, ditengah kekaguman, telapak tangannya yang kasar tak mampu sepenuhnya menangkup kedua daging milik Bu Sofie.
ATV berjalan dengan sangat lambat, bibir wanita itu terus mendesis, putingnya yang mengeras terasa sedikit pedih saat jari-jari Mang Oyik mencubit dan memelintir. Tubuh Bu Sofie semakin gemetar saat pantatnya merasakan menggesek batang yang sudah sangat keras.
“yang nempel di pantat saya ini apa Mang?,”
“Cuma tongkat persneling koq Bu,,,”
“Mana ada sih ATV pake persneling,hahahaa,,oowwwhsss,,,” Bu Sofie tertawa di sela rintihannya.
“hahahaa,, ya artinya ini tongkat persneling saya bu,, hahaha,,Pengen nyoba tongkat persneling saya?,,,”
Deg,,, Laju ATV direm mendadak, Bu Sofie memang sudah sering mencoba ketangguhan para pejantan muda yang menjadi bahan arisan teman-temannya, tentunya tanpa sepengetahuan suami-suami mereka, tapi Mang Oyik adalah manusia paling amburadul yang pernah menjamah tubuh sosialita itu.
Matanya menyusur bibir pantai, menoleh ke kiri dan ke kanan, memastikan tidak ada seorangpun selain mereka ditempat itu. Mengucap terimakasih pada bukit pasir yang tadi dinakinya, menutup akses pandangan dari arah cottage
“Boleehhh,,, biar saya coba,,” jawab Bu Sofie dengan jantung berdebar, coba merasakan batang keras yang terus menggesek-gesek sekitar pinggang dan pantatnya.
Wanita itu berdiri, mengangkangi jok ATV, perlahan menurunkan celana dalamnya dengan mata waspada mengamati sekitar pantai. Melihat pantat montok mulus yang terbuka di depan wajahnya Mang Oyik langsung membenamkan wajahnya ke belahan pantat Bu Sofie.
“Aaaakkkhhh,,, Maaaangssss,,,,” tubuh wanita terlonjak, tak menduga dengan serangan Mang Oyik, tangannya segera memegang stang menahan tubuhnya yang terhuyung kedepan.
“Oowwwhhssss,,,Ganas baangeetss ni Orang,,, Aaaggghhhsss,,,” gumam wanita itu tak jelas, merasakan lidah panas Mang Oyik yang dengan cepat melakukan sapuan panjang di selangkangannya, menjilati bibir vaginanya dan terus menyapu hingga ke lubang anusnya.Terus berulang-ulang, menyapu, menggelitik, sesekali menusuk lorong vagina dan anusnya, membuat tubuhnya merinding.
“Aaaaggghhh,,, gilaaaa,,, masukin maaaaang kalo beraniii,,,” rintih Bu Sofie semakin membuka lebar pahanya, dan benar saja, sesaat kemudian Mang Oyik menjawab tantangannya.
Lidah panas itu berusaha menguak lubang anus Bu Sofie. Akibatnya wanita itu semakin kalang kabut dilanda birahi. Tak pernah dirinya diperlakukan seperti ini, selama ini pejantan muda yang dibokingnya kebanyakan dari kalangan mahasiswa, yang minim pengalaman dan terlalu menjaga sopan santun.
Tapi kini, wanita itu dapat merasakan lidah panas yang berhasil menerobos liang kotor itu, menggelitik liar berusaha masuk semakin dalam, “Aaaaaggghhhh,, Maaaang,,,jilaaaatin dalam nyaaa jugaaaa Maaaangssshhh,,,” pantat besar Bu Sofie menekan wajah Mang Oyik.
Tak ingin mengecewakan tamunya, Mang Oyik tak lagi peduli dengan rasa pahit di lidah, daging tak bertulang itu menari, melengkung ke kiri ke kanan seolah mencari sesuatu di lorong anus Bu Sofie.
“Dasaaarrr,,, betinaaa binaaaallll,,,” rintihnya, mengakat pantatnya semakin tinggi, memberi akses sepenuhnya pada lidah Mang Oyik untuk bertualang. Bibirnya terus mendesis, merintih, menjerit histeris.
“Aaaaakkkkhhhhhh,,,,, pindaaaah depaaaaannn,,, sedooottt yang didepaaaan Maaaaang,,,,” jerit Bu Sofia tiba-tiba, menjambak rambut kriting Mang Oyik, mengangkangi wajah Mang Oyik, mengarahkan lidah yang masih terjulur itu kebagian depan.
Tapi, belum puas dengan gerakan lidah Mang Oyik di vaginanya, pantat Bu Sofie bergerak semakin liar, menggesek-gesek bibir vaginanya yang penuh lendir ke wajah mang Oyik dengan kuat. Hingga akhirnya gelombang orgasme menyerang tubuhnya.“Aaaaggghhh,,, keluaaaaaarrrr,,,,”
“Sedooot Maaang,,, minuuuum,,,sedoooot semuaaaa,,,” perintah Bu Sofie yang merintih penuh kenikmatan, menjejalkan bibir vaginanya ke mulut Mang Oyik yang terbuka.
Tapi bukan Mang Oyik namanya jika pasrah begitu saja menjadi objek pelampiasan seorang wanita. Karena bibir tebalnya tiba-tiba membekap seluruh pintu vagina Bu Sofie, dan melakukan sedotan kuat, hingga wanita itu terkencing-kencing.
Didera orgasme panjang kaki montok itu gemetar, “Sudaaaah Maaaang,,,stooop,,,” namun bibir Mang Oyik terus menghisap, menyedot lorong vaginanya, memaksa semua cairan keluar dan beralih ke mulutnya.
“Uuuuggghhh,,,”
Seeeerrr.... lagi-lagi Bu Sofie squirt, memuntahkan air seni yang dipaksa keluar. Tubuhnya roboh memeluk stang ATV, menungging membelakangi Mang Oyik yang tertawa puas dengan wajah basah oleh cairan vagina.
“Saat nya beraksi,,,” batin Mang Oyik, Tangan kirinya mengocoki batang yang sudah mengeras, sementara tangan kanannya mengusap-usap bibir vagina yang penuh dengan tetesan lendir.
“Oooowwwwhhhssss,,,” lenguh Bu Sofie, saat merasakan batang Mang Oyik yang dengan mudah menerobos vagina yang basah, tanpa menunggu dirinya siap, Mang Oyik langsung menggenjot dengan kasar.
Bu Sofie tertawa melihat ulah Mang Oyik yang begitu bernafsu, wajar saja, sangat jarang lelaki itu bisa merasakan barang semulus milik Bu Sofie.
“Selamat menikmati,,” seru Bu Sofie dengan gaya yang sangat genit, menduduki batang Mang Oyik di atas ATV.
Menggerakkan pinggulnya pelan. Wanita itu sadar, lorong vaginanya yang terbiasa dengan batang besar, terasa sedikit longgar saat berusaha mengempot batang Mang Oyik.
“Waaahhh,,, Mang Oyik, ada barang bagus dipake sendiri nih,,,” seru seseorang dari arah belakang. Bu Sofie yang terlalu asik dengan Mang Oyik tak menyadari seorang pemuda menghampiri mereka.
Bu Sofie berusaha meloncat turun dari atas tubuh Mang Oyik, tapi lelaki itu mencengkram erat pinggulnya sambil tertawa. akhirnya wanita itu hanya bisa berusaha menutupi selangkangannya dengan rok yang terlalu pendek.
“Tenang Bu, dia si Kontet teman saya koq, penjaga cottage sebelah, ga usah takut, Kontet ini kalo ga diizinin ga bakalan ikut nyodok koq,” terang Mang Oyik, yang langsung dijawab Kontet dengan plototan mata.
“Gila lu Mang, barang bagus gini masa gue cuma disuruh nonton, aaahh,,, tai lu Mang, bini gue kemarin lu obrak-abrik gue santai aja, sekarang elu ada barang bagus dipake sendiri, liat aja ntar bini lu gue pake siang malam jangan protes lu,,,”
“Aaahh,, berisik Lu Tet, bikin orang ga khusu aja,” Mang Oyik melempar sendal ke arah Kontet.
Bu Sofie tak bisa menahan tawanya, meski tampangnya lebih sangar dan punya body yang jauh lebih besar dari Mang Oyik, ternyata lelaki itu cerewetnya minta ampun.
“Bu,, gimana?,,, boleh ikut gabung ga?,,,”
“Eeenghh,, iya deehh,, eemmh,,terserah deh maksud sayaa,,” wajah Bu Sofie panas seketika, bibirnya telah mempersilahkan dua manusia amburadul itu untuk menikmati tubuhnya, tubuh istri dari seorang direktur cabang perusahaan besar di negeri maritim ini.
Tapi ulah Kontet yang tertawa girang menampilkan gigi yang sebagian ompong itu, membuat Bu Sofie tak mampu lagi menahan tawanya. Dan akhirnya hanya bisa merutuki nasibnya yang harus menjadi pemuas nafsu dua kura-kura pantai selatan.
“Tapi bilangin Mang, kalo nusuk punya saya ini mulut harus diam, ga boleh cerewet,,Hihihihi,,,”
Namun tawa Bu Sofie terhenti saat Kontet mengeluarkan batangnya. Batang yang lebih besar dari milik suaminya yang sudah termasuk kategori big size. Berselimut kulit yang coklat kehitaman, membuat tampilannya semakin sangar.
“Kenapa Bu,, gede banget ya,,,hehehee,,, makanya saya ga pernah ngizinin dia ngentotin bini saya, pasti ancur meqi Marni kalo disodok tu batang,,,hehehee,,,”
Jantung Bu Sofie bergemuruh mendengar paparan dari Mang Oyik yang begitu vulgar, khas orang pinggiran.
Tapi batang itu memang sangat besar. Pinggul Bu Sofie kembali bergerak, berusaha sekuat mungkin menjepit batang Mang Oyik agar lelaki itu cepat selesai.
Sementara Kontet berjalan ke depan ATV, seolah ingin memamerkan batang gorilanya kepada Bu Sofie yang tak berkedip memandang dengan bibir mendesis birahi. Tak sabar menunggu giliran.
“Bu,,, kelamaan kalo nungguin Mang Oyik kelar,,langsung masukin double dong Bu,,,”“Gila kamuu,, bisa hancur beneran punya sayaa,,, Sini deehhh,,Aaawwwhh,, pelan Mangss,,”Bu Sofie kembali menungging, agar mulutnya dapat menjangkau batang besar itu.
“Dasar kau Sofiee,, ga pernah bisa sabar kalo liat batang besar,” batinnya tertawa girang bercampur ngeri.
“Ooowwwhhh,,,yaaa,,, jilaaat buuu,,,yaaa,,,basaaahiin dulu batangnyaaa,, jilat memutar buuu,, oowwhhh,,,”
“yaaa sekarang masukin kemulut ibu,,, ooowwwhhhsss,,, gilaaa,, mulut ibuuu hangaaat bangeeettt,,masukiiin semua dong Buuu,,ayoo buuu semuaaa,,”
“AAAAWWWW,,, SAKIT BUUUU,,,”Kontet menjerit seketika, batang besarnya digigit oleh Bu Sofie.
“Makanya diam,,, tinggal nikmatin aja repot bener sih,,, ga tau apa kalo ni batang gede banget,, ga bisa masuk semua tauu,,,”
“Tapi Bu, kan ga usah pake digi,,,”
“Diam!!!,,”Kontet langsung menutup rapat mulutnya.
“Whuahahahaa,, emang bener Lu Tet, sampe ngentot aja mulut lu ga bisa diam,,,” Mang Oyik sontak tertawa. disambut tawa Bu Sofie yang ga sanggup melihat wajah Kontet yang seketika pucat, mendengar bentakannya.
Kehadiran Kontet membuat Bu Sofie bisa lebih rileks, seakan lupa dengan status sosialnya.
“Waduuuhh,,, koq malah ngecil sih ni batang,” Bu Sofie tiba-tiba panik saat mendapati batang Kontet yang keras seperti kayu mulai loyo.
“Sini dehh,, ibu masukin semuuaaa,, Eeemmmpphhh,,,, uuummpphhh,,,”Bu Sofie berusaha menjejalkan batang gemuk itu kemulutnya, membekap dengan lidahnya. Namun batang itu hanya mampu masuk setengah.
“Uuugggmmpphhh,, Ooommppphh,,,” Bu Sofie gelagapan, saat batang kontet yang hitam kembali membesar di dalam mulutnya. Tapi mulut wanita itu enggan untuk melepaskan.Ini adalah persetubuhan paling gila dari yang pernah dialaminya. Tangan Bu Sofie mencengkram pantat Kontet, memberi perintah agar batang itu bergerak di dalam mulutnya.
“Ooommmpphhh,,, uuggmmmppp,,,” jari lentiknya menekan pantat Kontet lebih kuat, hingga batang besar itu hampir masuk ke kerongkongannya, menutup saluran nafasnya.”
“Ooogghhhh,,,” mulut Bu Sofie tersedak, melepaskan batang besar, matanya berair akibat tersedak, tapi gilanya bibir sensualnya itu justru tersenyum.
“Gimanaa Tet,,,nikmat mana sama meqi binimu,,”
“Juancuuuk,, mulut Ibu ganas banget,,nikmat banget Bu,,,hampir aja saya muncrat di mulut ibuuu,” telinga Bu Sofie terasa panas saat mendengar Kontet hampir saja memenuhi mulutnya dengan sperma, batangnya saja sudah bau, bagaimana spermanya.
“Buu,, sebelum mulut ibu menampung sperma kita-kita,, saya cium dulu dong Buu,,” Mang Oyik yang merasa diacuhkan memalingkan wajah Bu Sofie, lalu dengan cepat melumat ganas.
“Eeemmpphhh,,, Mmaamgghhh,, emmpphh,,” Bu Sofie gelagapan, mulutnya dihisap Mang Oyik, lidahnya membelit, menarik masuk lidah wanita cantik itu ke dalam mulut yang bau tembakau.
Tak henti-hentinya Mang Oyik menyedot dan meneguk ludah Bu Sofie yang terkumpul. Sementara batangnya kembali bergerak menghajar kemaluan wanita itu. Belum lagi Kontet yang begitu ganas menyusu di payudara besarnya.
“Bolehkan? kalo saya nyemprot di mulut ibu?,,” tanya Mang Oyik, dengan nafas memburu. Pantatnya semakin cepat bergerak.
“mulut sayaa?,, Yaaa,, saya rasa itu lebih baik, saya sedang subuurrr,” ucap Bu Sofie terengah-engah, entah apa maksudnya, padahal subuh tadi keponakannya Adit berkali-kali memenuhi rahimnya dengan benih yang sangat subur. Tapi yang pasti, mulut Mang Oyik yang bau itu hampir saja menghantarnya pada orgasme yang liar.
“Buu,, isep punya saya lagi buuu,,,” pinta Kontet dengan suara memelas, sesaat Bu Sofie menatap wajah Kontet yang penuh harap. Haapp...Kembali batang besar itu memenuhi mulut Bu Sofie.“Eeemmpphh,, Oooommggghh,, Ooowwhhggg,,,”
“Ooowwhhhsss,, Buuu enaaaak Buuu,,,”Tangan Bu Sofie kembali mencengkram pantat kekar Kontet, memandu agar batang besar itu bergerak lebih cepat di dalam mulutnya, begitu kompak dengan kedua tangan kontet yang memegangi kepala Bu Sofie, seakan benar-benar tengah menyenggamai mulut wanita cantik itu.
“Oooommmgggghh,,, Aaaaagghhmmm,,,”Mata Bu Sofie kembali berair, berkali-kali batang besar itu menyodok tenggorokannya dengan kasar. Tapi wanita enggan melepaskan, bahkan lidahnya semakin liar menggelitik batang besar Kontet.
“Buuu,,, sayaaa keluaar duluaaannn,,, Aggghhhh,,,” tiba-tiba Mang Oyik mendengus liar, menghambur sperma di lorong kemaluan Bu Sofie.
Wanita itu berusaha berdiri, melepaskan batang Mang Oyik, tapi lelaki itu mencengkram erat pinggulnya, menekan kuat pantatnya ke bawah, membuat Batang Mang Oyik semakin jauh tenggelam.
Mati-matian Bu Sofie berusaha melepaskan batang yang terus berkedut menghambur benih, tapi sangat sulit, mulutnyapun masih dipenuhi oleh Batang besar. Bahkan gerakan batang itu semakin kasar. Bu Sofie menatap wajah Kontet yang habang ijo mengejar kenikmatan tertinggi.
“Uuugghhh,, Siaaal,,” hati Bu Sofie mengumpat melihat wajah Kontet yang menunjukkan bagaimana besarnya kenikmatan yang diberikan oleh mulut seorang wanita sosialitas kelas atas.
“Ooommmggghhh,,, uuuggmmhhhh,,,,” tangan Bu Sofie meremas erat pantat Kontet, pinggul besar wanita itu kembali bergerak, berharap batang Mang Oyik masih dapat melaksanakan tugasnya.Terlanjur basah, dirinyapun tak ingin rugi, harus mendaptkan orgasme seperti yang tengah dikejar Kontet, dengan mulut menggeram, penuh dengan jejalan batang besar, mata wanita itu menatap Kontet memberi sinyal. Inilah saat yang tepat.
“Oooowwwhhhsss,, Buuu,,,Aaaagghhhh,,,”
“Gilaaa,, nikmat bangeeeet,,,” Kontet histeris menghambur sperma, yang sigap disambut mulut Bu Sofie, berkali-kali mulutnya meneguk sperma Kontet yang memancar, seiring lorong vaginanya yang juga menghambur cairan orgasme ditengah sumpalan batang Mang Oyik.
“Ooommpphh,, puiihh,,puaahh,, puihhh,, asin banget sperma mu Tet,,,”
“Haayyaaaahh,, kalo asin kenapa ditelan Buu,, heheheee,,”
“Terpaksa tau,,”Bu Sofie mencoba berdalih, meski mulutnya sudah terbiasa dengan beberapa cita rasa sperma.
“Buu,,,” Kontet kembali merengek, meminta bibir mungil Bu Sofie membersihkan batangnya.
“Aaahhh,, ngelunjak Lu Tet,, gue kan juga mau disepong ama Bu Sofie,,,” protes Mang Oyik yang merasa tersisih.
“Iyaa,,iyaa,, sini gantian,,,” wanita itu melepaskan batang Mang Oyik dari vaginanya. Lalu turun dari ATV, tanpa tendeng aling langsung melahap batang yang masih mengeras, dan itu membuatnya sangat heran.
BREEMMM...BREEEMMMM... BREEEEMMMMM....
tiba-tiba terdengar suara ATV di kejauhan. Bu Sofie terkaget, itu pasti rombongan suaminya. dan mereka pasti mencari dirinya yang tiba lebih dulu.
Sebenarnya Bu Sofie bisa saja langsung melepaskan batang Mang Oyik, membenahi pakaiannya lalu menghampiri mereka.
Tapi matanya menatap nanar batang Kontet yang besar dan masih mengeras. Yaa,, dirinya masih ingin merasakan batang yang lebih besar dari milik suaminya itu memasuki tubuhnya.“Aaahh,, persetanlah,, ntar gampang cari-cari alasan,” batin Bu Sofie menghentak.
“Tet,, cepet tiduran,,” BU Sofie mendorong tubuh besar Kontet kepasir, lalu dengan sigap menggenggam batang besar pemuda itu, dan mengarahkan keliang kemaluannya.
“Oooowwhhhhsss,, Gilaaa,, emang besar bangeeeettsss,,”
“Aaagghhh,,, Tai Lu,, jangan diaaam,, cepet masukiin batang Luu,,”Bentak Bu Sofie panik,kata-katanya terdengar vulgar. Tanpa pikir panjang Kontet menghentak dengan kuat, bahkan terlalu kuat, hingga batang besarnya menggelosor masuk menghentak hingga ke lorong rahim.
“Aaagghhhh,,, begooo,,,sakiiitt,,kegedeaaann,,”
“Tapi bisa masuk koq Bu,,,” jawab Kontet cengengesan, antara takut dan nikmat.
“Yaaa,, masuukk,,Aaahhhss,, sampe mentoookss,,” Bu Sofie coba meresapi kenikmatan di lorong vaginanya.
“Maaang,,,mau Apaa?,,,jangaaan disituuu,,”
“Aaagghhh,, gilaaa,,,masuuukk,,jangaaann,,sakiitt begooo,,,Aaagghhh,, dikit lagiii,,,”
Bu Sofie kalang kabut, kedua lubangnya dipenuhi batang.
Tiba-tiba terdengar teriakan memanggil-manggil namanya.
“Buu Sofieee,,, Buuu,,,”
“Sayaaaang,,, yu huuuu,,,”
“Buuuu,,, bu Sofie dimana?,,,,”
“Mang Oyiiiik,,, Woooyy,,, Maaaang,,,”
Teriakan-teriakan samar mulai ramai terdengar memanggil. Tapi sudah terlambat untuk menyudahi permainan. Kini dua buah batang pejantan telah memenuhi kedua lorongnya.
“Ayoo Tett,, Hajaaarrr,,” seru Mang Oyik. Memegangi pantat Bu Sofie yang begitu indah, seperti berbentuk amor yang sangat besar, dengan dua panah besar menembusi bagian tengahnya. Assseeeeemm,, pantat besar kaya gini yang dari dulu gue cari-cari,”
“Hehehee,, iyaa Mang,,kapan lagi bisa ngerasain barang kelas atas yang bisa dipake join depan belakang kaya gini,,,” jawab Kontet,mulai bergerak liar, batang besarnya bergerak cepat memaksa sperma Mang Oyik keluar.
“Ooowwwhhhss,,, Gilaaa,,kaliaaan,,ayooo hajaaarr punya Ibuuu,,,” rintih Bu Sofie yang kerepotan menahan tubuhnya, menjaga posisi agar kedua batang itu dapat bergerak cepat dan leluasa menikmati sempit kedua liang kemaluannya.
“Oooowwhhhsss,,, seperti inikah nikmatnya di gangbang, seperti kata Bu Ningrum,, Aaahhhsss,,,” Bu Sofie teringat cerita temannya yang terbiasa digangbang oleh suami dan anak kandungnya.
“Aaarrrgghhhssss,,papii,,, yang cepeeeet,, Sandyyy,,hajar memek Ibuuuu muuu ,,,” tiba-tiba mulut Bu Sofie meracau, membayangkan yang tengah menyetubuhinya adalah suaminya dan anaknya Sandy Prabu, yang tengah kuliah di Australia. Menyodorkan payudara besarnya ke mulut Kontet yang segera melahap rakus.
“Aaaaggghh,,, teruusss soddoook yang kuaaaat Saaandyyy,, masukin memek ibuuu yang dalaaaam Naaak,,”
Tubuh wanita itu mulai gemetar bersiap menyambut orgasme, bertepatan dengan matanya yang menangkap sosok suaminya berdiri di atas bukit pasir, menatap tak percaya.“Papiii,,, Maaf Piii,, mamiii,,keluaaarrrrhhhh,,, Aaaarrrgggghhh,,,”
Mata Pak Prabu melotot, mulutnya ternganga melihat istrinya dihimpit dua lelaki dengan kejantanan bersemayam di lorong vagina dan anusnya. Sangat persis saat dirinya menunggangi Aryanti bersama Dako.
Tapi kenapa istrinya justru menyebut namanya dan anaknya Sandy saat menyambut orgasme. Terlihat jelas bagaimana tubuh montok itu bergetar, pantatnya menekan batang Kontet hingga ke muara rahimnya. Hingga akhirnyaaa,,
“Uuunnghhh,,,Arrggghhh,, masuuuk semuaaaa,,,”Pak Prabu terbelalak saat Istrinya menghentak keras, sangat keras. Hingga batang yang besar dan panjangnya melebihi miliknya itu tenggelam sepenuhnya kedalam kemaluan istrinya.
Mungkinkah batang itu menerobos pintu rahim istrinya yang sudah melahirkan 3 orang anak.
“Buuuu,,, sayaaaa ngecrooot di memek ibuuuuu,,” teriak Kontet yang tak lagi mampu bertahan, jepitan vagina wanita itu tiba-tiba begitu kuat mencengkram seluruh penisnya.
Tak pernah ada wanita yang sanggup melumat seluruh batangnya, dan apa yang dilakukan Bu Sofie bener-bener membuat batangnya begitu nikmat.
“Gilaaa kau Teeet,,, cabuuuut,,, cepet cabuuuut,,,” Wanita itu panik, semprotan lahar hangat Kontet dengan cepat memenuhi rahimnya.
“Sayaaa jugaaa keluaaar Buuu,,,” teriak Mang Oyik, menekan kuat batangnya kedalam anus Bu Sofie, hingga menggagalkan usaha wanita itu melepaskan batang Kontet yang terus menghambur cairan kental.
“Ooowwwwghhhhh,,, gilaaa kaliaaaannn,,, aku keluaaar lageeehhhh,,,” lagi-lagi tubuh montok itu menggelinjang, saat merasakan kedua lorongnya terasa begitu penuh.
Akhirnya Bu Sofie jatuh lemas dalam pelukan Kontet, menatap mata suaminya yang berubah seperti orang linglung. “Ooggghh,,ooghh,,” sesekali bibir tipisnya melenguh saat salah satu penis dalam tubuhnya menggeliat ke kiri dan ke kanan.
“Mereka tidak ada disini,,,” teriak Pak Prabu parau. Menuruni bukit, meninggalkan istrinya yang masih terengah-engah kelelahan diantara dua pejantan yang begitu enggan melepaskan batangnya. “Fifty-fifty,,,” gumam lelaki berkumis itu,suaranya begitu lirih.
* * *
Prepare
Di saat yang sama, tepatnya beberapa menit sebelumnya. Di tepi kolam renang.“Dako,, sudah kau kumpulkan semua milik mereka?,,,” tanya Pak Prabu tertawa cengengesan, memasukkan beberapa potong bra milik Sintya dan Bu Sofie kedalam kerdus besar yang dipegang Dako.
“Beres Paak, Semua udah ngumpul disini, dipastikan tak ada satupun yang tersisa,, Hahahahaaa,,,”
“Terus punya Aryanti mana?,,,”
“Tuhh,, dipegang sama Adit,,” Dako memonyongkan bibirnya menunjuk Adit yang berdiri bersandar ke tembok, matanya terpejam begitu khusu menciumi bra berwarna pink dan cream.
“Asseeem,,, terus punya Zuraida, istrimu mana?,,,”
“Tadi, diambil sama Munaf,,,” Mata Dako celingak-celinguk mencari Munaf
“Juancuk,,, taik kau Naf,, awas aja kalo sampe bra istriku basah ama coli mu,,,” rutuk Dako, ketika mendapati Munaf menggosok-gosok bra warna ungu, ke selangkangan celananya, sambil tertawa.
“Cepet banget sih kalian nyerobot hak atasan,,,” umpat Pak Prabu kesal.
“Tenang Pak, bra Aryanti yang sudah dipake dan belum dicuci ada di bagian bawah kerdus,,,hehehehee,,,” celetuk Dako, membuat wajah Pak Prabu berbinar. Dengan cepat tangannya mengais tumpukan bra dalam kerdus.
“Yang ini?,,,” Pak Prabu menarik tali bra warna hitam dengan bahan yang sangat lembut, hampir saja membenamkan wajahnya ke dalam mangkok bra, tapi untunglah matanya masih jeli menangkap gumpalan sperma yang masih basah di kain itu.
“Dakooo,,, taik kaaauu,,, siapa yang udah make bra ini buat coli?,,,”
“Hahahaa,,sorry Paak, habisnya ga tahan kalo ingat tadi malam, tapi itu bener punya Aryanti koq,,” teriak Dako yang sudah lebih dulu menghindar menjauh. Disambut tawa Munaf dan Adit. Lalu masuk ke ruang tengah cottage.
“Waahh,,Dari mana saja kalian, cepatlah makan, kita mau ngadain game paling panas dari semua game yang ada,,,hahahaa,,” sambut Munaf, saat Arga dan Zuraida memasuki ruang tengah cottage, di samping Munaf tampak Aida yang pagi itu terlihat begitu cantik.
Tak jauh dari mereka, Andini begitu mesra memeluk Adit yang tengah ngobrol dengan Pak Prabu. wajahnya masih terlihat kelelahan akibat permainan tadi malam. Tak berbeda dengan Aida, Andini juga mengenakan kaos ketat dan rok pendek dengan lipitan yang lebar, seolah menjadi seragam wajib bagi para wanita selama liburan ini.
Tapi Arga tidak mendapati Aryanti, kemana istrinya? Sedang apa?,,, tanya itu lagi-lagi menyeruak.
“Arga,, Aku duluan ya,, perutku udah lapeeerrr,,,” ucap Zuraida seraya melambaikan tangan. Arga mengacungkan jempol tanda setuju.
“Gaa,, kalo gitu kami juga berangkat sekalian,,,” celetuk Munaf, menggandeng istrinya, Aida, wanita itu melempar senyum penuh makna kepada Arga.
Pak Prabu menghampiri Arga, lalu menepuk pundaknya,,“Mukeee gileee,, kayanya udah sukses nih eksekusi dokter cantik,” tanpa menunggu jawaban dari Arga yang sedikit kelabakan ditembak seperti itu, Pak Prabu berlalu sambil tersenyum.
“Aryanti,,,” gumam Arga, lalu bergegas menaiki tangga. Didalam kamar Aryanti baru saja selesai mandi, mengenakan kaos putih, dengan tulisan ‘Touch Me’ tepat dibagian payudara nya yang membusung.
Begitu serasi dengan rok warna merah menyala yang begitu pendek.“Haaiii Sayaaaang,,” sapa Aryanti sambil menyisir rambutnya yang masih basah.
“Cantik,,, kau memang cantik,,,” ucap Arga mendekat, lalu memeluk dari belakang. Membuat istrinya tersenyum. Wajah wanita itu begitu segar, seakan pertarungan ganas tadi malam adalah hal yang biasa bagi tubuh indahnya yang terbiasa mengikuti aerobik.
“Apakah kau sudah sarapan?,,,”
“Belum,” jawab Arga, tangannya menyusuri pinggang ramping yang bersinergi dengan pinggul dan pantat yang montok berisi. “Apa kau ingin menemaniku sarapan?,”
“Sebenarnya aku sangat ingin menemanimu makan, tapi aku harus membawa barang-barang itu ke tempat game, mungkin Dako yang akan mengantarku,” jawab Aryanti dengan wajah menyesal.
“Yaa,, kurasa tak mengapa,,,” jawab Arga berusaha rileks saat telapak tangannya tiba di selangkangan wanita yang mengikat janji setia untuk hidup bersamanya.
Tatapan mata sepasang suami istri bertemu di cermin, Aryanti tersenyum, namun seketika berubah murung saat suaminya mengusap lembut gundukan vaginanya.
“Cepatlah mandi sayang,,, kasian teman-teman mu menunggu terlalu lama,”Hampir saja Arga menurunkan kain tipis di selangkangan Aryanti. Menarik nafas panjang, membaui rambut Aryanti, mengecup lembut rambut istrinya.
Aryanti berjalan ke samping kasur, menunduk mengambil pakaian kotor yang ada di lantai, saat itulah jantung Arga tersentak, rok Aryanti terlalu pendek, siapapun dapat melihat pantatnya yang montok bila sedang menungging seperti itu.
Jantung Arga semakin berdetak kencang, pakaian kotor yang ada di tangan Aryanti tidak lain adalah kaos dan leggins yang dipakainya tadi malam.
“Kenapa celana mu robek sayang?”
“Owwhhh ini,,, ini ulah teman-temanmu saat bermain game tadi malam,” jawab Aryanti dengan mimik salah tingkah.
“Game?,,,” Arga berpura-pura tak tau dengan apa yang dialami istrinya tadi malam.
“Yaaa,, hanya permainan yang sedikit nakal, yang diusulkan oleh sahabatmu Dako,,,”
“Hanya permainan?,,,” tanya Arga dengan suara lembut tapi begitu tajam.
Wajah Aryanti berubah pucat seketika, dirinya tidak pernah mampu berbohong saat Arga bertanya padanya dengan sebuah senyum yang menyejukkan. Seketika itu juga Aryanti memeluk tubuh Arga,
“Maaf sayaaang,,,” sesal Aryanti dengan suara berat, “aku terlalu terbawa permainan,” matanya yang indah mulai sembab, penyesalan mengalir tak terbendung.
Sangat sulit bagi Arga untuk meneruskan percakapan itu, yang akan membuat hatinya sakit saat harus mengingat kembali kejadian tadi malam, toh apa yang dilakukannya tak jauh berbeda dengan Aryanti. Lagipula, istrinya sudah mengakui kesalahannya.
“Sudahalah,,, bukan kah itu hanya sebuah permainan?,,,” Arga tersenyum sambil menatap mata Aryanti. Tapi,,,
“Sayaaang,, apa kamu,, eenghh,, tidak memakai bra?,,,” tanya Arga ragu-ragu saat merasakan gumpalan empuk yang menyentuh dadanya tidak mengenakan pelindung bra.
“Oohh iya,, bra ku dan semua bra para wanita disita oleh Pak Prabu, karena kami kalah taruhan saat sarapan tadi pagi,,,”“Taruhan?,,,”
“Yaaa,, bos mu itu menantang kami para wanita untuk menebak, batang siapa yang sanggup tetap tertidur bila Lik Marni memperlihatkan payudaranya yang kencang itu,,” Aryanti bercerita penuh semangat.
“Ohhh,, sayaaang,,, seharusnya kau ada di ruang makan saat itu, karena Lik Marni akhirnya benar-benar memperlihatkan dagingnya yang bulat besar dan kencang itu, kurasa batangmu pun pasti akan dengan cepat mengeras bila melihatnya. Hasilnyaa,,,
semua batang milik teman-temanmu itu mengeras semua, hahahahaa,,,sesuai tebakan kami,,, tapi tidak dengan batang Pak Prabu,,”
“Ohh yaa,,,” Arga meneguk liurnya, apa yang digambarkan Aryanti sama persis dengan apa yang dinikmatinya dari tubuh istri penjaga cottage itu.
“Bagaimana kalian tau, bukankah mereka mengenakan celana,,,”
“Yaaa,, karena penasaran, dan untuk memastikan siapa yang memenangkan pertaruhan, kami mengecek batang mereka satu persatu,,”
“Ohh,, apakah kamu juga ikut mengecek batang mereka satu persatu?,,”
“Yaaa,, karena para wanita melakukannya, kurasa tidak mengapa jika aku turut memastikan,” jawab Aryanti, sambil menggelayut manja, tangannya merogoh ke dalam celana Arga mengelus lembut batang yang mulai mengeras.
“Tapi lucunya,,, batang Pak Prabu yang tetap tertidur setelah disentuh para wanita itu, justru mengeras saat kusentuh,,, dan itu membuat semua yang ada di ruang makan tertawa, jadi aku terus meremasnya hingga batang itu menegang sepenuhnya, tapi aku melakukannya dari luar celana, jadi,, kurasa itu tak masalah,, bukan begitu sayang?,,,”
“Eehhh,, iya,, selama kau tidak menyentuhnya langsung, tapi,,,”
tok,,tok,,tok,,“Sayaaaang,, apa kau sudah siap?,,,”
Seseorang mengetuk pintu, dan pemilik suara itu lain adalah Dako. Pintu terkuak sebelum sempat Arga dan Aryanti menjawab.
“Tidak apa-apa kan, bila Dako yang mengantarku? Nanti kau susullah bersama Zuraida dan Sintya, sepertinya dia juga belum selesai bersiap-siap,”
“Okee,, berhati-hatilah,, jangan ngebut walau pake ATV,” Arga berusaha tidak mempermasalahkan panggilan sayang yang diucapkan Dako kepada istrinya.
“Sob,,, tolong bocengin istriku ya,,,” seru Dako sambil mengedipkan matanya, lalu menggamit pinggang Aryanti yang membawa kerdus berisi bola, menuruni tangga.
“Aryantii,,, Apa kau masih bisa membawa beberapa kain ini?” seru Sintya dari arah ruang makan, membawa segumpalan kain bali, “Pak Prabu memintaku untuk membawa kain ini, tapi sepertinya aku akan terlambat,”
“Waaahh,,,sudah penuh Sin, taruh aja di kamarku, nanti biar Arga yang bawa,” jawab Aryanti sambil memperlihatkan isi kotak.
“Owwhh,, okee,, biar kuantar kekamarmu,,” jawab Sintya yang melihat sosok Arga yang masih di atas, berdiri di pinggiran tangga. Lalu melambai kepada Aryanti yang kemudian menghilang di pintu keluar.
Sintya menaiki tangga, tersenyum penuh makna, manatap Arga dengan kerlingan nakal.
“Apa kau ke kamarku hanya untuk mengantar kain itu?,,,” goda Arga, matanya menatap tonjolan mungil pada kaos ketat Sintya yang membulat padat.
Saat tiba di hadapan Arga, wanita cantik itu menepis poni yang menutupi mata indahnya sambil membusungkan dada semakin ke depan.
“Menurutmu?,,, apalagi yang kubawa selain barang-barang ini?,,” Sintya mengerling matanya menunjuk kain-kain yang ada di kedua tangannya. Tapi itu tak ubahnya seperti menunjuk kedua payudara yang membusung.
Lalu berlenggok genit menuju kamar, sengaja menggoyangkan pantatnya sedikit berlebihan untuk menggoda Arga.
“Okeee,,bawalah barang ini ke kamarku,,,” seru Arga yang menubruk tubuh Sintya dari belakang. Tangannya segera meremas payudara yang hanya ditutupi kaos tipis.
“Uuuugghhh,,, kurasa kau salah,,, karena barang ini milik Pak Prabu, Bos ku di kantor,,” rintih Sitya yang menahan geli ketika payudaranya diremas dengan kuat, memainkan puting yang begitu cepat mengeras.
“Ohh,, yaa?,,, kurasa Pak Prabu tak akan keberatan jika barang spesial ini dihibahkan untuk pimpinan cabang yang baru,,”
Blaam,,,
Arga segera menutup pintu dengan kakinya, ketika keduanya sudah berada di dalam. Lalu menyeret tubuh Sintya ke ranjang.
“Boleh aku mencobanya?,,,” tanya Arga, memandangi payudara yang kini terpapar bebas di depan matanya, tubuhnya beringsut menaiki, menindih tubuh Sintya yang menggeliat manja.
“Sudah kubilang, itu punya Bos ku di kantor,, jika kau adalah bos baruku, maka kau bebas untuk mencicipinya,,,” wajah Sintya memerah, menunggu bibir Arga yang berada beberapa senti dari putingnya.
“Ooowwwhhh,,, Emmmppphhh,,,”
“Yaaa,, yaaang kanaaan jugaaa,,,, aaaggghhh,,”
“Boosss,,, gimanaaa,,, apa aku masih layak jadi sekretarismu nanti,,” tangan Sintya mengelus wajah Arga yang masih sibuk mengenyoti dua puting yang sudah mengeras.
“Apa kau masih membawa alat tester kelamin para lelaki?” tanya Arga, membuat Sintya bingung, lalu tertawa terbahak saat teringat kejadian di gazebo, saat mereka bercanda dalam birahi, tentang barang siapa yang lebih besar, apakah milik Arga ataukah milik Pak Prabu.
“Hahahaa,,Yaa,, kurasa aku membawanya,, cobalah cek, apakah alat itu masih ada di bawah sana?” Sintya menunjuk selangkangannya dengan menggerakkan wajahnya.
Arga tertawa girang, “kurasa kita harus menyelesaikan tugas kita di gazebo, mengukur punya siapa yang lebih besar,” tangan Arga menarik tepian celana panjang dari bahan katun yang membekap tubuh bagian bawah Sintya.
“Yaaa,, benar katamu,,kita harus menyelesaikannya,,” dengus Sintya, mengangkat pantat sekalnya memudahkan usaha Arga.
Tapi tiba-tiba terdengar suara derap langkah mendekat dari luar kamar
“Argaaaa,,,”
“Gaaa,,, Argaaaa,,,”
Zuraida memanggil dari depan pintu, sontak keduanya meloncat bangun, membenahi pakaian yang mulai berantakan.
“Yaa,, Ada apa,, engghhh,, apa kau sudah sarapan?,,, aku,, aku belum mandi,,” Arga gelagapan saat pintu terbuka, sementara Sintya baru saja berhasil memasukkan payudaranya yang besar kembali ke dalam kaos.
“Hohohohooo,,, ternyata kau nakal juga yaa,,” seru Zuraida sambil berkecak pinggang, bola matanya melotot menyelidik wajah Arga yang pucat, layaknya maling tertangkap tangan.
“Huuhh,, ku kira kau memang berbeda dengan mereka,, ternyata,,,” wajah Zuraida yang kaget berubah menggoda Arga, tertawa genit, lalu berjalan menghampiri Sintya yang masih di atas kasur.
“Tunggu Zee,,, kami hanyaaa,, emmhhh,, maksudku,,,”
Tapi Wanita anggun itu tampak cuek, mengacuhkan Arga yang mati-matian mencari alasan, menghampiri Sintya lalu membisikkan sesuatu ke telinganya.
“Iiihh,, mba Zuraida apaan sih,,,” wajah Sintya tersipu malu, entah apa yang dibisikkan Zuraida ke telinganya.
Zuraida balik menghampiri Arga, berdiri tepat di depan lelaki yang terlihat canggung itu.
“Sayaaang,, Pak Prabu, Munaf, Bu Sofie, Aida, bahkan suamiku dan istrimu, Sepertinya mereka benar-benar menikmati permainan ini, lalu kenapa kita harus menahan diri,” ucap Zuraida.
Tangan lentiknya perlahan meraih selangkangan Arga, lalu tertawa genit, saat mendapati batang Arga yang keras mulai lunglai karena kaget.
“Kau punya waktu beberapa menit, sampai aku selesai mandi, tapi ingat,,, berusahalah untuk tidak memasukkan barang ini kedalam tubuh Sintya, karena aku bisa cemburu,,” ucap Zuraida dengan suara bergetar, tangannya mencengkram erat batang Arga yang dengan cepat kembali keras.
“Weelll,, aku mandi dulu ya sayang, manfaatkan waktumu dengan baik,,, Sintya, ingat kata-kataku tadi ya,,” seru Zuraida melepaskan batang Arga, mengedip genit ke arah Sintya. Lalu melangkah keluar dan menutup pintu.Tinggal Arga dan Sintya yang saling pandang.
“Apa yang dikatakan Zuraida tadi?,” tanya Arga, duduk ditepi ranjang.
“Adda aja,,,” Sintya tertawa genit, berusaha menurunkan celananya yang ketat hingga ke lutut, memamerkan gundukan vagina yang begitu indah, tersembunyi penuh misteri di balik kain segitiga berenda yang tipis.
“Soo,,, apa kau masih ingin alat ini mengukur batangmu itu,” tanya Sintya, jarinya mengusap-usap kain tepat di bibir vagina, membuat kain itu mulai basah.
“Aaaawwww,,, Argaaa,,,” Sintya terpekik, Arga membenamkan wajahnya ke selangkangannya, lalu mengusapi kain pelindung dengan hidung dan bibirnya.
“Gaaa,, ingaaat kata Zuraida, waktu kita hanya sebentaaar,,” Sintya berusaha melepaskan celana dalamnya, lalu membuka lebar pahanya.
Arga yang tengah melepas celana, harus meneguk ludahnya, barang itu statusnya memang milik Pak Prabu, tapi bos nya itu sangat jarang menggunakan, hanya pada saat berpergian keluar daerah bersama Sintya.
“Maaf Sin,, aku ga bisa memasukkan punyaku,,, tapi,,, kurasa bibir mu ini cukup mahir untuk mengukur seberapa besar batangku ini,,,” Arga memegangi batang besarnya yang sudah mengeras sempurna.
Mau tak mau Sintya harus mengakui keunggulan batang Arga dari milik Pak Prabu, tanpa menyentuhnya pun semua wanita pasti sudah tau.
“Sini Gaaa,, biar bibirku yang memastikan,,” Sintya membuka lebar mulutnya, tanpa basa-basi wanita itu ingin segera melumat seluruh batang Arga ke dalam mulutnya.
“Eeemmmhhh,,, Ghheedhheee bhhaaangheeed,,,” Sintya memutar-mutar wajahnya, membuat batang Arga serasa dipelintir. Menariknya keluar memandangi dengan takjub, lalu kembali memasukkan sambil menggerakkan kepalanya maju mundur.
Arga tertawa bangga. “hehehee,,,bagaimana? punya siapa yang lebih besar,,,”
Wanita itu memandangi Arga dengan tatapan birahi, “Masukkanlah ke dalam tubuhku,,, hingga aku benar-benar bisa mengukurnya,,,” Sintya mengangkat pinggulnya, seolah memamerkan kenikmatan yang siap diberikan oleh kemaluannya.
Sintya menggeliat, tubuhnya sudah tak tahan untuk merasakan kejantanan Arga, apalagi saat teringat kejadian di gazebo, saat batang itu memenuhi lorong vaginanya dengan sempurna.
Mata Arga memandangi vagina yang terus dielus-elus oleh Sintya, membuat permukaannya begitu basah. Tapi Arga menggelengkan kepala dengan sangat berat.
“Aku ga bisaaa, Sin,,” pesan Zuraida terombang-ambing di pikirannya.
“Gaa,, Pleasee,,,” Sintya merengek, semakin tinggi mengakat vaginanya, memamerkan pada Arga yang masih berlutut di samping kepalanya. Menguak kedua pintu vagina, hingga mata Arga dapat melihat lorong yang begitu sempit.
“Aaagghhh,, Siaaal,,, Zeee,,, maaaf sayaaang,,aku ga tahaaaan pengen nusuuuk lubang Sintyaaa,,,” Arga menggeram, menindih tubuh montok Sintya, mengarahkan batangnya ke pintu vagina, dan dalam tiga hentakan batang besar itu berhasil masuk sepenuhnya.Tanpa sepengetahuan Arga, mata indah milik Zuraida mengamati dari celah pintu yang tidak tertutup rapat. Tersenyum lembut sambil menggeleng-gelengkan kepala.
“Gaa,,Usahamu untuk bertahan boleh juga,,” gumamnya pelan, lalu berbalik menuju kamar dengan birahi yang ikut tersulut.
“Gaaa,,, Oooowwwhhh,,, penuh banget Gaaa,,,”
“Mba Zuraidaaa,,,sudaaah masuk semua Mbaaa,,,”
“Oooowwwhh,,,”
Arga terkaget, menghentikan gerakannya, “Apa maksud mu Sin,,,”
“Mba Zuraida membisikiku,, menantang, apakah aku bisa menelan semua batangmu,,,”
“Owwhhh yaaa?,,,jadi memang ini yang diinginkannya?,,lalu apalagi,,” Arga menjadi bingung dengan Zuraida, dirinya dilarang tapi justru menantang Sintya untuk menggodanya.
Tapi masa bodoh lah bila itu adalah ujian untuk dirinya, karena vagina Sintya sangat mahir memanjakan batangnya di dalam sana. Pinggulnya kembali bergerak menghentak dengan ganas.
“Mba Zuraida juga pengen Pak Arga nyemprot di dalam sebelum dia selesaai maandiiii,,, Aaahhhh,, yaaa,,,Oooowwwhhh,,,”
“Owwwhh,,,tapi apa kau sanggup membuat aku keluar secepat itu? Arrggghhh,,,”
“Aaahhhssss,,, bisaaa,, haruuusss bisaaa,,, Sintyaaa pengeeen disemproot punyaaa bapaaaak,,,” paha montok itu menjepit pinggul Arga, kakinya membelit kaki Arga dan menekan pinggulnya keatas. Membuat batang Arga masuk semakin dalam dan terjepit begitu erat.
“Gilaaa,, ada jugaaa ternyata tehnik seperti ini,,, Uuugghhh,, tapi ini belum cukup Sin,,,” Sintya tertawa sambil terengah-engah di sela sodokan Arga yang semakin keras. Lalu mendorong Arga hingga duduk bersimpuh di atas kedua kaki, dan menaikinya, tanpa menunggu Arga siap, Sintya yang kini dalam posisi dipangku segera menggerakkan pantatnya dengan liar.
“Oooowwwhhh,,, Paaaak,,, bagaimanaaa,,, Aaagghhhh,,,”
Membekap wajah Arga di antara kedua payudara, pinggul montok itu kini bergerak menghentak dengan kasar dengan lorong vagina yang menjepit erat.
“Paaaak,,, cepeeet keluaaarin Paaaak,,, Sintya udaaah ga kuaaaaat,,”
“Ooowwwhhh,,, batang mu gedeee bangeeet Paaak,,,”
Gerakan liar wanita cantik berponi itu membuat Arga kelabakan, batangnya dengan cepat keluar masuk.
“Uuugghh,, gila kamu Sin,,, Aaaghhh,, barangmu ini haruss menjadi milikkuuu Aaarrgghh,,,”
“Please semprotin meeeemek aaahh,,,Sintyaaaa,,”
“Pleaseeee,,, Sintyaaa keluaaaarrrr,,,”
“Aaarrrgggghhh,,,”
“Akuuu semprooot memeeeeeek mu Siiin,,, Aaaarrrgghhhh,,,”
Kedua tubuh manusia berlainan jenis itu berkelojotan, saling melumat bibir, bertukar ludah, seiring cairan kelamin mereka yang menyatu dalam vagina Sintya.
“Oowwhh,, nikmat banget punyamu Sin,,,hehehee” ucap Arga, menjatuhkan tubuh Sintya ke kasur, dan menindihnya.
“Punya bapak tuh yang gila,, nusuknya dalem banget, sampe mentok,,hihihi,,,”
“Paak,, Apa bener bapak mau ngambil saya dari Pak Prabu,,,” tanya Sintya, tatapannya begitu serius, membuat Arga bingung.
“Eeeenghhh,, maksud ku,,”
“Hehehe,, tenang aja pak,, Sintya Cuma bercanda koq,,hehehe,,”
“Tapi kalo kapan-kapan bapak mau nyoba alatnya Sintya lagi, boleh koq,” Wanita itu tersenyum, menyembunyikan wajahnya ke dada bidang Arga. Memeluk erat, dalam desir hati yang berbeda.
* * *
“Waahh,,, cepet banget,,, tau-tau udah makan disini,,,” Sapa Zuraida saat mendapati Arga dan Sintya sudah berada di ruang tamu. “Tapi kamu sudah mandi kan Ga?,,”
“Ya sudahlah,, kamu aja yang terlalu lama mandinya,,” jawab lelaki itu sambil memandangi tubuh Zuraida yang dibalut kaos putih yang ketat. lebih ketat dari biasanya.
“Gimana tadi?,,,” bisik Zuraida, duduk di sisi Sintya.
“Aku menang,,Mba kalah,,,” jawab Sintya malu-malu.Zuraida langsung melotot ke arah Arga, yang tiba-tiba keselek dipandangi wanita berwajah cantik itu. penutup kepalanya diikat keleher seakan sengaja memamerkan sepasang gundukan payudara yang membulat padat dibalik kaos ketat.
“Aku ke kamar sebentar, ngambil kacamata, pasti panas banget nanti,,” pamit Sintya, menuju kamar.
“Sempurnaaa,,” ucap Arga pelan. Matanya tak sengaja menangkap tonjolan mungil, puting Zuraida tercetak jelas di kaos putihnya yang ketat. Bulatan payudara yang tidak ditopang oleh bra itu tetap membusung tegak, bergerak begitu indah mengikuti gerakan tubuh sang wanita. Sontak wanita itu tersipu malu, menundukkan wajahnya.
“Argaa,,, apakah aku masih terlihat cantik?,,” Hati Zuraida bergemuruh, ingin mendapatkan pengakuan dari lelaki yang dulu begitu dikaguminya.
“Cantik, bahkan sekarang kau bertambah lebih montok,,” Arga berdiri, mendekati bangku Zuraida. “Tapi bagiku, kau lebih dari sekedar cantik dan seksi, kau masih yang terindah,,”
“hohohoo,,, tidak,,tidaaak, jangan menggodaku lagi,,,” Zuraida bangkit, berusaha mengelak dari Arga yang ingin merengkuh pinggangnya. “Kau sudah gagal tadi,, u are a looser,, hahaaha,,,” lalu berjalan menuju keluar.
“Aaahhh Siaaaal,,,” Arga memang sudah menduga jika Zuraida tadi tengah mengujinya.
“Zeee,,, Sayaaaang,,,” Arga menggenggam tangan Zuraida, menahan wanita itu. Menatap dengan penuh harap.
Setidaknya...
Biarkan di waktu yang tersisa ini aku memilikimu...
Merengkuh hatimu yang begitu jauh...
Meski sesaat, itu sangat berarti bagiku...
Aku ingin dirimu...
ZUraida terdiam, mendengus kesal atas pertahanan hatinya yang begitu lemah, Lagi-lagi harus menyerah pada tatapan teduh itu. Berjalan mendekat, masuk dalam pelukan sang lelaki.
“Arga,,, meski untuk sesaat, liburan ini juga sangat berarti bagiku,,, berusahalah untuk mendapatkan ku,, mendapatkan tubuhku,,,” ucap wanita yang hatinya tengah goyah itu.
Ada hasrat untuk menyerahkan tubuhnya dalam keperkasaan sang pejantan, tapi tidak dalam birahi liar. Wanita itu menginginkan sang pejantan menikmati tubuhnya dalam ritual hasrat yang sengaja dicipta, mencinta dan dicinta.
“Mbaaa,, Hehehee,, sorry,, lagi-lagi aku ngeganggu, Cepet Yuk,,, udah ditunggu sama yang lain,” seru Sintya, tepat saat Arga mengecup lembut Zuraida, yang menyambut dengan bibir terbuka.
Beach game 1
“Ayooo Aidaaaa,,, satu putaran lagiii,,,”
“Aryantiii,,, cepeeet,,, jangan mau kalaaahh,,,, loncat yang tinggi,,hahahaaa,,,”
Teriakan para suami terdengar ramai, tapi mereka bukan memberi semangat kepada istri masing-masing, teriakan itu justru ditujukan kepada istri yang memiliki gerakan paling liar.
Yaa,, lomba balap karung dipilih sebagai laga pembuka untuk game pantai. Mata para suami tertuju pada Aida yang begitu semangat meloncat memacu tubuhnya, memimpin paling depan, dan bisa ditebak, mata jalang para suami tertuju pada sepasang payudara besarnya yang bergerak naik turun.
Sementara di belakangnya Aryanti berusaha menyusul, meloncat dengan cepat, tak peduli dengan payudara mereka yang tidak dilindungi bra,
bergerak liar.
Memang sangat merepotkan bagi mereka yang memiliki buah dada dengan ukuran besar, ketika harus meloncat, jelas sepasang benda menggiurkan itu akan ikut bergerak tak terkendali.
Andini yang berada diurutan ketiga memang lebih diuntungkan dengan payudaranya yang tidak terlalu besar, namun ukuran karung yang hampir menutup seluruh tubuhnya itu membuatnya sangat kerepotan.
“Ayooo cepeeeet,,, yang nyampe duluan saya kasih piala,,” seru Pak Prabu yang berdiri di garis finish, sambil menggosok-gosok penisnya, membuat para suami lainnya tertawa. Tapi justru membuat para wanita yang tengah berloncat dan berlari tersipu malu.
Siapapun dapat melihat tojolan penis Pak Prabu, yang telah mengeras dengan sempurna, dan itu diakibatkan ulah payudara mereka yang bergerak brutal tak terkendali.
Wanita yang sudah pernah merasakan keperkasaan batang besar itu, tertawa. Terlintas dipikiran nakalnya untuk menabrak Pak Prabu, dan memberi pelajaran buat lelaki paruh baya itu dengan meremas batangnya.
Aryanti lagi-lagi tertawa, menertawakan pikiran mesumnya. Tapi ternyata hal yang sama juga terlintas dibenak Aida, meski tidak tau pasti ukuran pusaka Bos suaminya itu, dari balik kacamata minusnya Aida dapat memastikan batang itu memeiliki ukuran yang menggiurkan birahinya.
Tak ayal kedua wanita cantik itu memacu kakinya lebih cepat, bersaing menuju tempat Pak Prabu berdiri. Saling bersenggolan sambil tertawa. Membuat Munaf yang berdiri tak jauh dari Pak Prabu sangat cemburu.
“Kyaaaaa,,,”
“Aaaaaa,,,hahahaahaa,,,”
“Mba Aida curaaaang,,, Hahahaaa,,”
Bruaakkk!!! Kedua tubuh montok itu bersamaan menubruk Pak Prabu yang tertawa menyambut sambil merentangkan kedua tangannya, jatuh terjengkang ditindih dua wanita cantik.
Membuat para lelaki begitu iri dengan keberuntungan Pak Prabu. Apalagi mata mereka menangkap gerakan tangan Aida dan Aryanti yang berebut mencengkram selangkangan Pak Prabu bersamaan.
Andini yang tepat berada di belakang mereka seakan tak mau kalah ikut meloncat ketubuh Pak Prabu, menindih Aida dan Aryanti. Membuat tawa semakin riuh.
Tentu saja Pak Prabu juga berusaha sebaik mungkin memanfaatkan kesempatan, tangannya yang terentang dengan bebas meremasi payudara para wanita yang menyerahkan tubuh pada dirinya.
“Asseeeemmm,, mantap bener pantat istri kalian,,, uggghh,,, pasti nikmat banget kalo di Doggy,,” celetuk Mang Oyik kepada Arga dan Munaf, meremas-remas selangkangnya saat melihat rok ketiga wanita itu tersingkap, memamerkan pantat yang dibalut celana dalam aneka warna.
“Kan mamang udah pernah nyobain, kemaren nyemprot didalam juga kan?,,hehehe,,” jawab Arga terkekeh.
“Mamang udah pernah nyobain? Sama siapa? Istrimu Ga?,,,” tanya Munaf bingung.
“Ya istri mu lah,,, ngeliat sendirikan gimana lemesnya istri mu tadi malam? Hahahahaa,,,” Arga tertawa, seakan ingin membalas ulah Munaf yang sempat merayon tubuh Aryanti saat bermain kartu.
“Heehhh,, yang beneeer?,, ahh sialan kau Mang,,,” wajah Munaf seketika berkerut, tak pernah terlintas diotaknya kalau tubuh mulus istrinya turut dinikmati oleh lelaki seperti Mang Oyik.
Aryanti menghampiri Arga sambil tertawa. “Huuufff,,, capek banget sayang,, kakiku pegel seperti ingin keram,”
Sementara Munaf dan Mang Oyik harus meneguk liur menatap payudara Aryanti yang tercetak jelas di balik kaos, bergerak naik turun dengan teratur, mengikuti tarikan nafas yang masih tersengal.
“Kalau gitu istirahat lah dulu,” ucap Arga santai tanpa menoleh.
“Sayang,,, masih marah ya?” tanya Aryanti yang bingung melihat Arga sedikit agak cuek dari biasanya. “Atau kau marah karena kejadian tadi, saat aku menabrak Pak Prabu, aku memang melakukannya dengan sengaja, maaf,,,”
“Ngga koq sayang,, aku tau kau cuma terbawa permainan,” Arga menoleh sambil tersenyum lembut, tapi tetap saja ada yang mengganjal di hati Aryanti. Perlahan dipeluknya Arga dari samping.
“Ayooo Zuraidaaaa,,, cepaaat,,, jangan mau kalaah sama Bu Sofie,,,”
DEEEGGG, hati Aryanti terasa sakit saat Arga memberi semangat kepada Zuraida.
Tapi kenapa?,,, Zuraida adalah teman baiknya, dan Zuraida pula yang menjodohkan mereka. Wanita cantik itu semakin erat memeluk pinggang Arga.
Tapi bukan hanya Arga, karena mata semua lelaki kini tertuju pada Zuraida yang terlihat malu-malu untuk meloncat, menghindari gerakan di dadanya, sesekali kakinya berusaha berjalan di dalam karung yang sempit.
Akibatnya Bu Sofie yang berada di belakang perlahan mulai mendekat, padahal tenaga wanita dengan tubuh padat berisi itu telah terkuras habis akibat ulah Mang Oyik dan Kontet.
“Ayooo Zuraidaaaa,,, loncat yang tinggiii!!!,,, Awwww,,,” Munaf yang berteriak memberi semangat seketika terpekik akibat cubitan Aida yang cemburu.
Teriakan Munaf justru membuat gerakan Zuraida semakin pelan, tapi sepelan apapun gerakan, payudara dengan ukuran menggiurkan itu pasti akan bergerak tanpa topangan bra.
“Hahahahaaa,, Hooosshh,, Hooshhh,, haahh,,hahaaahh,,,” Bu Sofie yang tertinggal dibelakang, kembali bersemangat saat melihat gerakan Zuraida semakin pelan, kini dirinya sudah menyusul beberapa langkah di depan, berusaha memperpendek jarak dengan Sintya yang ada di depannya.
“Siaaal,,, Uuuhhhh,, Kenapa semua melihat ke aku sih,, padahal masih ada Sintya dan Bu Sofie yang nenennya lebih gedeeee,, Uuuhh,,, ,” Hati Zuraida berteriak kesal seakan ingin menangis.
Tubuh nya yang selalu tertutup hingga kekepala itu, tak pernah sekalipun dipertotonkan seperti itu kepada banyak orang, meskipun hanya dengan pakaian yang ketat.
Tapi kini semua lelaki dapat melihat puting payudara yang tercetak jelas. Apalagi saat dirinya menangkap pandangan mata Pak Prabu, Adit dan munaf yang menatap penuh birahi.
Parahnya lagi, di belakang ketiga lelaki itu, Mang Oyik begitu bernafsu menggosok selangkangannya, mulut lelaki berwajah amburadul itu membuka dan menutup mengikuti gerak payudaranya yang naik turun.
Ada penyesalan dihati wanita itu, kenapa tadi dirinya memilih kaos ketat, padahal tujuannya tidak lain hanya untuk menggoda Arga, tapi jika ranum buah dadanya itu turut dipelototi oleh lelaki lain, jelas dirinya sangat malu.
“Begoooo,,, kenapa ga ditutup pake jilbab aja,,, uugghhh,, begoo, begooo,,,” rutuk hati Zuraida, ketika teringat bagian bawah jilbabnya yang terikat ke belakang. Dengan sekali hentakan ikatan kain putih itu terlepas, menutupi bagian depan payudaranya. Sontak teriak kecewa menghambur dari mulut para lelaki.
“Whooooo,,, Zuraidaaa pelit,, Aaaaww,,, koq dicubit terus sih mahh,,” protes Munaf ketika teriakan kecewanya beroleh cubitan di perutnya yang mulai buncit.
“Mamahkan enak, udah nyobain banyak batang dimari,,,” sungut Munaf.
“Tu kan,,, salahnya papah juga sih, suruh-suruh mamah pake rok beginian, pasti biar bisa pamerin punya mamah kan?, jadi kalo ada orang yang minta isi dalam rok mamahh, papah ga boleh marah dong,,,” protes Aida lalu melenggang meninggalkan Munaf yang terbengong.
“Eeee,,, busyet dah, sejak kapan bini ku binal kaya gitu, main kasih memek seenaknya,, kan tu punya kuu,,,” dengus Munaf kesal, melototi istrinya yang melenggang cuek, sesekali memamerkan pantat yang tak mampu ditutupi oleh rok yang pasrah tertiup angin.
“Yeeeeaaahhhh,,,,” terdengar teriakan Sintya yang berhasil mencapai finish.
“Aaahhh,,, tungguuu,,tungguuu,,, curang kaliaaan,,,” Bu Sofie berteriak histeris dengan nafas ngos-ngosan, mulai keteteran tak mampu menyaingi Zuraida yang memacu tubuhnya, menyalip dengan cepat mencapai garis finish.
“Yaaaaaaaa,,,, hahahahahaaa,,,” Zuraida ikut tertawa heboh berdiri digaris finish. Mengangkat tinggi kedua tangannya, terlihat jelas wanita itu mulai menikmati permainan.
“Maaf ya buu,, sekali-sekali ibu yang belakangan,,,heheehee,,” ucap Zuraida menyambut Bu Sofie yang menggerutu lucu, di garis finish.
Sekilas Zuraida melirik Arga yang mengangkat jempolnya, membuat wanita itu tertawa tersipu. Dokter cantik itu tidak menyadari, Aryanti yang berdiri di samping suaminya tersenyum kecut, cemburu melihat kemesraan Suaminya dan Zuraida
“Wokkeeeee,,, game kali ini dimenangkan oleh Aidaaa,,,” Pak Prabu mengumumkan pemenang lomba.
“Lhoo koq bisa Pak?,,, aku kan lebih dulu nginjak garis finis dibanding Aida,,” protes Aryanti.
“Yaa,, tapi Aida sepersekian detik lebih cepat memegang punyaku,,,hahahaa,,,”
“Whhoooooo,,, Pak Prabu curang,,Hahahahaaa,,,”
“jurinya mupeng tuuuhhh,,,Hahahaa”
Teriakan dan tawa menghambur di bibir pantai. Terik matahari seakan tak mampu mengurangi keceriaan para suami dan istri.
“kali ini biar adil, biar aku yang jadi jurinya, karena game berikutnya bakal lebih panas, lomba makan sosis hahahaa,,” ucap Bu Sofie sambil bertolak pinggang.
“Ayooo sini,,,, semua ngumpul,,, para wanita silahkan pakai kalung pita ini,” lanjutnya, lalu menyerahkan pita merah kepada Aryanti, pita biru untuk Andini, pita ungu diserahkan pada Aida, Pita putih untuk Sintya, dan pita hijau untuk Zuraida. Bu Sofie meminta para istri mengalungkan di leher.
“Ayooo,, sekarang giliran para suami, cepet sini,,,” teriaknya sambil menenteng kain kantongan berisi beberapa bola.
“Dako kau duluan,, silahkan pilih wanita mu,,,, hehehee,,,” Bu Sofie mengulurkan kantong. Mata Dako berusaha mengintip melalui celah.
“Eeehh,, ga boleh ngintip,,, semua tergantung keberuntungan tanganmu,, ayo cepat ambil satu bola,”
“Warna Unguuu,, Aidaa,,,hahahaa,,” Bu Sofie mengumumkan pasangan Dako adalah Aida.
“Hehehehee,,, hay bu guru cantik, udah siap untuk menang?,,” Dako sengaja mencolek pinggang Aida, menggoda Munaf yang lagi uring-uringan.
“Yaaa,, meraahh,,Aryantiii,,,”
“Yeeeaaahhh,,,” Adit berteriak girang, menghampiri Aryanti, “Sorry ya calon boss,, aku pinjam dulu istrimu,,,hehehee,,” Adit menggoda Arga, menarik tangan Aryanti yang masih memeluk pinggang suaminya.
“Awas aja kalo sampe lecet, aku jadiin OB kamu,,” ancam Arga bercanda, walau ada rasa was-was dihati, permainan seperti apa yang bakal digelar.
“Sintyaaa,,, Putih,,,”
“Weeew,,, boleh juga nih,,, game nya harus hot Bu,,” seru Munaf, jengkelnya sedikit berkurang. Sudah lama dirinya tertarik dengan wanita yang setiap hari duduk manis di depan ruang Pak Prabu dengan rok ketat dan minimalis.
“Argaa,, kau dapat Andini,,, hahahaa,, mau ditukar dengan ibu?” goda Bu Sofie, ketika Arga maju mengambil bola warna Biru.
“Emang ibu sanggup makan sosis saya?,,” jawaban Arga membuat Bu Sofie terdiam dengan jantung berdegub kencang.
“Tunggu tanggal mainnya, pasti kulahap habis sosis besarmu itu,,” balas Bu Sofie, berbisik dengan jantung menderu merasa ditantang.
“Tersisa satu bola hijau, artinya Zuraida berpasangan dengan suamiku, pak Prabu,,,” terang Bu Sofie, sepeninggal Arga yang mendekati Andini.
“Jadi permainannya seperti ini,, Sosis yang dibagikan Mang Oyik ini harus diikat dipinggang para istri, dan mereka harus mendekati pasangan mainnya dengan mata tertutup, dan pasangan nnya harus memberi aba-aba kemana si wanita harus menuju, terus,,,” Bu Sofie menghentikan ucapannya sambil wajah tersenyum nakal, membuat peserta lomba penasaran menunggu.
“Terus,,, sosis itu harus dimasukkan ke dalam mulut para lelaki yang berbaring di pasir, dan ingat,, tidak boleh dibantu oleh tangan,,,hehehee,,” Bu Sofie tertawa sambil bertolak pinggang.
Permainan itu tak ubahnya seperti permainan memasukkan pensil dalam botol, hanya saja dilakukan dengan cara yang vulgar.
“Haahhh???,, yang benar aja bu,, masukin sosis kemulut Adit yang tiduran, berarti kami harus ngangkangin mereka dong?,,,” Aryanti coba protes, tangannya reflek menahan rok yang tertiup angin, entah kenapa tiba-tiba dirinya merasa malu, pasti lomba ini akan terlihat sangat vulgar.
“Hehehee,, itulah tantangan dari game ini, kalian boleh berusaha menutupi rok kalian bila mau, tapi ingat tangan kalian tidak boleh memegang sosis itu,,.” terang Bu Sofie, tersenyum puas melihat wajah para wanita mulai pucat.
“Tenang aja mba,, ntar saya merem koq,,,”
“Merem? aku make rok aja kamu masih usaha buat ngintip ke bawah, gimana kalo aku ngangkang depan matamu,,, awas aja kalo ngga merem, bakal ku colok matamu,,,”
“Hahahahaaa,, nih Yan,,, buat jaga-jaga, kalo ngintip colok aja,” celetuk Zuraida, menyerahkan potongan ranting kepada Aryanti.
Wanita yang selalu setia dengan penutup kepalanya itu dapat sedikit bernafas lega, karena dirinya memakai celana leggins putih.
Meski celana dalam warna hitamnya dapat terlihat dengan samar, setidaknya itu masih lebih baik dibanding para istri lainnya yang mengenakan rok.
Mang Oyik membagikan potongan sossis yang ujungnya dibungkus plastik, agar dapat diikat oleh tali, wajah mesumnya cengengesan membayangkan kegilaan yang bakal terjadi.
“Lho Mang,,, koq tali punya saya pendek banget sih, tuker yang lebih panjang dong,,” sela Zuraida saat menerima sosisnya.
“Waduh,, udah habis bu,, itu yang terakhir,,” jawaban Mang Oyik membuat wajah cantiknya cemberut.
“Aaahhhh,,, tu kaaaann,,, pendek banget,,” Zuraida mulai panik, sosis yang sudah diikat kan di pinggang menggantung hanya beberapa senti dari pantatnya.
“Heheheheee,,,, cuma game aja koq Bu Dokter,,,ga usah terlalu diambil hati,, hehehee,,,” ucap Pak Prabu, hatinya berteriak girang, dengan mata tak lepas dari pantat montok Zuraida.
Dokter cantik itu cuma bisa tersenyum kecut, andai saja partner game nya adalah Adit atau Munaf mungkin Zuraida bisa main bentak kalo mereka nakal, tapi ini adalah Pak Prabu. Akhirnya wanita itu cuma bisa berharap game dapat selesai dengan cepat.
“Ko,,, koq pendek banget sih ngiketnya,, lagian kenapa ngiketnya dibelakang,,,” protes Munaf kepada Dako yang membantu mengikatkan sosis di pinggang belakang istrinya, membuat sosis itu menggantung tepat di depan selangkangan istrinya.
Dako mengangkat kedua pundaknya, “Tapi Istrimu ga protes tuh,,,” jawaban itu membuat Munaf melototi istrinya yang jadi salah tingkah, wajah berhias kacamata itu memerah malu.
“Sayaaaang,,, Kan ini cuma permainan aja,, ngga lebih koq,” bujuk Aida, membuat Munaf tidak bisa berkata apa-apa.
“Hanya permainan,,,” hati Aida berkali-kali mengucap kalimat itu dengan jantung berdegub kencang.
Protes yang sama juga dilontarkan Adit yang melihat Istrinya, Andini, dengan sengaja memutar sosis yang berada di belakang ke depan, hingga menggantung tak jauh dari selangkangannya.
Begitu juga dengan Pak Prabu yang melototi ulah Munaf, meski sosis itu tetap berada di belakang, tapi wanita simpanannya tidak protes saat Munaf menggulung tali menjadi lebih pendek.
“Okeeee,,, para suami silahkan berbaris disana,,, dan kalian berbaris di sini,, silahkan menutup mata dengan syal ini,,,” Bu Sofie kembali memberi perintah.
Berbeda dengan para lelaki yang tampak terlihat girang, para wanita justru terlihat pucat, saling pandang dengan bingung, masing-masing merasa tidak nyaman.
“Duuuhhh,,, aku ga bisa,,, kasian kamu Zuraidaa,,,” ucap Aida, memutar posisi sosisnya ke belakang, lalu menurunkan tali menjadi lebih panjang.
Perbuatan Aida ternyata diikuti wanita lainnya, yang berusaha menjauhkan gantungan sosis dari selangkangan mereka. Perbuatan para istri itu jelas membuat para lelaki yang berbaris 5 meter dari para wanita, terlihat kecewa.
“Kalian harus mendengarkan intruksi dari pasangan kalian, kemana kalian harus melangkah,, dan kalian yang cowok, setelah pasangan kalian sudah mendekat tepuk pundaknya lalu kalian boleh berbaring dan memakan sosis itu sampai habis,” Bu Sofie terpaksa harus sedikit berteriak agar semua dapat mendengar suaranya.
“Yaaa,,,Silahkan pasang penutup mata kalian,,” seru Bu Sofie sambil memeriksa mata para wanita, memastikan sudah benar-benar tertutup.
“Semua sudaahh siaaap?,,,”
“Satuuuu,,,,”
“Duaaaaa,,,,”
“Tigaaaaaa,,, Gooo,,,!!!”
Aba-aba dari Bu Sofie langsung disambut teriakan para lelaki yang heboh memberi komando kepada pasangannya agar menuju ke arah mereka. Para wanita harus bekerja sedikit ekstra untuk mengenali suara, untungnya Bu Sofie memberi jarak dua meter antar wanita dan pasangan mainnya agar suara teriakan tidak terlalu kacau dan membingungkan.
Sintya yang lebih dulu sampai di hadapan Munaf, pundaknya segera ditepuk oleh Munaf, dan dengan wajah sumringah Munaf segera berbaring di kaki Sintya.
“Yaaa,, buka kakimu Sin,,, turunin sosisnya pelan-pelan,,,”
“Ooowwwhh,,, Shit!!!,,,” Munaf mengumpat saat Sintya mengangkangi wajahnya, pantat semok milik sekretaris seksi itu tepat di depan matanya, perlahan mulai turun mendekati wajahnya. Meski mulutnya sudah menyentuh sosis, Munaf tetap saja menyuruh Sintya menurunkan pantatnya.
“Yaa,,, cukup,,, aku akan makan sosis ini pelan-pelan,,,” seru Munaf saat selangkangan Sintya tinggal sejengkal dari mulutnya.
“Makan yang cepet Pak,, jangan lama-lama,,,” seru Sintya, entah kesal, entah marah, tapi yang jelas liang vaginanya yang kini berada satu jengkal dari wajah Munaf, mulai basah.
“Ayooo Bu,,,, Yaaa,, cepet buka kaki mu,,,turuuniiin,, Oooowwwhhh,,, punyamu mantap banget Buuu,,,” seru Dako tak kalah heboh, langsung berbaring dan meletakkan kepalanya di antara kedua kaki Aida.
“Ckckckck,,, bener-bener mantap ni pantat, apalagi meki nya gemuk banget,,pasti jepitannya mantap nih,,” Dako dengan cueknya berkomentar, tak peduli dengan kondisi Aida yang panas dingin. “curang tu si Arga, dapet barang bagus ga bilang-bilang,,,”DEG,,,
“Jangan-jangan Dako juga melihat perselingkuhannya dengan Arga?,,,” hati Aida semakin tidak karuan.
“Ayooo Dakoo,, cepet makan sosisnya,,,” pinta Aida tidak karuan.
“Aku ga mau sosis,,, aku mau nya kue apem,,, hehehe,,,” jawab Dako.
“Huusss,, jangan nakal,,, makan aja cepat,,,” Aida perlahan semakin menurunkan pantatnya, hingga hidung Dako dapat merasakan aroma dari vagina yang mulai basah.
Hal yang sama juga dirasakan Zuraida, yang tidak menyangka dirinya menuruti begitu saja untuk mengikuti permainan gila itu. Dirinya yang berhasil sampai di tempat Pak Prabu berdiri, disambut dengan cara yang sangat nakal.
Yaaa,, Pak Prabu yang seharusnya memberi kode dengan menepuk pundak atau tangannya, justru mencolek puting payudaranya.
“Maaf Bu Dokter,,, ga tahan pengen nyolek, habisnya kenceng banget,,,Hehhehe,,,” ucap Pak Prabu pelan, yang begitu menikmati kenakalannya mengerjai wanita alim itu.
Seandainya lelaki itu bukan atasan suaminya, ingin sekali Zuraida menampar wajah Pak Prabu, tapi dirinya cuma bisa menahan emosi, Toh,, sebentar lagi lelaki itu akan pergi meninggalkan kantor suaminya, akhirnya Zuraida berusaha untuk tetap tersenyum di antara wajah kagetnya.
“Kakinya buka yang lebar ya Bu Dokter,,, kepala saya mau masuk,,,”
“Ooowwwhh,,, pantat ibu mantap banget Bu,,, ga terlalu besar, tapi nungging kaya itik,,,”
Komentar-komentar nakal Pak Prabu sangat menganggu pikiran jernih Zuraida. Tak pernah dirinya merasa senakal ini di hadapan orang lain, selain dengan Arga. Tak ubahnya seperti eksibisi berselubung persaingan dalam permainan.
“Paakk,, berhenti mengomentari tubuh saya, selesaikan saja permainan ini secepatnya,,” ucap Zuraida dengan intonasi tinggi, untuk menunjukka rasa tidak senangnya atas kenakalan atasan suaminya itu.
Tapi tanpa disadari Zuraida, rasa dari amarah yang menyeruak itu tidak lebih dari pelarian rasa malu dan bersalahnya. Dan parahnya permainan ini baru saja dimulai.
“Pelan-pelan aja bu nurunin meqi nya,,, ga usah buru-buru,,,hehehee,,”
“Uuuugghhhh,,,” Zuraida bingung, sangat bingung, komentar Pak Prabu semakin nakal.
Zuraida masih bingung, bagaimana bisa dirinya terjebak permainan gila seperti ini. ingin sekali dirinya menyudahi permainan itu, tapi itu hanya akan membuat suaminya malu. Dengan bertopang pada tangan yang berpegangan dilutut, Zuraida perlahan menurunkan pantatnya.
Meski matanya tertutup tapi wanita itu sangat yakin tepat di bawah selangkangannya wajah Pak Prabu sedang tersenyum girang. Dirinya cukup sering menemani suaminya dalam acara-acara kantor, dan Pak Prabu selalu memuji kecantikan wajah dan keindahan tubuhnya, dan saat ini lelaki itu tengah memuaskan rasa penasaran atas tubuhnya.
“Terus Bu,, turunin pantatnya, mulut saya belum bisa menjangkau meqi ibu,, ehh,, maksud saya sosisnya bu,,,Hehehehee,,”
Zuraida tau, lelaki berkumis lebat itu tidak berbohong, karena tali pengikat sosisnya memang sangat pendek, dengan sangat terpaksa menurunkan tubuhnya lebih rendah, membuat siapapun yang melihat akan tergoda untuk menghajar pantat montok yang semakin menungging.
“Ooowwhhggg,,,” tubuh Zuraida kembali terangkat, dirinya sangat kaget saat sesuatu yang lembut menyentuh lapisan celana leggins nya, tepat di bibir vagina.
“Lho koq diangkat lagi sih Bu,,, saya baru pengen ngegigit meqi ibu, eehh,, sosis nya bu,,,”
“Paaak,,, jangan nakal,, plisss,, saya mohon,,,” Zuraida serasa ingin menangis, sungguh dirinya tidak ingin menjadi wanita yang nakal. Meski dirinya pernah menggoda Arga, tapi itu tidak lebih dari ungkapan perasaan hatinya yang masih memiliki rasa terhadap Arga.
“Heheehee,, maaf bu,,, tadi ga sengaja bibir saya nyenggol itunya ibu,,,”
“Tapi meqi punya Bu Dokter emang indah banget, gemuk, mukung,,, seperti punya Sintya,, hehehehe,,,”
“Tuuu kaaaan,,, Pak Prabu memang mengincar vagina ku yang gemuk,,,” hati Zuraida semakin panik. Tapi kata-kata Pak Prabu yang membeber bentuk vagina Sintya membuat Zuraida teringat pada Arga.
Teringat ketidaksengajaan dirinya saat memergoki percumbuan Arga dan Sintya. Zuraida yang sangat mengerti dengan kondisi para lelaki, merasa kasihan dengan kondisi Arga yang berkali-kali menggantung setelah bercumbu setengah jalan dengan dirinya, dan akhirnya memilih untuk mendukung kenakalan Arga pada Sintya.
“Mukung seperti punya Sintya?,,, uggghhh,,, apa vagina Sintya memang seperti milik ku?,,, Apa Arga juga suka bentuk vaginaku,,, Aaaggghhhh,,,” kepala Zuraida menggeleng-geleng, berusaha mengenyahkan pikiran nakal.
“Ooowwwhh Paaaak,,,” Zuraida terkesiap, pantatnya bergetar, dirasakannya mulut Pak Prabu bergerak-gerak dibibir vaginanya. Lewat celah dibawah matanya, wanita itu melihat Pak Prabu yang mulai mengunyah sosisnya, bergerak pelan sesekali menggesek vaginanya.
Zuraida tak yakin dirinya dapat bertahan dengan godaan ini, apalagi saat merasakan ada cairan yang merembes dicelah kemaluannya. Ingin sekali mengangkat tubuhnya, tapi para istri lainnya pun pasti tengah mengalami hal yang sama dengan dirinya, berusaha menyelesaikan lomba secepatnya.
“Batang Pak Prabu bangun!!!,,,” Jantung wanita itu berdegub semakin keras, mata indahnya tidak sengaja melihat celana Pak Prabu yang menonjol.
“Kenapa Bu?,,,”
“Ngga apa-apa,,, cepat pak makan sosisnya,,,”
Tapi permintaannya itu justru membuat tubuhnya semakin tidak karuan, Zuraida tidak bisa memastikan apa saja yang tengah dilakukan mulut lelaki itu dibawah selangkangannya, tapi yang pasti mulut lelaki itu cepat bergerak, menggesek bibir vaginanya semakin cepat.
Pak Prabu yang tau apa yang tengah dipelototi oleh wanita itu, sengaja menggerakkan otot penisnya, memamerkan keperkasaan batangnya.
Meski tertutup kain celana, Dokter cantik itu pasti dapat melihat dan memastikan seberapa besar betang yang bergerak nakal“Owwwhhhh,,, Pak cepaaat habiiiskaaan,,, Aaagghhhh,,, Paak,,”
Tubuh wanita itu melejit, refleks terangkat saat kumis tebal Pak Prabu berhasil menyelinap dan menusuk bibir vaginanya. Lagi-lagi wanita itu harus menyesal, kenapa tadi pagi memilih celana leggins yang tipis, tak mengira akan ada permainan seperti ini.
Tak jauh dari dokter cantik itu, Aryanti juga tengah berjuang membunuh rasa malunya. Komentar-komentar Adit membuat Aryanti ingin menghajar bibir pemuda itu.
“Mbaaa,, tebel banget kayanya tu jembi,,, bener-bener bikin konti ku ngaceng,, jadi pengen masukin kaya malam kemarin,,, hehehee,,,”
“Banyak omong ni bocah, tinggal nikmatin aja masih sempat komentar, kalo masih cerewet aku bekep mulut mu pake ni pantat,,” Aryanti benar-benar gerah dengan komentar Adit, terlintas keajadian malam itu saat bibirnya dan bibir Sintya meberikan servis pada batang Adit.
“Ooowwhhh,,, mauu dong dibekep ama pantat montok mu mbaaa,,,”
“Cepeeet habisin,, atau ku pecahin dua telur mu ini,,,” seru Aryanti sambil mencengkram dua telur kehidupan milik Adit, dan ancamannya ternyata cukup manjur, Adit yang kesakitan segera melahap sosis yang menggantung.
Tampaknya wanita cantik itu tengah berusaha untuk tidak nakal, dan menyelesaikan permainan secepatnya. Tapi nafas Adit yang mendengus panas tepat mengenai bibir vaginanya yang hanya dibalut kain tipis. Lutut Aryanti gemetar, berusaha untuk tidak menurunkan pantatnya lebih dekat kewajah Adit.
“Oooowwwhhh,,, Diiiit,,, jangan nakaaaal,,,” lirih Aryanti saat Adit dengan sengaja menggesekkan hidung ke bibir vaginanya. Mati-matian wanita itu bertahan untuk tidak lagi mengkhianti suaminya. Karena saat ini hatinya sudah cukup sakit melihat kemesraan pandangan mata suaminya dan Zuraida.
Yaaa,, sebatas pandangan mata yang mesra, karena Aryanti percaya akan kesetiaan suaminya, lagipula dirinya yakin Zuraida bukan wanita yang mudah tergoda oleh lelaki.
Tapi hatinya jadi penasaran, apa yang tengah dilakukan Arga pada Andini, istri dari lelaki yang tengah dikangkanginya.
Tepat disamping Aryanti, beberapa langkah dari tempat wanita cantik itu mengangkangi wajah Adit, Arga telihat tengah digoda oleh Andini yang menarik segitiga pelindungnya kedalam belahan pantat, seolah memamerkan kulit pantat yang putih mulus.
Sepertinya gadis itu sengaja ingin membalas ulah nakal Arga dikolam renang tadi malam. Arga tertawa lalu meremas pantat mungil Andini yang kencang, entah apa yang diucapkan Arga, hingga membuat Andini terlihat tertawa, lalu menyentil batang nya yang mengeras.
Perlahan Arga makan sosis yang menggantung. Siapapun tau, jika gadis itu tengah menggoda Arga, tapi lelaki itu hanya berani mengusap-usap paha dan pantat mulusnya.
Berkali-kali Andini menurunkan tubuhnya hingga vagina yang masih terbalut celana dalam putih itu mengenai bibir Arga, tapi lelaki itu menghindar dengan membuang wajahnya ke samping sambil tertawa.
“Hihihi,, ternyata Pak Arga juga jinak-jinak merpati, kalo ada istri nya sok jaim, tapi kalo ga ada,, wuuuhhhh,,, habis-habisan meqi ku dihajaaarr,,, hihihii,,” bisik Andini yang agak kesal dengan sikap sok cool lelaki itu. Sementara birahi mudanya tengah terbakar.
Padahal saat itu hati Arga tengah gundah, berkali-kali matanya melirik istrinya yang tengah dinakali oleh Adit, berkali-kali pemuda itu dengan sengaja mengakat kepala agar lidahnya dapat mengusap vagina istrinya.
Dilihatnya Aryanti tampak berusaha untuk bertahan, namun saat kain celana dalam yang mulai basah itu disapu oleh lidah Adit, mau tidak mau bibir seksinya melenguh menahan nikmat.
Sementara di sebelah kanannya Zuraida tampak menggeliat menahan godaan bibir Pak Prabu yang menciumi bibir vaginanya. Berkali-kali bibir nya merintih saat Pak Prabu membenamkan wajahnya setelah menggigit potongan sosis, dan dengan cepat Zuraida mengangkat kembali pantatnya dengan wajah yang tersipu malu.
Tanpa disadari Arga yang tengah mengamati sekitar, tiba-tiba Andini menarik celana dalamnya ke samping, lalu mengambil sosis yang menggantung dan meletakkannya di bibir vagina, perlahan pantatnya turun, mengarahkan sosis ke bibir Arga.
“Asseeeemm,,, ni cewek, bener-bener ngerjain aku dah,,,” umpat Arga, saat melihat batangan sosis terjepit divagina Andini.
“Aaahh,, Masa Bodoh lahh,,,” dengan cepat Arga menggigit sebagian sosis, tapi gerakannya yang terburu-buru itu justru membuat sebagian sosis yang tersisa masuk semakin dalam ke vagina Andini.
“Oooowwhhh,,, Paaakk,,, Jangan nakaaall,,”
Meski pelan, Rintihan Andini membuat Aryanti menoleh,,,
“Mas Argaaa,,, Maaass!!!,,,”
Jantung wanita itu seakan berhenti berdetak, Aryanti yang sengaja membuka sedikit penutup matanya, melihat Arga seperti tengah memasukkan batangan sosis ke dalam vagina mungil Andini.
Tapi Aryanti juga heran, jika suaminya memang tengah menakali Andini, kenapa suaminya justru begitu takut bibirnya tersentuh vagina gadis mungil itu.
Dengan giginya Arga berusaha menarik keluar batangan sosis, tapi gerakan pinggul Andini justru membuat sosis itu masuk semakin dalam. Membuat wajah Arga kebingungan.
“Dasar,, gadis nakal,,,” gumam Aryanti kesal, “lihat apa yang bisa kulakukan pada suami mu,,,”
Perlahan Aryanti menurunkan pantatnya, membenamkan wajah Adit di belahan pantat dan vaginanya, membuat pemuda itu terkejut tapi juga kegirangan.
“Mbaaa,,, Owwwhh,, wangi banget mba meqi muuu,, owwhhh,,,” Adit mendengus disela belahan vagina Aryanti, menggerak-gerakkan hidungnya seolah ingin membelah vagina Aryanti yang masih tertutup kain.
Kini justru Aryanti yang kelimpungan, gerakan Adit membuat vaginanya begitu cepat basah, berusaha sekuat tenaga menahan lenguhan agar Arga yang berada beberapa meter darinya tidak mendengar dan menoleh.
“Ooooggghhh,, Adiiittt,,, jangan digigiiiit,,,” Aryanti terpekik tertahan, Adit yang memegangi pinggulnya tiba-tiba menekan pantat montoknya hingga wajah pemuda menghilang sepenuhnya, dan tanpa diduga mengigit bibir vaginanya.
Aryanti berusaha mengangkat tubuhnya, tapi tenaga Adit mampu menahan.
“Diiitt,,, jangaaaan,, Oooowwwhh,, Aku bisaaa keluar kalooo diginiiin teruusss,,”
Aryanti semakin kaget, disaat bibirnya merintih akibat ulahnya sendiri, saat itulah Arga menoleh, pandangan mata mereka bertemu,,,”
“Maaaasss,, aku dikerjai Adiiiit,,,”
“Eeeeeenghhhhkkss,,Ooooowwhhhhhsss,,,,” Aryanti melenguh menghantar orgasme dihujung tatapan suaminya.
Ingin sekali Aryanti menerangkan bahwa dirinya tengah dikerjai Adit, tapi sulit baginya untuk berkelit, tubuhnya yang menggelinjang orgasme telah menerangkan segalanya. Bu Sofie yang melihat permainan mulai panas justru tertawa.
“Ayooo,,, cepaaaat,,, habiskan sosisnya,,, Yang cowok jangan nakal yaa,,,hahahaaa,,”
“Saya hitung sampaai sepuluh,,, kalo ga habis bakal saya kasih sosisnya Mang Oyik lhoo,, hahahaa,,,”
Mendengar nama nya disebut untuk ditawarkan, membuat Mang Oyik tertawa girang. “Waaahh,, bener nih punya saya mau dikasihin keteman-teman ibu?,,,heheee,,makasih Buu,,,”
“Yeee,, jangan girang dulu,, bukan buat yang cewek,, tapi buat cowok yang kalah,,”
“Anjrit,,,”
“Asseeemm,,,”Serentak para cowok yang mendengar obrolan Mang Oyik dan Bu Sofie mengumpat, bergegas menghabiskan sosisnya.
Zuraida tersenyum kecut, saat Pak Prabu menghentikan kenakalannya, kain celana leggins nya tampak sangat basah, entah oleh ludah Pak Prabu, entah oleh rembesan cairan vaginanya, tapi yang pasti Dokter cantik itu mampu bertahan.
Begitu juga dengan Munaf dan Adit, sambil tertawa kedua orang itu mengunyah habis sosisnya.
Lidah Dako yang tengah asik menikmati labia mayora milik guru cantik bernama Aida, mengumpat berkali-kali. Yaaa Aida dengan sukarela menyibak celana dalamnya kesamping karena tak mampu bertahan atas rayuan Dako.
“Asseeem,,, emang aku Maho,,,” umpat Dako, setelah menarik lidahnya dari lorong vagina Aida yang baru saja mendapat orgasme, tapi sosisnya masih utuh, belum digigit sedikitpun.
Sambil tersenyum nakal, dengan bibirnya Dako menarik lepas sosis yang masih utuh menggantung, lalu dengan mulutnya memasukkan sosis yang memiliki potongan cukup besar itu ke vagina Aida. Membuat wanita itu menjerit kaget.
“Akuu,, titip dulu,,, ntar setelah lomba baru kuambil,,,” bisik Dako, sementara Aida cuma bisa mengangguk, lalu mengangkat tubuhnya untuk berdiri.
Kakinya terlihat gemetar, menahan geli akibat sosis yang bersemayam di dalam vagina. Tersisa Arga yang kelimpungan, terpaksa mengais-ngais vagina Andini, berusaha menarik keluar sosis yang masuk semakin dalam ke vagina Andini.
“Ooowwhhsss,,Ni Paaak,,, aku bantu ngeluarin,,,” ucap Andini disela desahannya, mengencangkan otot vaginanya, hingga membuat batangan sosis yang tersisa sedikit itu meloncat keluar, seiring dengan cairan orgasme yang menghambur.
“Ooowwhhhh,,,” kaki Andini gemetar, orgasme diatas wajah Arga yang kelimpungan, di bawah tatapan Aryanti dan peserta lomba lainnya.
Terlihat jelas wajah malu Aryanti, meski ia tau suaminya tengah dikerjai, tapi tidak bagi yang lainnya, yang hanya menonton prosesi hebohnya orgasme Andini.
Jika yang lainnya justru tertawa dan bersorak menganggap itu adalah kemenangan Arga sebagai seorang lelaki, tidak begitu halnya dengan Zuraida, wanita cantik itu terlihat sangat kecewa.
Menggenggam erat ujung kaosnya untuk meredam emosi, cemburu, marah yang membaur menjadi satu. Tapi wanita itu cuma bisa terdiam, sedikitpun dirinya tidak memeliki hak untuk marah, Arga bukan suaminya, bukan pula kekasihnya, karena masa bagi dirinya dan Arga telah habis beberapa tahun yang lalu.
“Okeee,,, permainan selesai,,”
“Sambil menunggu Mang Oyik mengambil minuman, kita istirahat sebentar,,,” Seru Bu Sofie, tanpa rasa bersalah setelah memberikan permainan yang begitu gila.
“Ingat,,, permainan selanjutnya bakal lebih gila,,, tapi bagi mereka yang menang akan mendapatkan mobil saya sebagai kenang-kenangan,,,” Sambungnya, lalu berjalan menuju kesebuah pohon.
Mereka yang awalnya ingin protes menjadi tertawa, saling pandang, tertantang untuk mendapatkan Honda CRV milik Bu Sofie.
Beach Game II
Zuraida membiarkan jilbab putihnya tertiup angin, coba mendinginkan hatinya yang terasa begitu panas.
Namun hembusan angin pantai selatan pun tampaknya tak mampu untuk mengusir rasa gundah, kesal, cemburu yang menggulung menjadi satu dan memenuhi lubuk hatinya .
Wanita cantik itu sengaja menepi dari ramainya obrolan dan celoteh teman-teman suaminya, karena tak yakin dapat menyembunyikan emosi yang terukir diraut wajah nan cantik.
“Uggghhhh,,, Argaaaa,,,” jemari lentiknya mematah ranting kecil dengan kesal. Berkali-kali mengumpat, menyebut nama Arga dengan rasa kesal yang begitu mendalam.
Bukan perkara mudah bagi seorang Zuraida, disaat dirinya sekuat tenaga menahan birahi ketika gerbang dari liang kemaluannya dicumbu dengan hebat oleh lidah seorang pejantan, lelaki yang hingga kini dikaguminya justru dengan bebasnya mencumbu cairan cinta dari seorang gadis muda.
Sedangkan Dako,,, yaaa,, meski sempat marah saat matanya secara jelas menyaksikan bagaimana suaminya dengan begitu nakal memasukkan batangan sosis ke dalam vagina Bu Aida, tapi amarah itu tidak sebesar saat menyaksikan lidah Arga yang terjulur memasuki liang kemaluan Andini.
“Argaaaa,,, koq ga berpasangan sama aku aja tadiii,,, iikkkhhhsss,,,” terisak pelan, menyeka kelopak matanya yang berair. Emosi, cemburu dan birahi semakin berpadu merongrong hati yang tengah labil.
Tapi tidak ada yang dapat dilakukannya, meski tau Arga masih menyimpan rasa terhadap dirinya, tapi status mereka tidak sendiri lagi. Sambil menyandarkan tubuhnya ke batang pohon kelapa, Zuraida coba meresapi semilir angin di tubuhnya yang berkeringat.
Merasa tidak cukup, wanita itu mengangkat tepian jilbab, dan membiarkan angin yang berpacu mencumbu leher dan kaos tipisnya. Lirikan mata Mang Oyik yang terpesona pada sepasang payudara yang tercetak jelas, tak dihiraukannya.
Batin Zuraida berujar, Toh,, lelaki itu sudah menyaksikan bagaimana payudaranya berloncatan saat dirinya ikut lomba balap karung. Ternyata rasa kecewa dan cemburu dapat merubah hati seorang wanita.
“Wooyyy,, Mang,, mlototin nenen bini orang mulu, kalo kepotong tu tangan baru nyahoo,,” seru Bu Sofie, membuat Mang Oyik yang tengah mengupas buah kelapa tersadar, tangannya bisa saja melayang kalo mata dan konsentrasi sange nya terus tertuju pada tubuh si dokter cantik.
Zuraida tertawa mendengar celoteh Bu Sofie atas kekaguman Mang Oyik pada tubuhnya.
Seperti inikah perasaan yang tengah dinikmati oleh para istri yang dilihatnya menggunakan rok pendek. Rasa bangga atas pengakuan para lelaki akan tubuh indah mereka.
Zuraida tidak tau pasti apa yang diinginkan oleh hatinya, tapi kini tangannya mengakat jilbabnya lebih tinggi, mengibas-ngibaskan ujung kain itu seolah berusaha mengusir rasa gerah yang tak mampu diatasi oleh angin laut yang cukup kencang.
Zuraida berusaha menahan tawanya saat Bu Sofie memites kepala lelaki berambut kriwel itu, sambil mengayunkan parangnya lelaki itu masih saja berusaha mencuri pandang pada payudara Zuraida yang bergoyang pelan karena kibasan tangannya.
“Kalau kau memang menginginkan wanita yang nakal, akupun bisa,,, dan nikmatilah rasa cemburu yang akan menderamu,,” bisik hati Zuraida, tersenyum sinis, kecantikan yang tercipta dari indah senyumnya yang menampilkan keanggunan seorang Zuraida seakan sirna, berganti dengan seringai tajam diatas hati yang bergemuruh.
Matanya menatap Arga, meski tidak dapat mendengar percekapan mereka, tapi tampaknya lelaki yang hingga kini masih dikaguminya tengah kebingungan menerangkan pada Adit tentang apa yang telah terjadi saat game. Dikelilingi oleh Dako, suaminya, dan Pak Prabu.
“Gaaa,,, santai aja ngapaaa,,, Adit juga ga marah koq meqi istrinya kamu kobel-kobel pake lidah,,,hahahaaa,,” Pak Prabu tertawa sambil menepuk-nepuk pundak Arga.
“Asseeeem,,, cuma orang gila yang ga marah bininya dikerjain ama orang, Om,,, lagian kamu emang kelewatan ya Gaaa,, sempat-sempatnya ngerjain Andini,,” Adit terus mengomel, hatinya begitu panas melihat Andini yang sukses menghambur caira orgasme ke mulut Arga.
“Hadeeeehhh,,, kan aku udah bilang,, aku cuma berusaha ngeluarin sosis yang dimasukin istri mu ke Meqinya, disini justru aku yang jadi korban,,,” Arga mencoba membela diri.
“lagian kamu juga udah bikin bini ku orgasme juga kan?,,” Arga balik menyerang Adit.
“Sudaaahh,,sudaaahh,, ingat,,, ini cuma permainan,” Dako coba menengahi, “Ingatkan dengan perjanjian kita, selama tidak ada saling paksa dan intimidasi, game must go on,”.
“dan sekarang bagi yang belum pernah nyicipin istrinya Munaf, aku udah ngasih jalan,,, tapi tentunya setelah aku,hahahaa,,,” ucapan Dako yang didendangkan dengan suara pelan itu membuat para lelaki menatap tubuh Aida.
Ibu muda itu tampak begitu sulit berjalan, giginya menggigit bibir, pahanya mengatup erat persis seperti wanita yang tengah menahan hajat buang air kecil.
“Asal kalian tau,,tadi aku liat kimpitannya sempit banget,,,dan kalian tau kenapa dia berjalan seperti itu?,,,” pertanyaan Dako membuat Pak PRabu Arga dan Adit serentak menggeleng.
“Meqi nya aku jejalin sama sosis,,,, aku berani taruhan? kalo meqi istrinya Munaf emang ganas, pasti sekarang tu sosis udah ancur,,,”
“Busyeeeet,,, dasar sinting,,”
“Oooowwwhhh,,, gila kau Koo,,,”
“Emang saraf lu ya,,, pasti kesiksa banget tu Bu Guru,,,” serentak ketiganya mengumpat.
“Asseeeemmm,,, tapi batang ku jadi ngaceng Koo,,, kalo ada kesempatan, kita hajar aja si Aida bareng-bareng,,, liat aja tuh pantatnya nungging banget,, pasti nikmat kalo di Doggy,,,” seru Pak Prabu sambil mengelus-elus selangkangannya.
“Tapi gimana dengan si Munaf,,,” tanya Adit yang kelimpungan membetulkan letak batangnya yang ikut ngaceng, nyasar kesamping kiri celana.
“gampang,,, Arga, nanti kau ajak Munaf jalan-jalan ya,,, kau kan udah pernah nyicipin Bu Guru cantik itu,,,” usul Pak Prabu, membuat Arga mengangguk pasrah.
“Wooyyy,,, ada apa nih,,, lagi ngomongin istriku ya?,,,” tanya Munaf saat memergoki keempat teman kerjanya itu tengah memplototi istrinya, tangannya tampak membawa buah kelapa yang sudah dipotong pangkalnya, siap untuk dinikmati.
“Iya Naf,,, saat game tadi aku baru nyadar, ternyata istrimu cantik juga ya,, apalagi saat ngangkang di atas mulut ku tadi,,, hehehee,,,”
“Juaaancuukkk,, bilang aja kau mau ngentotin istriku,, gila Kau Ko,,” Munaf menyumpah serapah mendengar pengakuan Dako. “Tapi ga segampang itu,,, karena kali ini aku bakal memprotect istriku bener-bener lebih ketat,,hehehee,,”
“Bener nih?,,, jadi kamu bakal ngangkremin istrimu terus nih?,,, ga pengen coba ndeketin istriku,,,” tantang Dako sambil menoleh ke arah Zuraida, diikuti lelaki lainnya.
Sontak Zuraida yang memang tengah memperhatikan Arga yang berdiri di antara suami dan teman-temannya itu menjadi bingung, apalagi para lelaki menatap tubuhnya dengan pandangan penuh nafsu.
“emang geser otak ni orang ya,,, istri sendiri ditawarin ke kita-kita,,,” Munaf menggeleng-gelengkan kepala, diikuti Arga yang menahan nafas, hatinya tidak rela bila wanita berjilbab yang memiliki kenangan baginya itu dinikmati oleh teman-temannya.
“Emang gila kau Ko, tapi aku suka,,, hahahaha,,, kalo aku beneran bisa masukin ni batang ke meqi istrimu yang alim itu jangan marah yaa,,, hahahaa,,,” Pak Prabu terkekeh sambil mengusap-usap batangnya.
Dan tingkah Pak Prabu itu jelas terlihat oleh mata indah Zuraida, dan saat itu juga membuang pandangannya ke arah lain.
“kita buktikan saja, siapa yang beruntung,,,hehehee,,” Dako tampak begitu yakin tidak mudah untuk menaklukkan istrinya.
“Ya kita lihat saja nanti,,hahahaa,, Ehh,, dimana kau dapat kelapa itu Naf,,” tanya Pak Prabu yang tergiur dengan Munaf yang asik menyeruput air kelapa langsung dari buahnya.
“Tuhhh, sama Mang Oyik,, aku aja pengen nambah lagi nihh,,” Pak Prabu dan Adit segera menuju ketempat Mang Oyik disusul oleh Munaf.“Gimana Gaa,, masa kamu ga mampu ngenaklukin Istriku,, keahlian mu sebagai penjahat kelamin belum hilangkan?,,” tanya Dako blak-blakan saat mereka tinggal berdua, berdiri berhadapan.
“Sebenarnya apa sih yang ada diotak mu itu Ko,, dari rencana liburan, perjanjian yang ga masuk di akal, sampai permainan gila-gilaan di pantai inipun kuyakin semua adalah usulmu,,,”
Dako tertawa garing, lalu wajahnya berubah menjadi murung.
“Aku juga ga tau Ga,, aku hanya merasa bersalah pada istriku, sebulan yang lalu Zuraida memergoki aku selingkuh dengan Risna,”
“Risnaa?,,, Risna keponakanmu yang masih SMA itu? Owwwgghh kamu emang gilaa,, gilaa,,gilaa,, apa sih kurangnya Zuraida,,”
“Argaaa,,, kita ini sama, sama-sama cowok petualang,, kau juga sudah memiliki Aryanti yang cantik, tapi kau tetap saja bersemangat menghajar tubuh istri teman-temanmu kan?,,” meski pelan, penekanan suara Dako meninggi.
“Bahkan saat kami masih belum apa-apa kau sudah berkali-kali membuat Aida, istri Munaf terkapar, plus tubuh Lik Marni tentunya,,,dan pastinya kau juga merasa bersalah pada istrimukan?,,” Dako menatap Arga dengan pandangan tajam.
“dan Aku juga sama seperti dirimu Sob,,, aku sudah berulang kali berusaha membuang kebiasaan buruk ku ini, tapi sangat sulit, entah kenapa aku selalu tertantang untuk menaklukan wanita,” intonasi suara Dako mulai kembali datar. Matanya menatap kelaut lepas.
“Argaa,, kamu teman ku yang paling aku percaya, tolong bebasin aku dari rasa bersalah ini,,, Kamu tau?,, Zuraida tidak pernah sekalipun mengenakan pakaian seketat dan setipis itu di tengah orang banyak, dan aku tau saat ini dia melakukan itu bukan karena aku, tapi kamu,,”
Arga hanya terdiam mendengar pengakuan sahabatnya. Apa yang dikatakan Dako memang benar adanya.
“Aku juga tidak ingin membuat istriku menjadi liar, tapi aku ga tau lagi cara seperti apa agar semua terlihat natural dan mengalir apa adanya,,,” Dako menarik nafasnya dalam-dalam, lalu membuangnya dengan perlahan.
“Ko,, aku bisa menerima alasanmu itu untuk melakukan kegilaan ini, tapi itu tidak cukup, jujurlah,, sebenarnya ada apa?,,,” pertanyaan Arga menohok hati Dako. Sulit untuk berkelit dari Arga yang sudah sangat mengenal pribadinya.
Lagi-lagi Dako menarik nafas panjang. “Mungkin aku memang gila dan psycho, Sob,,” lelaki itu menatap Arga dalam-dalam. “Aku sangat terangsang bila melihat istriku yang alim itu dicumbu oleh orang lain,, aku merasakan sakit, tapi aku juga menikmatinya,,”
“Gilaa,,, pantas saja kau menawarkan istrimu sama mereka juga,,,” Arga menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Tidak Gaa,, kau salah,,, aku bisa merasakan itu bila kamu yang melakukannya,,, Kau ingat percumbuanmu dengan Zuraida di kost kita, sehari sebelum kau cuti dan pergi meninggalkan kami?,,,”
Arga terkaget, lagi-lagi kenangan masa lalunya kembali terkoyak. “Apaa,, apaa kau melihat semuanya?,,” tanya Arga gugup, sadar bahwa hal itu pasti sangat menyakitkan bagi Dako yang juga tengah mengharapkan Zuraida.
“Aku melihat semuanya,,, dan saat itu aku baru sadar bahwa kita menginginkan gadis yang sama, aku hampir saja mendobrak masuk saat melihat Zuraida begitu pasrah dalam pelukanmu,,tapi,,,” Dako menghela nafasnya.
“Tapi kau menghentikan cumbuan mu tanpa sebab,, sorenya, kau menghilang, meninggalkan aku dan Zuraida tanpa pesan sedikitpun.”
Arga tertawa tanpa suara, matanya seakan dapat melihat peristiwa beberapa tahun silam. “Aku tidak mungkin menghianati sahabatku,”
“Bego!!!,,,” umpat Dako. “Akhirnya, kau justru tidak tau betapa nikmatnya keperawanan seorang Zuraida.”
“Asseeeeem,,, jangan manas-manasin aku gitu lah,,,” Arga melotot memukul lengan Dako dengan wajah kesal.
“Tapi, kau sudah memberikan seorang wanita yang tidak kalah cantik dari Zuraida,” Arga dan Dako bersamaan menatap Aryanti yang tengah ngobrol dengan Sintya, sesekali kedua wanita itu tertawa terkikik.
“Tapi,,, sekarang aku justru bingung, kenapa Aryanti bisa berubah seperti ini,,,” Arga mengegeleng-gelengkan kepala, menatap istrinya yang terlihat agak cuek saat duduk, rok nya yang lebar dan pendek tak mampu menutupi keindahan dari paha mulusnya.
“Hahaaha,,, kita cuma bisa berharap semua kebinalan ini berakhir saat liburan ini selesai, tapi Gaaa,, kurasa istrimu memang,,,”
“Apa? Memang nikmat? Kempotannya dahsyat? Goyangnya liar?,,, Asseeeem,, taik kau Ko,, tega bener ngehajar istriku depan belakang,,”
“Whuhahahahaa,,, jadi kau melihat kenakalan istrimu tadi malam,,, hahahaa,, Sorry Sob, sorry banget,” Dako tertawa terpingkal, “Tapi,,,kamu ga marahkan?”
“Eeee,, busyet dah, mana ada suami yang ga marah ngeliat istrinya digenjot habis-habisan sama orang, Aaahhh,, taik kau Ko,,,” Arga bener-bener mangkel mendengar tawa Dako, tapi apa yang bisa diperbuatnya.
“Tapi,, Game must Go on,,, dan masih ada sisa waktu untuk mendapatkan istrimu,,” lanjut Arga berusaha menghibur dirinya, sambil menatap Zuraida yang tengah digoda oleh Mang Oyik.
“Yaaa,, aku ingin kau yang melakukannya,, Aku hanya ingin menebus rasa bersalahku pada kalian berdua, Okeeeyyy,, ke ketempat Aida dulu, kasian banget tu Bu Guru jalannya mpe tertatih gitu,, hehehehee,,,” Dako menepuk pundak Arga, lalu berjalan menghampiri Aida, dengan sedikit memaksa lelaki itu menarik Aida ke sebuah bangunan kecil yang biasa digunakan sebagai gudang.
“Dasar bocah kentir,,, dari dulu mpe sekarang ga pernah berubah,,, doyan banget nyatroni bini orang,,,” Arga tertawa melihat tingkah Dako, tapi dalam hatinya justru menertawakan dirinya sendiri yang tak jauh berbeda dengan Dako.
Arga memasang kacamata hitamnya, dengan langkah pasti menghampiri Zuraida. Saat melewati meja Tangannya meraih sebiji buah kelapa yang sudah dikupas ujungnya, siap untuk dinikmati.
“Hai Zee,,, sudah minum es kelapa?,,” lelaki itu menawarkan apa yang dibawanya kepada Zuraida sambil menebar senyum lebar.
“Sudah,, makasih, kalo kebanyakan takutnya malah ga bisa ikut lomba lagi,, hadiahnya mobil Bu Sofie lho,,hehehee,,”
Arga bisa melihat senyum dan tawa Zuraida tampak sangat dipaksakan, hati lelaki itu bertanya-tanya, apa yang tengah dipikirkan oleh Zuraida yang berusaha terlihat santai dan cuek.
“Mang Oyik, toiletnya dimana ya?,,, anterin dong,,,” Zuraida berdiri, membersihkan pasir pantai yang melekat di celananya. “Gaa,, aku kebelakang dulu ya,,”
Arga terkaget dengan sikap Zuraida, terlihat jelas bahwa wanita itu sengaja menghindari dirinya. Arga semakin kaget saat Zuraida menggandeng tangan Mang Oyik, membuat lelaki berabut kriwel itu tersenyum girang.
“Ada apa dengan mu Zee?,,,” hati Arga terasa begitu sakit, tercampakkan.
* * * Disaat yang sama, tak seberapa jauh dari Arga yang berdiri terpaku, Andini terlihat tidak nyaman, sepertinya gadis itu sedang disindir oleh Aryanti.
“Din,,, kalo kamu mau ngerjain suamiku, jangan ditempat umum begini,,, kasian Mas Arga dia pasti jadi malu,,,”
“Iya mbaaa,, aku minta maaf,,, habisnya tadi akku kebawa-bawa permainan,,, ngga lagi koq,,,”
“Hahahaa,, iya santai aja,, gapapa koq,,, tapi hati-hati lho, batang Mas Arga tu gede banget,,,emang kamu sanggup?,,,”
“Emang gede banget mba, tapi masih bisa masu,,, ehh,, maksud saya tubuh Pak Arga emang gede banget,,,” Andini keceplosan, wajahnya menjadi pucat dibawah tatapan curiga Aryanti.
Tapi entah kenapa, dada Aryanti tiba-tiba bergemuruh bukan karena marah, tapi justru penasaran apakah suaminya yang memiliki tubuh tinggi besar, pernah menggagahi tubuh mungil Andini.
Tanpa sepengetahuan gadis itu, Aryanti mengagumi kecantikan Andini, senyum manisnya mengingatkan Aryanti pada salah seorang anggota JKT 48, Melody Nurramdhani Laksani.
“Din,,, pernah kepikiran ngga, main sama orang yang tinggi besar seperti Mas Arga?,,,”
“Eeehh,, maksud ibu?,,” Andini menyelidik, takut dirinya tengah dipancing untuk mengakui persetubuhan dirinya dengan Arga dikolam renang.
“Nggaaa,, ngga apa-apa,,, aku cuma sering penasaran aja ngebayangin gadis mungil seperti kamu disetubuhi sama pria dengan tubuh tinggi besar,,,hehehee,, tapi lupain aja,,” terang Aryanti. “Maaf yaa,, aku nanya yang aneh-aneh,,”
“Kan,, tadi malam ibuu udah liat,,aku di,, di,, digituin sama Pak Prabu,,” jawab Andini pelan dengan wajah malu-malu.
“Tadi malam?,,,ohh,,,iyaaa aku lupaaa, habisnya tadi malam aku agak mabuk,,,,” Aryanti menepuk jidatnya, bagaimana bisa dirinya bisa lupa permainan kartu yang berubah jadi sangat panas.
“Kamu sih,, pake masukin batangnya Pak Munaf, aku jadi ikut-ikutan panas,, ujung-ujungnya malah aku yang digangbang dua cowok kesurupan,, hihihii,,” Obrolan dua wanita yang berpaut umur enam tahun lebih itu mulai mencair. Petualangan birahi memang dapat dengan cepat menyatukan keakraban anak manusia.
“Ihh,, ibuuu,, salahin Pak Munaf tuh,, mana ada sih cewek yang tahan kalo gerbang itunya terus-terusan disundul sama helm preman,, mana tu bapak ngerengek terus minta dimasukin, ya udah aku makan aja sekalian,,,hihihi,,, ga taunya baru masuk sebentar udah langsung croot,,,hahahahaa,,,” Andini menutup mulutnya berusaha menahan tawa, teringat wajah Munaf yang kalang kabut dan harus mengakui kekalahannya.
“Tapi waktu sama Pak Prabu,,,koq kamu langsung dapet sih?,,,” tanya Aryanti penasaran.
“Habisnyaaa,, itu nya Pak Prabu gede banget,, punyaku ampe penuh banget Bu,,,apalagi sebelumnya ni lubang udah dikerjain sama batang Pak Munaf, hihihii,,,” Andini cekikikan sambil menunjuk selangkangannya. Membuat mata Aryanti tertuju pada kemaluan Andini yang roknya sedikit terbuka.
“Tapi masih hebat ibu,, kuat banget ngeladenin Pak Prabu sama Pak Dako,,, Eeeng gimana sih bu rasanya kalo dimasukin depan belakang gitu?,,”
Wajah Aryanti merona malu teringat kenakalannya yang ditonton oleh Andini. “hebat apanya, aku aja sekuat tenaga nahan biar ngga keluar duluan, tengsin aja kalah sama si kunyuk Dako,,, hahahaa,, habisnya tu orang sering koar-koar jago bikin tepar cewek cuma dalam beberapa tusukan,,,”
“Emang sih,, kalo Pak Dako tangannya ga bisa diam, jago banget ngerangsang orang biar cepat keluar,,, Tapi koq ibu kayanya akrab banget sama Pak Dako,, jangan-jangan dari dulu udah sering itu ya sama Pak Dako,,hihihi,,” Gadis itu tertawa genit sambil melontarkan pertanyaan yang menyudutkan.
“Huussshh,, kamu ini,, aku akrab dengan Dako dan istrinya, Zuraida, karena dia memang tetangga ku sebelum menikah dengan Arga. tu orang emang nakal banget, untung aja Zuraida orangnya pengertian,, jadi ga mungkinlah aku ngehianatin orang yang udah baik banget ama aku,,” terang Aryanti.Sewaktu masih sendiri, rumah yang disewa Aryanti memang berada tepat di samping rumah Dako dan Zuraida yang baru menikah. Dan hubungannya dengan Zuraida cukup baik, meski sering dihias dengan celoteh nakal dari suaminya, Dako. Dari mereka berdua jua lah akhirnya Aryanti bertemu dengan Arga.
“Diin,, punya kamu basah yaa?,,, hayooo,, mikirin punya siapa nih,, punya Pak Prabu yang gede, batang Munaf yang gemuk, atau punya Dako yang bengkok?,,hihihii,,”
“Iiihh,,, Mbaa Yantii,, habisnya dari tadi kita ngomongin punya cowok terus sih,,, tapi tadi malam kita emang gila banget yaa,,”
“Iyaa,, nyoba-nyobain batang punya cowok, mana ukuran dan bentuknya beda-bedaa,,, Haduuuhhh,, Diiin,, punya mba basah juga nihh,,” Aryanti menjepit pahanya saat merasakan desir cairan yang merembes keluar dari lipatan vaginanya.
* * *
Kita kembali kepada Arga yang kebingungan plus rasa sakit yang menyertai. Cukup lama dirinya terdiam, berdiskusi dengan hati yang galau. Mungkinkah Zuraida masih marah pada dirinya. Dengan berat Arga melangkahkan kaki, berharap jika memang wanita itu memang masih marah apa yang akan diterangkannya dapat diterima.
“Mang, ngapain? Mau ngintip ya?,,,” seru Arga saat mendapati Mang Oyik celiangk-celinguk mencari-cari celah untuk melihat ke dalam toilet. “Sana Gih,,,”
Ada beberapa kamar kecil dibangunan itu, meski tidak jelas lagi mana toilet untuk wanita dan mana yang untuk pria, tapi kebersihan tempat itu terpelihara dengan baik.
“Argaaa,,, ngapain disini,, kamu mau ngintipin aku?,, emang punya Andini tadi masih kurang?,,, hehehehee,,,”
“Zee,,, apa yang kamu lihat itu salah,, justru aku yang sedang dikerjai oleh Andini,,, Aku justru memikirkanmu terus,,,” suara Arga meninggi, hatinya yang sudah dipersiapkan untuk tenang tersulut mendengar kata-kata pedas dari wanita yang dikaguminya.
“Oyaaa,,, hehehee,, gapapa koq, itu masalah mu, istrimu aja bisa santai, masa aku harus marah-marah,,”
“Zeee,,,” kedua tangan Arga mencengkram pundak Zuraida, memaksa wanita itu untuk menatapnya, mencari kebenaran dari matanya.
“Percumaaa!!!,,, Mas Dako sudah memberikan waktu untuk kita,, tapi percumaa,,, semua sia-siaaa, aku berharap kamu masih seperti duluuu,, Tapii,,,,” setetes air mata mengalir dimata yang indah, ada kesedihan mendalam yang sulit untuk dibaca dibalik wajah cantik berbalut jilbab putih.
Pikiran Arga semakin bingung dengan penuturan Zuraida, mungkinkag wanita itu tau dengan rencana suaminya, dan segala permainan gila yang tercipta.
“MINGGIIIR,, LEPAAASIN,,,” Zuraida berontak, berusaha melepaskan tangan Arga.
“Zeee,,, kamu salah Zeeee,, cuma kamu yang aku inginkan saat ini,,,”
Entah karena frustasi, tidak tau lagi bagaimana harus menerangkan kepada wanita bertubuh semampai yang berdiri dengan goyah, Arga melumat bibir indah Zuraida, menciumi wajah cantiknya.
“Eeemmmpphhh,,, Eeeengghhhh,, heeekkss,,”
Zuraida semakin kuat berontak, mendorong kepala Arga agar menjauh dari wajahanya, tapi sia-sia. Lelaki itu tampak kesurupan. Tangan Arga meremas bongkahan payudara Zuraida, mengusap, memilin dengan liar. Sesekali wanita itu melenguh, walau bagaimanapun rangsangan yang diberikan Arga begitu kuat. Tapi entah kenapa rasa kesalnya tak kunjung hilang.
“Bajingan kaaauuu Gaaa,,” jemari lentik Zuraida sekuat tenaga mendorong tubuh lelaki yang kini mulai menciumi lehernya, berusaha menyelusup ke balik kain penutup kepala.
“Oooowwwggghhhkk,,, Ghaaaa,,,” seketika tangan lentik Zuraida menjambak rambut Arga saat bibir lelaki itu melumat putingnya yang mengeras. Sangat sulit berkelit bahwa saat ini dirinyapun tengah dilanda birahi.
“Slluuurrppsss,,, Ooowwwhhhsss,,, Zeee,, milikmuuu,,, owwwhh,,,”
Arga mendengus, membuat tubuh Zuraida yang berkeringat semakin panas oleh hembusan nafas Arga yang menderu diantara sepasang payudaranya. Puting yang berwarna merah muda itu sangat menggoda Arga untuk memberikan gigitan kecil.
“Aaarrrggh,,,” PLAAKKK,,,, PLAAAKK,,,
“Ternyata kamuu memang ga bedaaa dengan merekaaa,,,,”
Arga terkejut, menarik wajahnya dari payudara Zuraida. Pipinya terasa panas oleh dua hantaman yang cukup keras dari tangan lembut seorang Zuraida.
“Asal kau tauu,, Dako itu memang liar, tapi satu yang membuatku merasa nyaman untuk terus bersamanya, Suamiku itu,,, suamiku Dako tidak pernah sekasar ini padaku,,,dia tau bagaimana cara memperlakukan seorang wanita,,
Arga mengusap pipinya, menatap mata Zuraida yang penuh kemarahan.
“dan satu yang harus kau ingat, jangan samakan aku dengan wanita-wanita yang dengan mudah kau tiduri. Dan kurasa Pak Prabu masih jauh lebih baik dibanding dirimu,,” air mata dengan cepat membasahi pipi yang lembut.
“Kau ini kenapa Zee,,, kenapa berfikir tentang ku sampai seburuk itu,,, Aku memang seperti mereka, seperti teman-temanku, seperti suami mu yang senang untuk menaklukkan wanita,,,” Arga berusaha mengatur nafasnya.
“Ok,, aku memang sudah kasar kepadamu, tapi itu karena aku sudah tidak tau lagi bagaimana harus menerangkan apa yang terjadi,, apa yang kau lihat tidak seburuk yang kau kira,,,”
“asal kau tau,, jauh didalam hati ini aku selalu menyayangimu, merindukanmu, mengharapkanmu lebih dari apapun, dan jangan pernah lagi membandingkan aku dengan Dako, Pak Prabu atau lelaki lainnya, aku ya aku, lelaki bego yang rela menyerahkan wanita yang dicintainya untuk balas budi,,, ”
Sebenarnya Arga tidak sanggup melihat wanita yang dicintainya itu menangis, tapi saat ini tangannya terasa begitu berat untuk memeluk Zuraida, kata-kata keras dengan mudah mengalir dari mulutnya, membuat air mata sang wanita semakin deras mengalir, sesenggukan, menyembunyikan wajahnya yang pilu diantara jemari yang lentik.
Dan,, saat semua telah terjadi, saat dirinya tersadar, pelukan selembut apapun takkan sanggup membuat keadaan lebih baik.
“Maaf Zee,,, maaf,,, sungguh,,, hingga saat ini tak ada yang berubah, hati ini masih mencintaimu,, Maaf,,” suara Arga terdengar getir, lalu melangkah keluar meninggalkan Zuraida di lorong yang memisahkan kamar kecil yang saling berhadapan.
Sepeninggal Arga, tangis Zuraida semakin deras. memukul-mukul dinding, Meratapi pertualangan hatinya yang berakhir tragis.
Di balik ego nya yang begitu tinggi, sebenarnya Zuraida sangat menikmati cumbuan kasar Arga, tapi rasa cemburu kembali mengambil alih. Label sebagai wanita cantik yang tidak mudah ditaklukan para pria, digenggamnya erat.
“Seharusnya kau rayu aku,, seharusnya kau bujuk aku,,, bukan meninggalkanku seperti ini,,hikksss,, aku cuma ingin kamu Gaa,,”
Bagi siapapun yang melihat kondisi Zuraida pasti akan mencibir, seorang wanita dewasa yang berpendidikan tinggi, disertai karir yang matang, meratap menangisi cinta layaknya gadis SMU belasan tahun.
Tapi itulah cinta, dapat membuat seseorang menjadi layaknya anak kecil, menafikan pikiran sehat yang selalu mereka agungkan. Dan rasa cemburu yang selalu menyertai keagungan cinta, dapat merubah mereka menjadi pribadi yang berbeda.
* * *
Arga mengayunkan kaki tanpa arah. Pikirannya sepenuhnya dikuasai oleh Seorang wanita cantik bernama Zuraida.
“Paaaakkhh,,, Ooowwwhhh,,, gapapaaaa,, biar didaaaalaaam ajaaa,, Aaagghhh,,,” Langkah Arga terhenti disebuah bangunan kecil, bangunan yang dituju oleh Dako saat menggiring si guru cantik Aida.
Arga yang tengah kalut justru tertawa mendengar rintihan Aida, ikut menikmati tubuh montok Bu Guru cantik ini mungkin dapat sedikit membantu menenangkan pikirannya, pikir Arga.
Di dalam, Arga mendapati Adit yang tengah menunggangi tubuh Aida yang mengangkang pasrah.
“Lhooo,, kamu Dit?,, Dako manaa?,,,”
Adit tertawa saat melihat wajah Arga dipintu. “Lubang Bu Guru emang sempit banget Pak,, bener-bener maknyus empotannya,,,hehehee,,”
Suara Adit yang menyapa Arga membuat Aida terkejut, lalu menoleh ke arah pintu, seketika wajahnya yang tengah terengah-engah pasrah menerima gempuran penis, tersipu malu. Tak lama Adit tampak mengejang, tangannya erat mencengkram pinggul Aida, menghentak kejantanannya jauh kedalam rongga vagina, menghantar sperma kedalam rahim si wanita.
“Oooowwhh,, owwhhh,,,oowwhh,, banyak banget Diiit,,,” rintih Aida, sangat menikmati setiap semprotan yang keluar dari lubang penis. Sementara Adit tertawa bangga.
“Saya boleh ikut?,,,” tanya Arga mengeluarkan batangnya, mengurut pelan, memamerkan perkakas jumbonya kepada Aida.
“Darimana aja bray,,,” tanya Adit, melepaskan batang nya dari jepitan vagina Aida.
“Adduuuuhh,,, bakal tambah bonyok nih,,,” Aida menepuk-nepuk vaginanya, seolah tengah merapal mantera agar alat tempurnya sanggup meladeni batang Arga yang kemarin telah berhasil membuatnya orgasme berkali-kali.
“Kasian bu kalo saya make yang depan,,,” ucap Arga.
“Duuuhh,,, masa yang di belakang lagi Pak,,, ya udah deehh,, tapi pelan-pelan yaa,,” Aida membalikkan tubuhnya menungging, mengangkat tinggi pantatnya, sementara kepalanya bersimpuh di lantai.
“Pelan-pelan Pak,,,” sambil membuka liang anusnya, lagi-lagi Aida memperingatkan Arga.
“Aaawwhhh,,, katanya di belakang koq malah nusuk memek saya pak?,,”
Arga tertawa, tapi terus membenamkan batangnya jauh ke dalam lorong, lalu bergerak maju mundur dengan perlahan.
“Duuuhhh,, penuhhh bangeeet pak,,, nikmaaat bangeeet,,, yang depaaaan aja ya paaaak,, biar sama-sama enaaaak,, owwwhh,,,” Pantat Aida bergerak menjepit maju mundur, berusaha agar batang itu tetap betah di dalam vaginanya.
“Tenang Bu,,,cuma minta pelumasnya aja koq,, kemaren waktu saya tusuk dibelakang juga enakkan?,,”
“Iyaaa, tapi waktu itukan pake minyak goreng,,,” Aida pasrah saat Arga menarik keluar batangnya, dengan jarinya, Aida berusaha membuka liang anusnya lebih lebar, mempersilahkan batang Arga untuk bertandang.
“Weeekkssss Gila,, koq tadi ga bilang kalo yang belakang boleh dipake Bu,,” Adit kaget, tidak menyangka Aida bersedia dianal, matanya mengawasi batang Arga yang perlahan menghilang ke dalam tubuh guru cantik itu melalui jalur belakang.
Adit harus mengakui kelebihan yang dimiliki batang Arga.
“Aaaahhhhh,,, yaaa,,,masssuuukkkhhh,,” tubuh Aida melengking, meski sudah pernah merasakan nikmatnya dikerjai dari belakang, tetap saja penetrasi awal terasa sedikit perih.Aida menoleh ke belakang, “Suddaaahh masuk semuaaa paaaakk,,,”
“Belum,, tapi ini udah cukup koq,,” tangan Arga bergerak meremasi payudara Aida, mengecup punggung mulusnya, lalu menarik tubuh Aida agar lebih tegak. “Kau semakin seksi saja Aii,,,”
Wajah Aida memerah mendengar pujian Arga,, “Pak Argaa bisa ajaaa,,,”
“Asseeem,,koq keliahatannya mesra banget sih,,,” Adit bingung dengan tingkah Aida yang terlihat begitu serius untuk melayani setiap keinginan Arga.
“Silahkaaan dinikmaati Paaakss,,,” Aida justru semakin bergairah mendengar komentar Adit, sambil berpegangan pada kursi, wanita itu menggerakkan pinggulnya, memberikan jepitan terbaik anusnya untuk memanjakan batang sipejantan.
“Owwwhhhh,, Tuuu kaann tambah mantap aja goyangan bininya Munaf ini,,, oowwhh,,” Arga memegangi pinggul Aida untuk menyetir kecepatan ritme yang diinginkannya.“Dit,, Munaf kemanaaa,,” tanya Arga tanpa menghentikan gempurannya.
“Tadi aku suruh Aryanti dan Andini menemani Munaf ngobrol, makanya aku bisa kesini,,, hehehee,,” jawab Adit.
Mendengar suaminya disebut-sebut, goyangan pinggul Aida justru semakin ganas, entah kenapa birahinya terlecut.
“Paaakk,,, sooddooookk depaaan duluuu paaak,,” rintih Aida.Arga yang sudah hapal dengan tingkah Aida yang ingin orgasme segera mencabut batangnya dari anus, dan tanpa ba bi bu, langsung menghajar vagina Aida dengan cepat.
“Paaaakk nikmaaaattss,,, penuhhh bangeeeeettss,,,Aaaggh,,, cepaaattt,,”
“Asseeeeemm,,, kenapa tambah legit ni memeq Aaaiii,,,” Arga semakin cepat merojok batangnya ke kemaluan guru cantik itu.
“Paaakk sayaaa keluaaarrr,,, Aaauuuhhhh,,, tahaaannn,, sodoook yang daaalaaam,,,Aaaahhh,,” tubuh Aida melengking, berkelojotan liar, hingga akhirnya melemah.
“Balik Ai,,,” pinta Arga meminta Aida kembali telentang, sebenarnya Arga lebih senang gaya missionoris ini, karena dirinya dapat dengan jelas melihat ekspresi wanita yang tengah menikmati rojokannya.
Aida telentang, memeluk kedua pahanya, hingga lorong vagina dan anusnya terentang, memberikan pilihan bebas kepada Arga untuk menikmati mana yang diinginnya.“Aaaauuuhhhh,,, emang doyaaan lubang belakang yaaa paaak,,,” seru Aida saat Arga menusuk anusnya.
“Ngga juga,,, kali ini aku pengen nyemprot dirahim istrinya Munaf,,” jawab Arga, membuat gairah Aida kembali terlecut.
“Paaaakk,,, seneng nyodok meme qsss bini orang yaaaa,,,Aaaahh,,,” Aida merentangkan kedua pahanya, mengekspos lorong vagina yang terlihat sempit. Menggoda agar vaginanya kembali disodok.
“Aaaahh,,, Siaaal,,, pinter banget ssiihh si Munaaaf nyari meqi,,, Aaaagghhh,,, nih rasaaiiinnn,,” lagi-lagi Arga mengganti tujuan serangannya.
“Paaakk,,, masukin lebih dalaaamm,,” rintih Aida saat melihat sebagian batang Arga masih di luar vaginanya. “Yaaaaooohhh,,, menthhoookk,,, aauuwww,,”
“Paaakk,,, jangaaan keraasss-kerass,,” kini justru Aida yang meringis, saat dasar vaginanya digedor dengan keras.
BLEEGG...“Aaaaggghhh,,,”Seketika Arga menghentikan gerakannya, “Masuk kemana tuh Ai,,” tanya Arga saat kepala penisnya menerobos lorong yang lebih sempit.
“Gaa,, taaauu,,,” jawab Aida sambil meringis menahan nyeri, mengamati batang Arga yang menghilang sepenuhnya kedalam tubuhnya. “Gerakin pelaan-pelaaan,, masih enak koq,, enaaak bangeeet,,”
“Aii,, Aiddaaaa,, aku ga taahaaann,,,empotan mu semakin dahsyaaaat,,,”
“Gilaaa,, Aidaaa,,,” Arga memeluk tubuh Aida dengan kuat. Menggencet payudara empuk dengan tubuhnya, melumat bibir ibu Guru cantik utu dengan ganas.“Naaaaaaff,, aku nitip ngecrot dimeqi istrimuuu,, Aaarrgghhh,,,” tubuh Arga berkelojotan. Disusul lengkingan orgasme dari Aida.
Adit yang menyaksikan persetubuhan itu tercengang, tak pernah dirinya orgasme sedahsyat kedua orang itu.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar